KU BUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 2
**
PoV Sandrina
Aku merasa kecewa pada Mas Alif. Mengapa dia mempekerjakan Miranti sebagai sekretaris dan hanya diam saja padaku. Apakah dia tidak menghargai aku sebagai istrinya.
Bukankah karena Papa derajat Mas Alif terangkat. Dia dulu nya hanya lelaki biasa. Pekerjaannya juga sebagai tukang photo Copy di kantor. Karena di nilai jujur oleh Papa, Mas Alif diangkat menjadi karyawan di Perusahaan. Mas Alif mulai kuliah lagi di malam hari agar jabatannya bisa naik dan Papa mendukungnya.
Namun mengapa dia tega berbuat curang di belakangku. Apakah keinginan menguasai sedemikian besar? Padahal kami adalah suami istri. Aku membebaskan dia bekerja memajukan usaha Papa. Aku percaya sepenuhnya pada suamiku.
Hatiku rasanya sakit. Aku tak sangka lelaki itu tega mengkhianati aku seperti ini. Miranti yang ku percaya tega merebut suamiku jika anak itu adalah anak Mas Alif.
"Bu, apakah Ibu Sandrina baik-baik saja?" tanya Damar padaku. Aku menghela napas, bagaimana mungkin aku baik-baik saja kalau aku di khianati.
"Ya, aku baik-baik saja, aku pasti perlu bantuan kamu untuk mengungkap kasus ini. Mengapa Mas Alif tega membuat bangkrut usaha Papa secara perlahan. Apa tujuan dan motifnya serta mengapa Miranti menjadi sekretarisnya? Semua itu perlu di jawab!" kataku menatapnya.
"Apa yang bisa saya lakukan kalau saya saja sudah di pecat oleh Pak Alif," katanya dengan lesu padaku.
"Pasti ada. Saya masih butuh bantuan kamu. Saya akan kabarkan lagi apa yang harus kamu lakukan karena datang tiba-tiba menuduh pada Mas Alif akan percuma. Dia pasti berkilah, bila dia berkhianat padaku maka caranya adalah menghancurkan dia secara perlahan. Miranti juga akan menyesal mengkhianati aku sebagai teman!" kataku dengan pandangan tajam ke satu arah. Dadaku bergemuruh hebat karena tak sangka kejadian yang tiba-tiba ini.
"Baik, Bu. Hubungi saja saya. Saya siap membantu kapanpun di butuhkan," katanya. Aku mengambil amplop di dalam tas lalu ku sodorkan ke Damar.
"Apa ini, Bu?" tanya nya.
"Ini biaya perjalanan kamu ke sini. Sekalian saya sudah pesankan hotel untukmu selama dua hari. Karena saya juga harus cari cara yang bagus mengungkap ini!"
"Tetapi, Bu …." Dia menolak secara halus. Aku dengan segera menjawabnya.
"Saya sudah berjanji dan kamu harus mengambilnya," kataku sedikit memaksa. Damar menghela napas lalu mengangguk.
**
Aku terduduk di balkon hotel memandang kota Kuala Lumpur di malam hari. Gemerlap lampu-lampu kota menghiasi jalanan dengan kendaraan yang berlalu lalang.
Gawai ku bergetar, panggilan dari Mas Alif. Aku tersenyum getir melihat namanya terpampang di gawaiku. SUAMIKU SAYANG, nama itu adalah nama Mas Alif yang ku tulis di list kontak dalam gawaiku. Setelah ini bisa di pastikan kalau aku akan segera menggantinya. SUAMI PENGKHIANAT, itu akan kuganti untuknya.
"Assalamu'alaikum," sapaku seperti biasa.
"Sand, kenapa kamu belum tanda tangan juga, Handphone kamu kemarin gak aktif. Ini penting, Sand!"
Mas Alif langsung to the point ke masalah utama. Seperti nya dia benar-benar mau membuat Perusahaan Papa bangkrut.
"Acaraku juga penting dan Handphone ku low, Mas. Kenapa mendesak sekali. Kamu hanya memikirkan tentang uang dan kepentingan mu. Apa hanya itu tujuanmu menghubungiku?"
Aku sengaja mematikan panggilan darinya. Rasa muak memenuhi dadaku. Apalagi teringat Miranti menjadi sekretarisnya. Mas Alif menghubungi ku lagi. Aku masih malas mengangkatnya, dia tak akan mendapatkan tanda tangan dariku.
