Share

Bab 2

Author: Pena_Kinan
last update Last Updated: 2022-07-12 23:31:20

Sebelum aku menikah dengan Mas Wawan, aku sudah lebih dulu membeli motor. Meskipun baru setahun aku mencicil. Paling tidak aku sudah mengeluarkan uang muka serta angsuran setahun. Ternyata Mas Wawan juga mengambil kredit motor, alhasil setelah dia menikahiku. Beban yang harus dibayarkan terlalu banyak, sehingga dia berencana mengembalikan motor ke Dealer.

"Pak, aku gak sanggup. Bayar angsuran, motor mau aku balikin ke Dealer," ucap Mas Wawan pada Bapaknya.

Karena memang Mas Wawan sudah membayar cicilan motor milikku. Jadi jika harus membayar juga cicilan motor miliknya. Mungkin uang gaji tidak akan cukup jika nanti ingin digunakan untuk periksa kandungan. Sebab ongkos untuk memeriksakan kandungan saat ini kisaran dua ratus ribu.

"Biar diterusin adikmu, nanti bapak yang bantu. Udah setahun, kan sayang kalau mau di balikin!" Jelas bapak pada suamiku.

"Iya, Pak!" Mas Wawan menyetujui. Toh, dia yang mengatakan jika akan membantu melunasi motor bersama adik Mas Wawan.

Mas Wawan memang gak terlalu dekat dengan orang tuanya. Entah apa alasannya, sampai detik ini aku pun juga tidak tahu. Apa lagi dengan ibunya, bertegur sapa pun jarang aku lihat. Walaupun kita satu atap. Ibu mertuaku tiba-tiba marah-marah. Karena anak lelaki yang disayanginya harus kerja keras untuk melunasi motor Mas Wawan. Ya anak kesayangan ibu mertuaku ya adik Suamiku. Mereka hanya dua bersaudara, sebenarnya ada tiga namun meninggal di dalam kandungan. Padahal kalau motornya lunas pun tetap milik adik suamiku. 

"Lha yang punya setoran aja malah duduk-duduk seenaknya sendiri. Anak kecil suruh kerja banting tulang! Gak mikir!" Aku mendengarnya, hanya diam tak menjawab.

Mengelus dada sambil beristighfar, apa dia tak melihat aku yang sedang berbadan dua? Dada ini sesak, seraya tak bisa bernafas lagi. Aku minta izin lagi untuk pergi ke rumah emak di klaten. Memang Mas Wawan mengantar, di juga menginap di sana. Namun tak kusangka dia memarahiku di jalan ketika pulang. Ternyata apa yang terlihat tidak sama dengan apa yang dihati. Seharusnya aku sebagai istrinya peka dengan itu.

"Kamu pikir, aku gak capek apa? Mondar-mandir Wonogiri-Klaten, itu jauh, belum lagi kalau aku kerja, juga cari ikan buat dapat penghasilan tambahan. Kamu itu mbok mikir. Udah nikah malah masih gitu aja!"

Aku tak menyangka mendengar perkataan suamiku, terasa sakit. Luka yang tak berdarah namun membekas. Dipacunya motor dengan kencang, tanpa memikirkan kandunganku. Apakah kamu sama seperti mereka, Mas. Menginginkan bayi ini pergi? Apakah kamu tidak percaya kalau ini darah dagingmu? Bodohnya aku yang dulu percaya, memberimu cinta penuh nafsu. Seharusnya aku percaya dengan emak, percaya peringatannya. Namun sesal tiada guna, aku terlanjur hamil. Mungkin emak menutupi aibku, namun semua pasti akan terlihat. Tak hanya orang tuamu, Mas. Dirimu pun tak mempercayaiku. Rasanya aku ingin mati, mati bersama anak ini. Aku tidak ingin merasakan betapa sakitnya ini.

"Masak sih itu anak aku?" Pertanyaan Mas Wawan begitu menyakitkan didengar.

"Kamu gak percaya, Mas. Sama aku?" Aku menatapnya dengan seksama.

"Bukankah dengan pacar kamu yang dulu, kamu juga melakukan dosa yang sama?"

