KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU70. Ibu sudah tahu? (Bagian A)"Key, kamu jangan mudah percaya! Semua omongan dia itu nggak ada yang benar! Gila, ya! Dia benar-benar psikopat!" ujar Mas Rengga seraya menggertakkan giginya. Aku hanya diam, menunggunya melakukan pembelaan. "Psikopat? Bukannya kamu cinta? Bahkan, kamu sempat menawariku untuk berpoligami saja. Lupa, Mas?" tanyaku dengan santai. Mas Rengga terlihat bingung, dia menyandarkan tubuhnya pada jok dan menggeleng lemah."Maaf, Key. Waktu itu aku hanya terpaksa saja!" kata Mas Rengga terdengar lirih."Udahlah, Mas. Nggak usah dibahas. Mending fokus nyetir, aku ingin segera sampai tempat Ibu!" sahutku dengan cuek. Berbicara tentang Risa pada Mas Rengga seakan tidak pernah berujung. Aku sendiri juga tak tahu, mana yang pantas untuk dipercaya ucapannya? Mas Rengga, suami yang sudah menjagaku dan memenuhi semua kebutuhanku semenjak beberapa tahun silam. Ataukah si gundik yang baru saja aku kenal? Tak perlu berlarut untuk memikirk
71. Ibu sudah tahu? (Bagian B)Hampir saja terbahak aku, saat membaca komentarnya yang diberikan di postingan suamiku. Dia berharap apa tadi katanya? Suami yang sayang dengannya? Suami orang maksudnya? Lalu, apa tadi? Mertua yang bisa memperlakukannya dengan baik? Asli, aku ingin tertawa sekencang-kencangnya. Dia sendiri saja tidak bisa memperlakukan wanita lain dengan baik, kok bisa-bisanya dia tak tahu malu ingin diperlakukan secara baik. Sengaja, aku ingin memancing perhatiannya. Aku tekan tombol love untuk komentarnya, itu berarti aku dengan menyukai komentar yang dia berikan.Tak sampai menunggu berapa lama, saat ku putuskan untuk menjelajahi beranda. Story instagram Risa terlihat aktif. Dia baru beberapa menit yang lalu memposting sebuah kata-kata. 1% senang, 99% terluka. Aku mengernyitkan kening saat melihat dirinya memposting story dengan isi kata seperti itu. Tapi, aku tak ingin membalas ataupun berkomentar dengan akun suamiku. Bisa GR dia. Lagipula aku yakin, Risa tidak ak
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU72. Partner! (Bagian A)"Ya … sudah Ibu duga kalau Rengga memang sedang menyembunyikan sesuatu di belakang Ibu juga, terutama kamu," ujar Ibu mertua yang kini menatapku dengan wajah serius. Gurat keriput yang tersamarkan dengan riasan tipis bedak dingin, membuatku tersadar bahwa waktu sudah berjalan begitu cepat. Dan aku sudah mengenal Ibu selama hampir tujuh tahun lamanya."I-ibu … tahu dari mana?" tanyaku dengan suara sesenggukan. Aku menghapus air mata yang sudah menggenang dengan kasar. Tak ingin Ibu mertua semakin bersedih melihatku terpuruk seperti ini.Bukankah Keysa yang dia kenal adalah wanita dengan hati kuat dan tegar? Bukankah Keysa yang dia tahu, adalah seorang wanita karir yang mandiri, dan tak mempunyai waktu hanya untuk membahas dan menerka-nerka hal tak jelas semacam ini? Begitulah kurang lebih yang dipandang Ibu dariku, selama ini.Tapi, nyatanya? Aku tetap wanita biasa. Aku manusia yang tentu saja punya hati dan perasaan seperti l
73. Partner! (Bagian B)"Tunggu, Ibu belum selesai ngomong!" potong Ibu dengan cepat. Aku hanya bisa mendesah pelan."Apa menurutmu wajar? Dia datang dengan dandanan kurang sopan, di acara makan malam keluarga kita? Bahkan, dia sempat mengeluarkan suaranya hanya untuk menyerukan pertanyaan konyol yang sama sekali nggak lucu jika ditujukan untuk lelaki bergelar suami, apalagi hal itu diucapkan langsung di depan Ibu, yang dia tahu sebagai ibu kandung Rengga. Apa kamu ndak memikirkan, bagaimana perasaan Bapak dan Ibumu juga waktu itu? Keysa, walaupun itu hanya bergurau atau candaan. Suami orang atau sebaliknya, ndak cocok dijadikan bahan lelucon di depan keluarga besarnya! Satu lagi pertanyaan Ibu kali ini, apa kamu ndak merasa curiga dengan tatapan wanita itu yang mencuri-curi pandang ke suamimu? Bahkan, Ibu sering kali menangkap Rengga juga meliriknya sebelum semuanya menyadari. Apa Rengga sudah terbiasa begitu dengan lawan jenis selama ini? Apa menurut kamu itu hal yang wajar? Karena,
