Share

KISAH KELAM PERAWAN DESA
KISAH KELAM PERAWAN DESA
Penulis: Swasti Awahita

Tamu Pembawa Bencana

Saraswati seorang gadis cantik kembang desa. Orang-orang biasanya memanggil dia Saras. Bapaknya suka mabuk-mabukan dan main perempuan membuat Saraswati, menjadi takut membuka hati untuk laki-laki.

Umur Saraswati sudah 18 tahun, sudah waktunya menikah bagi orang desa seperti dia. Tapi, dia belum mau membuka hati untuk laki-laki manapun. Walau, banyak laki-laki di desa itu, yang mencoba mendekati Saras, dan ingin melamar untuk di jadikan istri, tapi Saras menolak mereka semua.

"Dasar wong setengah liter!" maki Saraswati dalam hati. 

Suatu hari ada seorang laki-laki yang datang membawa sebuah lamaran pada Saras, ia datang bersama para pengawalnya ke rumah Saras, laki-laki itu bernama Broto. Dia laki-laki yang sangat berpengaruh di desa itu. Dia sudah mempunyai istri tapi ingin menambah istri lagi. Saras, melihatnya aja sudah muak.

Broto berumur kira-kira sekitar 45 tahun, usianya sama dengan usia bapaknya. Wajah Broto brewokan dan juga bermata tajam seperti burung elang.

Dia datang, untuk menjadikan Saras istrinya, dia bilang kalau bapaknya punya hutang padanya, bapaknya Saraswati kalah judi taruhan pemilihan desa dan juga punya utang pada Broto.

Walau Saraswati tidak paham dan tidak  tahu menahu tentang hutang bapaknya, tapi ia sekarang yang harus menanggung akibatnya. Sekarang Saraswati harus di jadikan jaminan hutang bapaknya.

"Sungguh, Bapak itu tidak tahu diri. Dia tidak tahu, arti kehormatan seorang anak gadis. Kenapa bapakku begitu mudah mau menyerahkanku, kepada laki-laki seperti Broto itu. Broto si bandot tua itu, gila perempuan. Broto  juga gila harta. Broto itu, seorang rentenir yang sangat kejam. Ya, Allah bapak," keluh Saras saat bicara dengan bapaknya.

"Bagaimana lagi, Nduk! Kamu harus mau jadi istrinya, kalau tidak, nasib kita akan bertambah susah," kilah bapaknya. 

"Broto itu selalu mengejar anak-anak gadis belia untuk dijadikan istrinya, dia itu seperti laki-laki pengejar gadis perawan. Setiap orang tua yang tidak bisa membayar hutang padanya, Broto akan berbuat jahat pada keluarga itu, Pak!" protes Saras. 

"Makanya kamu harus nurut sama bapak, kamu harus mau jadi istri Broto, biar hutang bapak lunas!" tekan bapaknya. 

"Bapak kejam! Bapak yang melakukan kesalahan, kenapa aku yang di korbankan! Bapak pasti mabuk, jadi bapak asal bicara," jawab Saras ketus. 

"Bapak tidak mabuk, Bapak waras. Kamu temui Broto di luar itu. Sana pergilah!"

"Aku tidak mau!" balas Saras. 

"Jangan membantah kalau tidak ingin melihat ibumu aku hajar sampai babak belur!" ancam bapaknya yang jahat itu. 

Bapaknya memang jahat setiap kali anak-anaknya menolak perintahnya, maka ibunya yang jadi korban tangan dinginnya.

Dengan terpaksa Saras keluar, dilihatnya Broto duduk di ruang tamu rumah Saraswati yang miskin itu. Saras orang miskin di ruang tamu hanya ada bangku bambu yang telah usang, dan di atas meja bambu hanya ada kendi dari tanah liat untuk minum para tamu yang datang.

Broto memang biasa datang ke rumah orang yang punya hutang padanya, dia akan datang dengan pengawalnya yang berbadan besar, dan sangat garang. Kalau, tidak bisa membayar hutang, rumah mereka akan disita atau anak gadisnya, akan dijadikan jaminan hutang keluarga itu.

Broto tersenyum melihat Saraswati yang masih muda belia dan juga sangat cantik, dengan mata yang jelatatan dan penuh gairah, dia memandang wajah dan juga tubuh indah Saras. 

Melihat pandangan mata Broto yang nakal itu, Saraswati bergidik ngeri, "Hiii, jijik sekali aku melihatnya. Aku disuruh menikah dengannya? Huh! Lebih baik aku mati saja!" batin Saraswati.