"Aku gak pernah ngelakuin itu. Selain sama kamu, Mas! Apa kamu juga menuduh aku melakukanya dengan pria lain? Kamu jahat, Mas?"

Aku menangis sesenggukan tanpa ada sandaran, tanpa ada tangan yang mengusap air mataku. Cinta, ya aku di buta kan olehnya. Dan kini cintaku sendiri tak mempercayaiku. 

❤️❤️❤️❤️❤️

Tujuh bulanan kehamilan hampir mendekati. Ibu mertuaku menanyakan itu padaku. 

"Sudah berapa bulan?" tanya ibu mertua.

"Sudah lima bulan, Bu," jawabku.

"Katanya kemarin empat bulan, kok sekarang lima bulan. Gak usah ditutup-tutupi. Toh, juga akan ketahuan!"

"Bu, kan ibu tanya bulan kemarin. Sekarang sudah ganti bulan. Apa gak nambah?" imbuhku.

Ibu mertuaku tak menggubris. Dia pergi tanpa sepatah kata. Aku tertunduk diam, tanpa kusadari bulir-bulir air bening jatuh di pelupuk mataku. Betapa kasarnya kau ucapkan pada anak orang. Kau tak membesarkan ku kau juga tak mendidikku. Rasanya diri ini ditampar sembilu, sungguh hinanya aku. Tak sepatah katapun aku ceritakan lukaku di sini dengan mamak. Karena aku tahu, aku sudah dulu melukaimu, biarkan kini aku merasakan luka yang lebih dalam.

"Mas, aku pengen pulang. Ibu mu terlalu menyakitiku. Dia mengira aku menutupi kehamilanku," Sesak dada ini menceritakannya pada suamiku.

"Sudah, biarkan saja. Kamu diam aja gak usah di pikirkan!" 

Ucapan itu begitu ringan kau ucapkan, namun begitu berat kujalani. Sudah beberapa hari kejadian itu. Bapak mertua memanggilku, dengan kata yang sama. Aku terluka untuk kedua kali.

"Nan, umur berapa bulan kamu?" tanya bapak mertuaku.

 

"Lima bulan, Pak!" jawabku. 

"Gak usah ditutup-tutupi. Toh semua akan tahu, seperti itu lama kelamaan juga akan terlihat!" Ibu mertua terlihat bibirnya mencebik.

Mata ini kembali basah, tak kusangka ibu bercerita kepada bapak. Entah bagaimana dia mengatakannya. Sepertinya aku hina di mata mereka, sepertinya aku yang murahan.

Aku bingung hendak kepada siapa beban ini aku bagi. 

Bapak aku rindu, terlalu cepat engkau pergi.

Memang aku sudah tak mempunyai bapak semenjak SMA, namun mendengar ucapan bapak mertua tadi. Aku sadar dia tetap hanya mertua. Bapak dari suamiku, Wawan. Rasa hormat itu sirna sudah, rasa empati itu tak ada lagi. Dulu aku berharap lindunganmu untukku. Namun sepertinya kau sama membenciku. 

[Mas, bapakmu tadi memanggilku dia bicara seperti ibu kemarin. Dia mengira aku menutupi kehamilanku, aku pengen pulang] 

Aku mengetik pesan untuk suamiku. Air mata kembali berlinang. Sungguh takdir ini tak berpihak padaku. 

Tak ada balasan dari nya. Mungkin dia terlalu lelah, mendengar keluh kesahku. Selalu melihat air mataku. Kami menikah di umur yang masih cukup muda, emosi yang tidak stabil dan juga ego yang masih tinggi. Aku mengerti ini juga berat untuknya, di satu sisi dia orangtuanya. Disisi lain aku istrinya, tanggung jawabnya.

Terkadang hanya masalah sepele kau memaki aku. Aku lelah Mas, aku tak sanggup lagi menjalani ini. Entah apa aku bisa bersamamu sampai akhir.

Luka ini semakin lama mengering. 

Sakit ini semakin jauh ke dasar.

Bapak, 

Maafkan anakmu yang telah mengkhianatimu.