[Maafkan aku, sayang. Tetapi tanda tangan kamu penting untuk kelangsungan Perusahaan kita kedepannya.]
Karena aku tak angkat Mas Alif berkirim pesan. Dia kembali menghubungi aku, aku mencoba tenang agar dia tak curiga karena secara perlahan Mas Alif akan aku tendang dari Perusahaan Papa.
"Apa maumu?" tanyaku dengan ketus.
"Maaf, sayang. Aku minta maaf jika mengabaikan kamu. Tetapi kalau Pabrik mau maju maka kita harus melakukan beberapa gebrakan. Aku hanya berpikir kemajuan Pabrik sampai lupa padamu. Aku tetap mencintaimu, semua ini kulakukan untuk kebaikan kita," katanya lembut di ujung telepon. Dia mau memajukan Pabrik? Yang ada membuat bangkrut.
"Karena aku marah maka kamu datang ke sini dua hari lagi menjemputku dan membawakan aku bunga serta kita bersama-sama jalan-jalan mengelilingi kota Kuala Lumpur, apa kamu bersedia?"
"Sand, kamu kan tahu aku sibuk, maafkan aku, sayang. Aku banyak pekerjaan di sini, dan gak bisa di tinggal. Mohon kamu bekerja sama dan tanda tangani saja dokumen itu, Sand," katanya menolakku.
"Oh, gitu jadi kamu gak bisa. Apa ada wanita lain yang mengisi hati kamu!"
"Enggak, sayang. Aku cuma sayang sama kamu. Tetapi emang pekerjaan aku banyak sekali!"
Aku mematikan lagi sambungan telepon. Semakin yakin kalau Mas Alif berkilah untuk menipuku. Beberapa kali dia menghubungi dan aku tak angkat.
Aku gelisah, ini tak bisa di biarkan. Mas Alif dan Miranti sepertinya ingin memperkaya diri. Aku mengambil gawaiku yang lain lalu menghubungi Saskia di bagian keuangan.
"Halo,"
"Ini Sandrina, saya minta sama kamu blokir semua rekening Perusahaan!"
"Tetapi, Bu!"
"Apa?"
"Bapak Alif, Bagaimana?"
"Siapa bos kamu? Dia apa aku? Perusahaan akan bangkrut kalau kamu takut sama dia. Lakukan perintahku karena aku memegang wewenang tertinggi untuk menyelamatkan Perusahaan peninggalan Papaku!"
"Baik, Bu!"
"Jangan kamu katakan padanya. Biar dia menyadari sendiri kalau rekening sudah terblokir!"
"Baik, Bu!" katanya patuh. Aku mematikan sambungan telepon. Ini sudah pada tahap gawat. Semoga Mas Alif belum memindahkan uangnya ke rekening pribadinya jadi uang Perusahaan masih aman.
Bersiap Mas Alif dan Miranti akan menerima kejutan dariku.
Bersambung.
KU BUAT KAMU MISKIN, MAS bag 3. **"Ada apa, Sand? Kamu sedang ada masalah?" tanya Mbak Fey, teman yang mengundangku untuk kolaborasi di even rancangannya. "Ada sedikit masalah, Mbak. Aku sepertinya besok harus pulang ke Indonesia karena harus menyelesaikan masalahku!" kataku padanya. Dia heran melihatku. "Tetapi acara kita masih berjalan, Sand. Melalui even ini rancangan mu bisa di terima. Apakah masalahmu sangat rumit?" Aku menghela napas. Entah mengapa di khianati Miranti dan Mas Alif, aku jadi tak mempercayai orang lain. Tetapi menghadapi sendiri maka aku tak akan bisa. Mbak Fey adalah desainer yang cukup terkenal. Dia tidak pelit berbagi Ilmu. Usianya jauh sekali di atas ku. Karena dukungan dari nya aku bisa di kenal cukup luas. Mbak Fey sudah seperti kakak ku sendiri. "Sand, masalah kamu pasti sangat rumit. Kamu bisa berbagi cerita ke Mbak, insya Allah bila mampu maka Mbak akan membantu," katanya. Ku pandangi wanita di depanku. Yang Kusuka darinya juga adalah sikap rendah