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU74. Ancaman Risa (Bagian A)Setelah mengobrol dari hati ke hati bersama dengan Ibu tadi, aku merasa sedikit lega. Setidaknya, aku bisa berbagi sedikit beban yang aku rasa.Mas Rengga lebih banyak melamun, setelah ku dengarkan isi rekaman ku bersama dengan Risa saat kami hadir dalam undangan podcast. Entah, apa yang berusaha dia pikir. Aku sendiri tak bisa menyelami isi hati dan pikirannya saat ini. Mas Rengga sungguh terlihat kacau dan berantakan. Aku tak menyangka, seorang Risa saja bisa membuatnya seperti itu."Rengga, Keysa … lusa Ibu kembali ke Jogja, ya. Kalian harus baik-baik! Menurut Ibu, kamu sudah ndak perlu lagi ikut perjalanan dinas yang menyisir dari kota ke kota, apalagi sampai ke luar pulau. Usia kalian sudah matang, cobalah berpikir untuk masa depan. Fokus memiliki turunan, itu bisa menjadikan kalian semakin dekat. Pernikahan memang bukan hanya tentang generasi penerus, tapi apa salahnya jika kalian berusaha untuk mencoba lebih keras? K
75. Ancaman Risa (Bagian B)Aku menggeleng."Nggak usah, Mas. Jangan terlalu berlebihan!" sahutku berusaha terlihat datar. Aku hanya melengkungkan senyum dengan kondisi terpaksa."Keysa, nggak usah malu sama Ibu, suamimu ini pelaut! Tentu nggak akan oleng hanya karena membawa beban tubuhmu saja!" kata Ibu terkekeh.Aku semakin canggung, jika Mas Rengga berlaku seperti ini, sebelum insiden dengan kondisi begini. Tentu saja dengan hati yang riang gembira aku sudah naik ke atas punggungnya, tanpa dipaksa. Tapi kali ini? Rasanya risih, saat mengingat bahwa bisa jadi dia juga melakukan hal yang sama pada Risa. Sehingga aku bukanlah satu-satunya yang menaiki punggung kokohnya. Ah, pikiranku mendadak menjadi ngawur. Tak bisa terkontrol begitu saja."Key, kok malah melamun? Udah, sana! Naik ke atas, cepat istirahat. Bukankah besok jadwal mu padat?" kata Ibu mengingatkan."Iya, Bu. Tapi, sungguh, Keysa tak ingin beradegan seperti ini. Biar Keysa jalan saja, ini terlalu berlebihan!" tukasku de
76. Ancaman Risa (Bagian C) "Key, jangan begitu! Sampai kapanpun aku nggak mau pisah sama kamu! Jangan mengada-ngada pakai bahas perceraian! Karena semua itu nggak akan pernah terjadi, Keysa! Please, aku sayang sama kamu. Aku pengen punya masa depan yang baik dan tenang denganmu. Aku punya cita-cita untuk hidup bahagia bersama denganmu! Tolong lah, Key! Dengarkan aku sekali lagi, aku sama sekali nggak mau pisah sama kamu!" ujar Mas Rengga setengah berteriak."Sst! Jangan berisik, Mas! Asal kamu tahu, ya. Kalau memang kamu sayang sama aku, cinta sama aku. Punya cita-cita bahagia bareng aku dan segala tetek bengek yang bertajuk bahwa aku duniamu, seharusnya nggak akan pernah ada dia dalam kehidupan kita! Kamu, lupa Mas? Apa yang kamu bilang waktu pertama kali gundik itu menginjakkan kakinya ke rumah ini? Kamu tuli? Amnesia atau mungkin pikun?" Aku ikut berteriak. Rasanya gelora emosi yang sudah membara ingin segera kuluapkan saat ini juga."Key, kamu nggak paham! Ah, sudahlah, Key. Aku
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU77. Rengga Sakit (Bagian A)Aku berusaha untuk memejamkan mata, namun rasanya begitu sulit sekali. Berusaha menggulingkan tubuhku ke samping kanan, lalu ke samping kiri. Terlentang, tengkurap, bahwa hingga meringkuk. Semua posisi sudah aku coba, tapi tetap saja tak ada posisi yang membuatku nyaman hingga akhirnya tertidur. Aku sungguh memikirkan pesan dari Risa tadi. Meskipun tak ada nama dan hanya sebaris nomor saja, aku bisa tahu dan dengan cepat menebak, bahwa sudah jelas dan pasti itu milik Risa. Siapa lagi memangnya? Jika bukan wanita berulat bulu.Aku menatap langit-langit kamar karena rasanya mataku tak kunjung terpejam. Hingga kemudian aku mendengar suara pintu yang berderit, tak lama tertutup kembali. Meskipun tanpa melihatnya, aku sudah tahu bahwa itu pasti Mas Rengga yang masuk. Benar saja, guncangan lembut terasa di balik punggungku. Suamiku itu sedang berusaha naik ke atas kasur dan menaikkan selimut hingga ke batas dada.Aku pura-pura