 Anakmu yang dulu pernah marah, karena larangan-laranganmu.

Bapak, 

Rindu ini begitu menggebu.

Sesal ini menghantui.

Beribu maaf selalu terlintas di benakku.

Mampukah aku memutar waktu.

Akan aku putar agar aku bisa memelukmu untuk terakhir kali.

Tuhan,

Berikan tempat di surgamu. Berikan kebahagiaan yang dulu belum sempat aku berikan.

Cintamu akan selalu dihati dan akan aku kenang selama sisa hidupku

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 98

    ##Bab 98Akhir bahagia"Mas, Siska meninggal dunia. Kemarin di rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Karena tidak ada keluarga yang mengurusnya jadi keluarga Adi yang akan mengurusnya. Mas Wanto ke sini kan?" tanya Nanda dengan suara serak. Meski Siska tidak terlalu menyukainya tapi tetap saja dia pernah menjadi bagian dari keluarga itu. Ada rasa kehilangan meski hanya secuil.Lelaki yang ada di seberang telepon itu terdengar gundah. Ada keraguan Ingin mengucapkan sesuatu."Mas Wanto lagi dirumah sakit, Jasmin sakit, Nan. Sudah seminggu ini di rumah sakit. Semua tindakan dan juga tes dijalani. Hari ini akan keluar hasilnya. Seandainya hasilnya bagus. Jasmin akan rawat jalan. Tapi kalau tidak bagus. Kemungkinan dia akan dikirim ke rumah sakit jiwa di kota.""Separah itu, Mas?" Nanda terdengar mengkhawatirkan Jasmin."Kemarin dia berulah. Hampir saja Mas celaka. Tapi Alhamdulillah, ada tetangga yang datang menolong!""Astagfirullahaladzim, tapi kamu gak papa kan, Mas?" "Gak papa! Mas

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 97

    ##Bab 97Rumah sakit JiwaSemua orang yang ada di halaman rumah Nanda secara bersamaan menoleh ke arah mobil tersebut."Kasih?" ucap Partini terkejut melihat Kasih.Kasih berjalan menghampiri mereka. Satu persatu disalami dan saling berpelukan."Ada perlu apa kamu kesini, Nak Kasih?"" Gak ada apa-apa, Bu. Cuma mampir saja.""Ayo masuk!" pinta Partini langsung menggandeng Kasih.Partini meninggalkan Nanda dan juga Siska dihalaman rumah.Mereka saling melempar pandangan. Tatapan Siska kepada Nanda sulit diartikan. Entah apa yang ada dipikiran wanita itu?"Pulanglah, daripada sakit hatimu!" pinta Nanda dengan nada biasa saja."Itukah calon istri Adi?" tanya Siska dengan ekspresi terkejut."Secepat itu Adi akan menikah lagi? Apakah aku tidak ada harga nya sama sekali?""Entahlah, kau pikirkan saja sendiri. Aku tidak ada waktu memikirkan hal itu!" Nanda pergi meninggalkan Siska.Kali ini Siska tak lagi berharga Dimata keluarga Adi. Apalagi Siska pergi dengan meninggalkan luka yang mendala

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 96

    ##Bab 96Permintaan maaf siska"Mas Wawan, sarapan dulu yuk! Udah aku siapkan di meja. Pagi ini aku masak spesial," pinta Nanda dengan nada manja. Wanita beranak satu itu pagi ini terlihat sangat ceria. Rumah yang berantakan abis kebakaran sudah direnovasi olehnya dengan kurun waktu yang lumayan singkat.Begitu banyak keberuntungan berpihak kepadanya. Meski tidak sedikit cobaan juga kerap singgah di hidupnya. Kini tinggal menata hati dan pikiran berfokus pada usahanya."Masak apa, Dek?" tanya Wawan yang menarik kursi plastik perlahan."Ayam goreng sama sup bakso kesukaan Hawa. Sini, Nak. Mangkoknya biar ibu kasih bakso yang banyak! Kamu suka?" Nanda melempar pandangannya ke arah anak semata wayangnya."Iya, Hawa suka. Bu," Hawa memanggil sang ibu yang masih sibuk dengan kegiatannya. Tatapannya kembali ia arahkan kepada Hawa."Apa, Sayang?" tanya Nanda dengan penuh kelembutan."Hawa pengen punya adik. Kayak Tasya, dia sekarang udah punya adik!" pinta Hawa yang membuat Ayahnya tersedak.