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 4**PoV Sandrina"Hai, Mir!" seruku ke temanku yang sedang duduk nyaman di kursi pimpinan. Dia terkaget melihat aku sudah ada di depan nya. "Sandrina, bukannya kamu di Malaysia!" katanya langsung berdiri. Dia merasa tak enak dan menundukkan pandangannya. "Kenapa kamu bisa masuk ke ruangan ini. Mir? Banyak hal yang terjadi selama sebulan ini ya. Aku memang gak mengecek Pabrik dan seminggu aku pergi ke Malaysia. Apa yang terjadi sehingga kamu bisa duduk nyaman di sini?" kataku dengan sinis padanya. Lalu aku berjalan dan menabrak bahunya untuk duduk di kursi yang tadi di dudukinya. "Sand, kamu jangan salah paham dulu ya. Aku ... Aku ...." Miranti tampak bingung dia berusaha keras mencari perkataan yang tepat. "Apa. Aku menunggu penjelasan!" sentakku menatapnya tajam. "Sand, aku sedang punya masalah keuangan. Mantan pacarku meninggalkan aku dan membuat aku berhutang. Aku gak tahu lagi mau bagaimana. Hingga aku melamar kerja di Perusahaan kamu. Mas Alif me
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 5. **Aku mematikan gawaiku, merasa muak pada Mas Alif. Semua masih misteri yang belum di jawab. Aku harus cari tahu siapa yang hamil dan ada hubungan apa dia dengan Miranti, karena aku hanya berfokus pada story' wa Miranti tempo hari. Mas Alif sepertinya belum puas. Dia beberapa kali menghubungi aku. Tetapi aku masih enggan menganggat nya. Lalu dia berkirim pesan padaku. [Sand, kamu marah sama aku ya, sayang. Aku salah, Sand. Dia menangis di kaki ku dan berkata sedang susah. Aku kasihan sama dia karena sahabat kamu. Miranti punya nilai bagus dan ku pertimbangkan dia jadi Sekretaris karena dia dekat dengan kamu juga, Sand.] Mas Alif mengirimi aku pesan. Entah mengapa aku tak percaya padanya. Dia beberapa kali menghubungi aku. "Apa!" "Sand, kenapa kamu masih marah sama aku, sayang. Udahlah marahnya, aku janji akan lebih perhatian sama kamu, Sand." "Oh, gitu. Aku sedang di kantor dan mengapa keuangan Pabrik anjlok. Kamu gimana sih ngurus Perusahaan pen
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 6. **"Kamu hamil?" tanyaku. Dia secara cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak, Sand. Kenapa kamu nuduh aku kayak gitu!" "Kamu barusan muntah-muntah kayak orang hamil!" sentakku padanya. Dia membalik badannya mengelap kasar wajahnya. "Emang yang muntah-muntah cuma orang hamil saja, aku gak enak badan karena masuk angin. Oh, aku lupa kamu gak pernah hamil jadi menganggap setiap orang yang muntah sudah pasti hamil!" Dia masih sempat menyudutkan ku karena sampai sekarang belum punya anak. "Anak adalah anugerah Tuhan. Lebih baik aku belum di kasih tetapi gak hamil di luar nikah mengandung anak haram. Kamu tahu gak, anak haram gak dapat apapun dari ayah biologisnya termasuk harta warisan!" Aku membalik ucapanku padanya. Wajah Miranti merah padam mendengar tutur kataku. "Apa maumu sebenarnya, Sand. Kenapa kamu menyudutkan aku?" "Kenapa kamu selalu merasa tersudut? Siapapun pasti akan curiga karena tiba-tiba kamu bekerja di sini dan menjadi sekretaris pula.
