"Ternyata usia kamu sudah 30 tahun lebih?" kalimat menohok yang keluar dari mulut mertuaku itu, terdengar sarkas dan penuh intimidasi. "Ibu ingin mempunyai menantu yang usianya masih muda," Entah apa yang salah dengan usiaku. di malam pengantin ku ini, aku seperti wanita yang tak punya harga diri, mertuaku menolakku mentah-mentah hanya perkara umur. Bagaimana kelanjutan cerita penuh drama dari kisah Yumna bertahan di rumah tangga, yang penuh dengan konflik juga tekanan batin dari ibu mertuanya ?? Baca selengkapnya
Lihat lebih banyakNamaku Yumna, aku adalah seorang wanita karir dan pekerja keras. Di tengah ambisiku untuk menjadi wanita sukses, aku sampai tak memikirkan untuk menikah apalagi membangun sebuah rumah tangga.
Sampai akhirnya aku sadar bahwa mencari pasangan hidup yang baik dari segi agama dan akhlak tidaklah mudah. Apalagi sekarang usiaku sudah 32 tahun, usia yang cukup terlambat menikah bagi seorang wanita katanya. Hingga akhirnya, karena desakan keluarga aku menerima pinangan seseorang yang memang aku kenal namun tidak begitu dekat. Lelaki itu memang dari keluarga yang sederhana dan biasa saja, aku ikhlas dan tak mempermasalahkan itu. Yang penting dia paham agama juga bisa memperlakukanku dengan baik. Usianya hanya terpaut 3 tahun lebih tua dariku. Setelah lamaran itu aku terima, tidak butuh waktu lama untuk kami melangsungkan pernikahan. Acara pernikahan kami berjalan dengan lancar dan khidmat. Walaupun ada sedikit bumbu-bumbu pedas yang di hadirkan dari berkumpul nya ras terkuat di bumi yaitu ibu-ibu. Aku berusaha ikhlas dan tak mau mengambil pusing itu semua. “Alhamdulillah yah, akhirnya Yumna ada yang mau juga. Kasihan sudah 32 tahun baru menikah.” “Dia emang kebanyakan pilih-pilih, sekarang dapetnya yang begitu kan akhirnya, bonggol.” “Hus, tidak boleh begitu Bu, siapa tahu memang sudah jodoh dan takdirnya menikah di usia tua.” “Yee.. itu mah memang dia aja yang pilih-pilih, tuh lihat dapetnya juga cuma si Fikri karyawan biasa, padahal dia kerjaannya punya jabatan loh.” “Ya, namanya juga sudah perawan tua. Pasti susah lah mau dapet yang lebih berkelas dan mapan. Ya mau gak mau terima lamaran si Fikri, dari pada jadi perawan tua. Untung juga si Fikri mau kan.” Begitulah mulut pedas para ibu-ibu jika sudah berkumpul, layaknya di sebuah persidangan, ada yang menjadi hakim ada yang menjadi pembela, penuh dengan Pro dan kontra. Namun pada intinya tetap menjadi satu kesatuan yang unfaedah aliyas ghibah. Obrolan ibu-ibu tersebut sampai juga ke telinga Salma ibu mertuaku. Entah apa yang sedang dia fikirkan saat ini. Dia tampak diam, wajahnya memerah matanya tersirat sesuatu yang terpendam. Setelah acara siang itu selesai aku langsung di boyong ke rumah suamiku dan juga ibu mertuaku. Yang memang kebetulan kami tinggal berdekatan hanya di kampung sebelah. Malam itu pintu kamarku diketuk dengan kuat. Aku sampai terkejut bukan main. Saat mas Fikri membuka pintu terlihat ibu mertuaku yang berdiri di sana, dengan sorot mata yang tajam. “Mana Yumna?” tanya ibu pada Mas Fikri, nadanya terdengar ketus. Aku mendengar ibu menyebut namaku, sehingga aku menyusul di belakang punggung mas Fikri. “Ada apa Bu?” tanyaku sedikit canggung, wajar saja karena ini hari pertama aku menjadi salah satu anggota di keluarga mereka. “Ternyata usia kamu sudah 30 tahun lebih ya!” protes ibu terlihat jelas tidak terima menatapku. Tergaris kecewa bercampur marah di wajahnya. Aku terdiam beberapa detik, sebab tidak tahu harus menjawab apa. Apa yang salah dengan usiaku? “Kamu harus menikah lagi Fikri. Ibu ingin punya menantu yang usianya masih muda,” ucap Ibu Salma lagi seolah aku tidak ada artinya di sana. Deg! Apa ini mimpi! lidahku terasa kaku, suaraku hilang tercekat di tenggorokan. Apa maksud ibu mertuaku ini? Apa dia sedang bercanda? Sungguh ini bercandaan yang sangat mengerikan dan tidak lucu sama sekali. “Maksud ibu apa?” tanyaku masih berusaha tenang, padahal nafasku sudah menggebu. “Kamu sudah terlalu tua untuk segera memiliki anak. Pasti kalian akan sulit memiliki