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 95

    ##BAB 95Jasmin sakit"Soal Jasmin. Mas bingung mau ngadepi Jasmin bagaimana? Sikapnya sangat berbeda, setiap kali Mas Vidio call. Dia itu baik. Tapi Mas dapet info dari para tetangga. Kalau Jasmin itu sering teriak-teriak sendiri. Kadang juga tertawa sendiri. Suatu hari pernah dia tertawa sambil menyebut nama kamu! Mas gak mau cerita sama kamu, takutnya ganggu kerja kamu!""Jangan-jangan Jasmin depresi, Mas?""Hust, ngawur kamu!""Lha kalau bukan depresi lalu apa? Gila?""Kita gak tau lho, Nan. Kalau nanti salah kan jadi fitnah! Nanti Mas cari tahu dulu. Bagaimana kehidupan Jasmin di kota. Takutnya dia tertekan saat jadi seorang istri, waktu itu!""Iya, Mas.""Ya sudah, kamu hati-hati ya! Jaga anak baik-baik. Salam buat suamimu." "Iya, Mas."Wanto akhirnya menutup sambungan teleponnya. Ada perasaan lega ketika Nanda bisa mengutarakan semua yang ada dihatinya. Dengan kedatangan Mas Wanto ke Klaten. Mungkin akan menemukan jalan keluar untuk masalah Jasmin.Nanda dan Wawan kemudian per

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 94

    ##BAB 94Hutang"Maafkan ibu ya, Sayang! Hawa ayo kita sekolah, Nak." Nanda menguatkan hatinya. Tak sepantasnya dia terkejut hingga tak terkendali. Bukankah selama ini dia mampu melewati? Banyak hal yang sudah dia lalui, dari kehilangan hingga fitnah bertebaran. Jika yang terdekat mencoba menyakiti itu hal yang lumrah. Setelah diingat dulu mereka pernah menggores luka yang sama."Kamu gak papa, Dek?" Wawan mencoba menanyakan kondisi Nanda saat ini."Gak papa, Mas. Sudah biasa. Aku percaya kita bisa melewati masa-masa ini, kita bicarakan nanti setelah mengantar Hawa." Nanda berjalan sembari menggendong tas milik anak semata wayangnya.Wawan menyusulnya ke jalan sembari menyalakan motor.Menghentikan lajunya lalu membiarkan Nanda dan juga Hawa naik perlahan.Dalam perjalanan yang cukup jauh. Tak pernah sepatah katapun Nanda ucapkan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya sampai di sekolah Hawa. Diciumnya tangan mereka dengan takzim oleh Hawa. Di peluk lalu pergi s

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 93

    ##Bab 93Pak lurah"Saya dari toko Mawar, Mbak Nanda!" jawab wanita yang ada di sebrang telepon."Toko mawar? Ada apa lagi? Saya gak ada utang lho," jawab Nanda penuh hati-hati. Sebab dia sudah kehilangan toko langganan itu dan jangan sampai dia meninggalkan nama yang jelek disana."Bukan itu, Bu. Tujuan saya menghubungi anda bahwa bapak ingin bertemu dengan anda, di toko.""Bapak? Pemilik Toko kain itu?" tanya Nanda sambil berpikir sejenak."Iya, Pak Broto namanya." Nanda mengangguk-anggukan kepalanya sembari melihat suaminya yang masih terjaga di sampingnya. Ternyata selingkuhan Siska selama ini Pak Broto namanya. Dalam hati Nanda berbicara. Yang dia tahu hanya seorang kakek tua yang menjadi selingkuhan Siska selama ini. Tidak pernah terlintas dipikirannya untuk sekedar mencari tahu siapa namanya. Karena dia menganggap itu hal yang sangat tidak penting bagi hidupnya.Nanda menutup telepon setelah selesai berbicara. Apa yang membuat Pak Broto ingin bertemu dengan Nanda? Apakah ini