KUBUAT KAMU MISKIN MAS BAG 7. **Aku sama sekali gak peduli dengan Ibu dan teriakannya. Aku tetap menaruh pakaian Mas Alif dalam plastik. Sekaligus sepatu, jam tangan dasi dan semuanya. Berani benar dia jual perhiasanku. "Kamu dengar gak, Sand. Kenapa kamu diam aja!" bentaknya lagi. "Ini rumah manusia bukan hutan. Bisa gak kalau bicara gak usah teriak. Lanjut aja cuci piring sana!" bentakku pada Ibu. "Terus kamu mau apakan seluruh pakaian itu. Nanti Alif pake baju apa?" "Enggak tahu bukan urusanku. Lagian kenapa dia jual perhiasan aku. Asal Ibu tahu ya harganya lebih mahal dari ini!" kataku dengan wajah datar. "Keterlaluan sekali kamu, Sand. Setan mana yang merasuki kamu sehingga pulang dari Malaysia sikap kamu berubah begini!" sentaknya melihatku dengan berkacak pinggang. "Aku gak terima karena Perusahaan Papaku nyaris bangkrut di tangan Mas Alif dan Miranti tanpa sepengetahuan aku jadi sekretaris. Ibu pasti tahu sesuatu, 'kan?" Wajah Bu Rifah, mertuaku pias aku katakan itu. A
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 8**PoV SandrinaIbu melihat aku gusar sambil menatap Ratmini. Pandangan ku lurus ke adik Ipar yang wajahnya di penuhi lebam itu. "Kenapa wajahmu?""Aku di pukul suamiku, kamu kan dengar aku bicara barusan!" katanya ketus padaku. Menyebalkan masih bisa berbicara ketus padaku. "Terus kamu ngomong surat tanah tadi maksudnya apa? Surat rumah kalian yang di kampung itu?" tanya ku. "Ya!" jawabnya sambil mencibir. "Ratmini!" Ibu mencubitnya. Dia meringis memegang pinggangnya yang di cubit Ibu. "Sakit, Bu!" ucapnya mengeluh sakit. Aku menatap heran mereka berdua. Ibu sepertinya tak ingin kedoknya terbongkar. "Sebentar, Ratmini, jadi tanah kalian gak di jual melainkan kamu simpan suratnya?" tanyaku. "Rencana mau di jual tetapi belum laku karena kamu kan tahu, Mbak. Di sana jauh dan kampung banget." "Oh, gitu. Kenapa Ibu kamu bilang tanah kalian di jual. Dasar pembohong. Artinya ini adalah uang perhiasanku dan uang Perusahaan, 'kan, Bu?" "Bukan. Itu uang Ibu?"
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS bag 9. **Aku dan Nisa serta baby sitter masuk ke rumah. Faiz mengizinkan dia tinggal bersamaku. Impian Nisa dari dulu ingin sepertiku belajar menjadi desainer tetapi dia hamil dan harus mengurus bayinya kala itu sehingga tak bisa ikut bekerja denganku. "Apa yang bisa ku kerjakan, Mbak?" "Gak ada. Kamu cuma perlu ngikutin aku, serta melihat-lihat apa yang mereka lakukan. Mas Alif tega menikam ku dari belakang maka aku akan buat dia dan keluarganya juga menderita secara perlahan terutama Miranti. Sahabatku saat kami SMA, sering bersama sampai dia sering pinjam pakaian aku terakhir dia mencuri Mas Alif dari aku!" ucapku memandang lurus. Nisa memegang tanganku. "Sabar, Mbak. Kasihan banget kamu harus menghadapi ini sendiri. Kamu kuat sekali. Patut aku menghormatimu, karena selain pintar kamu juga tegar!" "Aku juga akan bantu sebisanya, Mbak. Kamu saudaraku. Aku juga saudaramu, kapanpun perlu maka aku siap." "Makasih, Faiz." kataku padanya. Untuk sementara Ni
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 10.**PoV Sandrina Aku sama sekali gak peduli mereka mau setuju atau tidak. Mas Alif mengeraskan rahangnya. Dia menatap aku dengan tak suka. "Sand, kamu tahu rekening Perusahaan yang kamu blokir itu di dalam masih ada uangku!" katanya. Aku tersenyum sinis padanya. Artinya, Mas Alif belum memindahkan uang nya ke rekening pribadinya. "Bukannya uang lebih dari 50 juta yang kamu berikan ke Ibu juga uang Perusahaan dan uang perhiasanku!" "Itu buat jatah Ibu karena aku belum mencairkan lagi dana selanjutnya di rekening Perusahaan sekaligus mengambil uang pribadiku. Jadi aku minta sama kamu bukalah blokiran itu, Sand!" katanya berharap aku mengubah keputusanku. "Syukur aku gak lapor kamu, Mas. Apa mau aku lapor kamu sebagai tindak pencucian uang. Biar saja gak ada bukti yang penting kamu di penjara. Apa kamu mau!" sentakku. Dia diam tak bisa berkata. "Gak usah banyak tingkah. Anggap ini kesalahanmu karena Perusahaan Papaku nyaris bangkrut. Aku akan mengatur