anak di usiamu yang sudah kepala 3 lebih.” Rutin perawatan wajah dan kulit, memang membuat Yumna tidak terlihat seperti dengan usianya. Dia sangat cantik, putih dan bersih, wajahnya memang terlihat lebih jauh muda dari usianya. “Ibu tidak boleh berbicara seperti itu,” tegur Mas Fikri pada ibunya. Aku sudah tidak bisa lagi berkata-kata karena terlalu sakit untuk aku terima ucapan ibu di malam pengantinku ini. “Ibu benar Fikri. Kenapa kamu tidak bilang pada ibu kalau usianya sudah 32 tahun? Ibu ingin segera memiliki cucu. Usianya sudah tua, dia pasti sudah tidak produktif lagi dan akan sulit memiliki anak.” “Cukup Bu! Tolong hargai sedikit saja perasaan istriku! Ini malam pertama kami menjadi suami istri, kenapa ibu tega menyakiti hati istri ku sampai seperti ini.” “Sekarang kamu mulai berani melawan ibu Fikri!. Lebih baik ceraikan saja istri tua mu ini sekarang juga. Belum apa-apa dia sudah membuat kamu melawan ibu." Entah setan apa yang merasuki Ibu mertuaku ini, alasannya sungguh tidak masuk di akal. Kenapa dia bertindak semaunya, dan seolah aku tidak punya harga diri di sini. “Bu, Aku tidak berniat melawan ibu. Tapi kata-kata ibu sudah sangat keterlaluan. Kita bisa membicarakan ini baik-baik Bu.” “Tidak ada yang harus di bicarakan lagi Fikri. Pokoknya kamu harus menikah lagi dengan wanita yang lebih mudah agar Ibu bisa segera memiliki cucu." Sungguh konyol sekali, apa pernikahan baginya hanya sebuah ajang untuk memiliki keturunan saja? Apa dia benar-benar sadar akan ucapan dan keinginannya itu ? “Tenanglah Bu, ini sudah malam aku sangat lelah biarkan aku dan istriku istirahat dulu untuk malam ini. Besok kita bicarakan lagi." Sejak tadi aku hanya diam memerhatikan perdebatan ibu dan Mas Fikri. Aku melihat Mas Fikri memang sangat patuh pada Ibunya, bahkan dia tetap berusaha sopan dan tenang menghadapi emosi ibu yang meluap-luap. Tapi apa dia akan memperlakukan ku juga seperti dia memperlakukan ibunya? Bahkan sekarang aku merasa kurang puas akan pembelaan nya.Kebahagiaan mulai menyelimuti keluarga Fikri. yang hilang memang selalu akan tergantikan. Kehilangan ibunya di ganti dengan kehadiran sang ayah juga kedua anak kembar yang selama kehamilannya tidak pernha ia ketahui. Kehidupan nya tetap berjalan, tetap tidak pernah terlepas dari yang namanya cobaan. Entah dengan cara seperti apa ujian itu datang sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan terus berserah. Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa anak kembar Mereka kini mengijak usia remaja. Usia yang cukup membuat Fikri dan Yumna kewalahan dengan tingkah dua anak remajanya. "Aku menyukai seorang gadis Bu," celetuk Azzam tiba-tiba saja saat di meja makan. walaupun mereka anak laki-laki tapi sejak kecil Yumna dan Fikri selalu mengajarkan dua anaknya untuk saling terbuka. Dan bercerita banyak hal dengan keluarga daripada dengan orang lain. Dan kebiasaan itu tertanam hingga dewasa pada kedua anaknya, mereka selalu menceritakan apa saja pada kedua orang tuanya. "Apa? Azzam kamu masih
“Mas,” Yumna memanggil suaminya yang tengah terlelap di sampingnya. Dia menggoyang tubuh Fikri dengan pelan, sambil merasakan mulas di perutnya. “Kenapa sayang?” dia bangun mengucek kedua matanya yang terasa lengket sebab masih jam dua pagi.Yumna mendesis merasakan sakit yang kadang hilang kadang tibul di perutnya “sepertinya dia mau keluar,” ucapnya masih bisa tersenyum walau menahan sakit.“Apa!!” Fikri memekik panik “Mana yang sakit sayang, gimana ini kita harus gimana,” Fikri panik bukan main. Yumna yang melihat kepanikan suaminya menggelang dan membuang nafas.“Mas. Kamu tenang dulu jangan panik gitu dong,” kesalnya. Pasalnya dia yang kesakitan tapi suaminya berlebihan panik sehingga tidak bisa melakukan apapun.“Maaf aku bingung, dan panik sayang,” jawab Fikri tergesah bahkan dahinya berkeringat“Tenang. Ambil tas perlengkapan bayi yang sudah aku siapkan,” Fikri mendengarkan araah Yumna, padalah dia tengah kesakitan tapi dia masih bisa menahannya “terus kamu pesan taksi di apl