Broto dengan suara yang serak mulai berbicara, "Eehem! Aku datang untuk menjemput Saraswati anakmu," ucap Broto dengan wajah sangarnya itu, dia memandang bapaknya Saras dengan tajam.

"Aku tidak mau!" seru Saraswati.

"Wong ayu, jangan buru-buru bicara kasar seperti itu, hehehe, aku akan membuat hidupmu bahagia dengan berlimpah harta. Hehehe!" suara Broto membuat Saraswati merinding ngeri. 

"Amit-amit jabang bayik!" guman  Saraswati.

"Wong ayu, aku tidak akan memaksa, tapi ingat baik-baik, kalau bapakmu tidak bisa bayar hutangnya, maka kamu harus jadi istriku, atau adik-adikmu aku jual, hahaha!!" tawa Broto membuat Saraswati merinding ngeri. 

"Untung adik-adikku tidak di rumah, kalau sampai mereka mendengar ocehan Broto, hati mereka pasti akan sedih," gumam Saraswati.

Ibunya Saraswati hanya diam dan menangis, hatinya sangat hancur mendengar ucapan Broto. Dia sangat kecewa dengan suaminya. Hatinya hancur melihat anak gadisnya jadi korban dari kekejaman suaminya.

"Kang, tega sekali kamu pada anak-anakmu, kamu sudah memperlakukan diriku dengan kasar dan menyakiti hatiku, tapi aku diam. Kamu main perempuan dan berjudi, tapi aku tetap diam. Aku kali ini tidak memaafkan kamu. Kamu sudah kelewatan Kang! Kamu sudah keterlaluan, bagaimana mungkin kamu jual anakmu pada orang yang seperti Broto ini?" lirih ibunya Saras bersuara di sela isak tangisnya yang tersedu-sedu. 

Bapaknya Saraswati menunduk, dia terlihat sangat takut saat melihat Broto menatapnya, dengan nada hormat ia berkata, "Mohon maaf juragan, mohon kasih waktu satu bulan lagi. Anak dan istriku biar berpikir jernih dulu."

Broto manggut-manggut lalu  menatap Saraswati, "Saras wong ayu," ucapnya sambil memegang jenggotnya yang lebat. 

Saraswati semakin bergidik ngeri melihat sikap Broto yang semakin aneh. Saraswati tertunduk dalam-dalam, dia menyembunyikan wajahnya di balik punggung ibunya.

Melihat Saraswati yang ketakutan itu, ibu Saraswati memegang tangan dingin anaknya itu, mata wanita itu berderai air mata, wajahnya sendu kelabu bagai awan mendung yang menggandung sebelum hujan.

"Juragan, tolong berikan kami waktu! Tolong kasihani kami, juragan!" ucap ibu Saraswati di iringi derai air mata yang menetes di pipinya yang kusam.

"Saraswati, bapakmu itu punya utang padaku. Dia bilang, kalau kamu yang akan di jadikan jaminan, bila hutang bapakmu tidak bisa bayar. Jadi aku setuju, bila kamu jadi istriku sebagai imbalan untuk melunasi semua hutang-hutang bapakmu. Lagi pula aku, sangat suka sama kamu wong ayu, hehehe," ucapnya sambil tertawa lebar. 

 "Sungguh menjijikkan!" umpat Saraswati dalam hati.

Saraswati dengan sedikit keberanian dia menatap Broto dan berkata, "Aku tidak mau menjadi istrimu, aku tidak mau membayar hutang bapakku. Dengar, aku tidak ada sangkut pautnya dengan hutang bapakku. Jadi, jangan pernah meminta aku menjadi istrimu!"

"Weleh-weleh wong ayu, aku suka kamu, wong ayu!" tawa Broto terdengar menyakitkan di telinga Saraswati.

"Aku, membencimu!" ketus Saraswati.

"Hahahah!" tawa keras Broto memenuhi ruangan itu.

Saraswati semakin jijik dengan Broto itu, 'Ingin rasanya aku bungkam mulut tengiknya itu!' batin Saraswati.

Broto berhenti tertawa dan berkata, "Dengan apa kamu membayar hutang bapakmu, hah? Baiklah, aku akan berbaik hati padamu, aku kasih waktu satu bulan untuk berpikir, dan dalam satu bulan itu, kalau kamu bisa bayar hutang bapakmu? Aku akan lepaskan kamu. Tapi, kalau kamu tidak bisa bayar? Kamu harus jadi istiku! Mengerti wong ayu!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status