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 92

    Bab 92Kasih"Kasih?" Adi terkejut melihat mantan berkunjung dengan tiba-tiba. Tanpa memberi tahu terlebih dahulu.Senyumnya masih sama, manis dan juga cantik."Masuk, Tante." Nanda bersikap ramah. Mempersilahkan masuk tanpa melihat jika dia sudah mantan calon ipar.Kasih berjalan mendekat sedikit canggung. Di Salami nya satu persatu semua orang yang ada di ruangan itu.Semuanya kembali duduk ditempat masing-masing. Setelah tadi sempat berdiri ketika Kasih mendekat."Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Adi yang mendadak penasaran."Cuma mampir, sudah lama tidak bertemu. Kamu apa kabar? Bapak, ibu sehat? Mbak Nanda dan keluarga sehat?" Kasih memandangi mereka satu persatu. Ada rasa rindu yang terlihat dari sorotan matanya.Entah alasan apa dulu mereka berpisah. Sampai sekarang Adi tidak pernah mengatakan sedikit pun alasannya. Sangat bijaksana dan tidak ingin Kasih meninggalkan nama yang buruk di mata keluarganya."Sehat, Nak. Kami semua alhamdulilah sehat. Tapi ya itu Mbak Nanda lagi da

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 91

    BAB 91Harapan"Bu, kalau boleh tau nama ibu siapa?" tanya Nanda sampai lupa berkenalan."Saya ibu Siti Maryam. Kalian sendiri siapa? Darimana asalnya? Kok bisa sampai ke rumah ibu bagaimana ceritanya? Maaf, gara-gara tadi sampai saya belum sempat menanyakan tujuan kalian," ucap Bu Siti dengan lembut."Iya, Bu. Gak papa. Saya Nanda, Bu. Ini suami saya. Saya ke sini atas informasi dari Pak Lurah, Pak Adam.""Ow, nak Adam. Iya rumah sepupunya di ujung jalan. Ibu banyak dibantu olehnya."Nanda dan Wawan kemudian menjelaskan perihal kebakaran di rumahnya. Dan juga menjelaskan begitu banyak pesanan yang belum dikerjakan. Sedangkan Bu Siti mempunyai beberapa mesin jahit dan juga alat-alatnya lengkap. Meskipun mesin jahit sudah terlihat tidak baru lagi. Tapi fungsinya masih bagus. Karena dirawat Bu Siti dengan baik.Begitu bahagianya Bu Siti mendengar bahwa Nanda dan juga Wawan berniat meminjam mesin jahit dan juga peralatan lainnya untuk mengerjakan pesanan baju yang terlanjur di terima. B

  • KUBALAS HINAANMU DENGAN UANGKU   Bab 90

    BAB 90Bu siti"Siapa wanita itu, Pak?"Nanda menerka-nerka siapa wanita yang telah membayar orang untuk membakar rumahnya? Sungguh keterlaluan jika benar itu Siska. Tapi benarkah Siska?Semua karyawan Nanda berpamitan. Karena mereka bilang akan menghadiri acara lain. Padahal mereka sudah merencanakan akan pergi kerumah Nia. Akan membicarakan bagaimana membantu Nanda."Apakah itu Siska?" Nanda kembali bertanya karena sudah tidak sabar lagi mendengar jawaban dari pak lurah."Saya kurang tau, Nan. Yang penting dia seorang wanita. Menggunakan masker dan juga helm berwarna hitam. Dia juga menggunakan kacamata hitam. Ciri-ciri itu yang disampaikan pada saya,"Nanda dan juga Wawan membuang napas dengan kasar. Mereka sudah tidak tau harus bagaimana lagi.Kring …. Kring ...kring.Suara ponsel milik Nanda berbunyi. Dari nomor yang tidak dikenal. Nanda pun tak berniat mengangkatnya. Dia lagi tidak ingin berbicara apapun."Siapa, Nan? Kok gak diangkat?" tanya Ibu mertua yang sedang duduk bersam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status