Salma juga korban akan keegoisan mertuanya dia menikah dengan Hendra, namun dua tahun pernikahannya belum di karuniai anak juga.Mertuanya menganggap dia mandul dan memaksa Hendra untuk menikah lagi tapi Salma tak terima dan memilih bercerai dan pergi dari Hendra.Akhirnya Hendra menikah lagi dengan pilihan orang tuanya satu tahun pernikahan istrinya juga belum hamil. Salma yang mengetahui itu senang ingin membalas perlakuan mantan suami dan mantan mertuanya dengan menyombongkan diri dan memberitahu Hendra dan orang tuanya bahwa saat mereka bercerai dia tengah hamil.Hendra sangat senang dan ingin kembali namun karena terlanjur kecewa Salma tak mau dan kembali pergi entah kemana. Bertahun-tahun menikah tak juga memiliki anak dari istri keduanya. Dia juga tidak tahan dengan cemohan mertuanya dan memilih berpisah. Hendra kembali bertemu dengan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya tetapi memiliki seorang anak yang sudah berusia 10 tahun.Karena putus asa tak juga memiliki
Fikri memejamkan mata mengucap syukur, menatap mata sayu istrinya yang masih lemah. Bahkan Yumna belum mampun berucap apapun semenjak bertemu dengan suaminya.Dia merasa lega yang tak terkira. Beban yang sangat berat telah diangkat dari bahu dan hatinya. Perasaan takut dan cemas yang telah menghantui dia selama berjam-jam akhirnya mulai memudar.Dia merasa seperti telah diberi kesempatan kedua untuk hidup dan merasakan kebahagiaan bersama suaminya. Dia merasa sangat berterima kasih kepada suaminya yang telah berjuang keras untuk menemukannya.Suaminya telah melakukan hal yang tidak mungkin untuk menyelamatkannya, dan dia tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah suaminya lakukan untuknya. Terlihat lega dan bahagia, dengan senyum yang lebar dan mata yang berkilauan.Merasa seperti ingin menangis karena kebahagiaan dan kelegaan yang dia rasakan. Dia membuka pelukannya dan merangkul suaminya erat, seperti tidak ingin melepaskannya lagi.“Indah,” lirihnyaSstt…“Mas sudah tahu, maa
Dia mundur perlahan menggelengkan kepala pelan, membuka pintu perlahan dan lari dari sana. Setelah lama berlari dia sangat kelelahan dia terjatuh ke tanah dengan perutnya yang membesar, membuatnya sulit bernapas.Rambutnya yang panjang dan hitam terurai di sekitar wajahnya, menutupi mata coklat tuanya yang terlihat takut. Baju hamilnya yang longgar dan nyaman kini terlipat dan kusut, menampilkan perutnya yang membesar.Dia melihat ke atas, langit yang mulai redup dia harus bisa keluar dari dalam hutan ini sebelum malam tiba dan gelap. Dia merasa sakit di perutnya karena jatuh, dan khawatir tentang keselamatannya dan bayinya.Dia sangat lelah dan sudah tak kuat lagi untuk berjalan sebab sudah terlalu jauh dari posisi dimana gubuk berada, rasanya percuma dia kabur jika akan mati juga hanya dengan cara yang berbeda.“Mas Fikri,” lirih Yumna meringis menyandarkan tubuhnya di sebuah pohonSementara Galang yang menyadari Yumna kabur, kalang kabut mencarinya membangunkan anak buahnya dengan
Dia memegang gagang pintu namun terbuka dengan sendirinya padahal dia tidak menekan atau mendorong pintu tersebut, mungkin karena memang pintunya yang tidak di kunci sehingga tersenggolnya saja mudah terbuka.Dia sempat kaget karena pintu terbuka dengan sendirinya, saling pandang pada Erlan, seolah berbicara melalaui matanya. Kepalanya menoleh ke arah dalam dan melihat sedikit dari celah pintu yang terbuka terlihat barang yang berserakan di lantai. Matanya membulat penuh dan membuka pintu itu semakin lebar.Ruangan itu sudah sangat berantakan dengan banyak barang yang berserakan di lantai juga kursi dan meja yang sudah terbalik tak pada posisinya. Perasaannya semakin tak enak, tubuhnya hampir saja luruh ke lantai beruntung Erlan menahan dan menyadarkan Fikri untuk kuat. Dia tak kuat untuk melangkah sebab tak siap untuk sesuatu yang akan dia lihat atau temukan.“Sadar dan kuatlah Fik,” Erlan mengguncang tubuh Fikri yang menatap kosong kedepan “ Percayalan kita belum terlambat menyelam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen