KUBUAT KAMU MISKIN, MAS bag 9. **Aku dan Nisa serta baby sitter masuk ke rumah. Faiz mengizinkan dia tinggal bersamaku. Impian Nisa dari dulu ingin sepertiku belajar menjadi desainer tetapi dia hamil dan harus mengurus bayinya kala itu sehingga tak bisa ikut bekerja denganku. "Apa yang bisa ku kerjakan, Mbak?" "Gak ada. Kamu cuma perlu ngikutin aku, serta melihat-lihat apa yang mereka lakukan. Mas Alif tega menikam ku dari belakang maka aku akan buat dia dan keluarganya juga menderita secara perlahan terutama Miranti. Sahabatku saat kami SMA, sering bersama sampai dia sering pinjam pakaian aku terakhir dia mencuri Mas Alif dari aku!" ucapku memandang lurus. Nisa memegang tanganku. "Sabar, Mbak. Kasihan banget kamu harus menghadapi ini sendiri. Kamu kuat sekali. Patut aku menghormatimu, karena selain pintar kamu juga tegar!" "Aku juga akan bantu sebisanya, Mbak. Kamu saudaraku. Aku juga saudaramu, kapanpun perlu maka aku siap." "Makasih, Faiz." kataku padanya. Untuk sementara Ni
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 10.**PoV Sandrina Aku sama sekali gak peduli mereka mau setuju atau tidak. Mas Alif mengeraskan rahangnya. Dia menatap aku dengan tak suka. "Sand, kamu tahu rekening Perusahaan yang kamu blokir itu di dalam masih ada uangku!" katanya. Aku tersenyum sinis padanya. Artinya, Mas Alif belum memindahkan uang nya ke rekening pribadinya. "Bukannya uang lebih dari 50 juta yang kamu berikan ke Ibu juga uang Perusahaan dan uang perhiasanku!" "Itu buat jatah Ibu karena aku belum mencairkan lagi dana selanjutnya di rekening Perusahaan sekaligus mengambil uang pribadiku. Jadi aku minta sama kamu bukalah blokiran itu, Sand!" katanya berharap aku mengubah keputusanku. "Syukur aku gak lapor kamu, Mas. Apa mau aku lapor kamu sebagai tindak pencucian uang. Biar saja gak ada bukti yang penting kamu di penjara. Apa kamu mau!" sentakku. Dia diam tak bisa berkata. "Gak usah banyak tingkah. Anggap ini kesalahanmu karena Perusahaan Papaku nyaris bangkrut. Aku akan mengatur
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 11**PoV Sandrina Aku sarapan pagi dengan lahap bersama Nisa. Anaknya sedang aktif berlari kesana-kemari. Baby sitter yang mengurus. Nisa membuatkan aku sarapan nasi goreng dengan telur dadar. "Duh, enak banget, Nis. Tapi aku gak enak sama Faiz. Kamu jadi tinggal di sini," kataku menyantap makanan nya. "Santai lah, Mbak. Aku juga nanti ketemu sama dia. Apa jadwal hari ini?" tanyanya. "Aku mau ngantor sebentar. Untuk sementara kamu di sini aja mempelajari situasi dan kondisi." "Sesuai arahan, Mbak. Kalau ada apapun pasti aku lapor!" ucapnya. Aku mengulas senyum ke Nisa. Kami melanjutkan sarapan. Mas Alif datang ke meja makan dan sepertinya sudah rapi. Aku heran melihatnya. "Kamu mau kemana, Mas?" "Mau ke kantor, lah!" serunya. "Gak perlu karena aku udah yang pegang kendali!" "Kamu gak bisa seenaknya, Sand. Aku masih pemimpin tertinggi!" kata Mas Alif menghentakkan sendok dengan keras. "Kamu jangan suka hati seperti itu, Mas. Kalau piring ini rusak ka
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS 12. **POV Sandrina. "Perutku sakit, Mas," kata Miranti memegang perutnya yang sakit. Mas Alif terlihat panik. "Kenapa, Mir?" "Kamu pasti hamil?" tanyaku melihatnya dengan gusar. Dia memegang perutnya dengan kesakitan. "Sand, kita harus bawa Miranti ke Dokter!" ucap Mas Alif. Dia langsung menggendong Miranti karena sangat panik. Dia sama sekali gak peduli padaku. Menyebalkan, aku sampai sekarang gak tahu hubungan mereka. Bahkan photo yang di kirim Faiz belum aku tanyakan lebih lanjut. "Damar, kamu kerjakan saja pekerjaan yang sudah ada. Kalau ada sesuatu yang mendesak boleh lapor padaku," ucapku ke Damar. Dia mengangguk mematuhi. "Baik, Bu." katanya. Aku beranjak berjalan mengikuti Mas Alif. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Miranti. "Aku ikut!" ucapku padanya saat dia memasukkan wanita itu ke mobil. Mau tak mau mereka membiarkan aku ikut serta. Rasanya dadaku sesak melihat pemandangan ini. Mas Alif sangat perhatian dengan Miranti. Apa artinya aku
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS. 13.**PoV Sandrina. Mas Alif diam saat aku mengatakan itu. Dia tak terima sama sekali. Tetapi aku gak peduli dan tetap bersikeras akan menjual mobilnya. "Sand. Kenapa harus jual mobil. Apakah gak bisa lainnya. Itu mobil buat aku kemana-mana. Kamu udah ambil uang Ibu dan uangku juga di rekening Perusahaan kenapa masih mempersulit ku, Sand." Mas Alif mulai memelas padaku. Aku sama sekali tak terpengaruh. "Mas, keuangan Perusahaan sedang krisis. Kamu gak usah mempersulit ku. Kamu udah janji sama aku akan menuruti ku. Bagaimana aku bisa percaya padamu jika kamu seperti ini. Setelah stabil aku akan kembalikan lagi," kataku saja berpura-pura agar dia tak marah untuk saat ini. Mas Alif harus bekerja gratis padaku dan keluarganya akan merasakan pembalasan dariku terutama pagar makan tanaman ini, Miranti. "Ya sudah, aku anggap kamu paham, Mas. Aku akan ke kantor karena masih banyak sekali yang harus aku kerjakan!" seruku padanya. Aku beranjak keluar dari ruangan M
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 14. **PoV SandrinaRatmini datang membawa nampan berisi sirup. Dia dengan kasar meletakkannya. Aku menjadi kesal melihat tingkahnya. Gak tahu diri banget, sudah di kasi numpang namun sikapnya menyebalkan. "Gimana sih kamu. Kok gak ada es nya malas banget sih kamu. Banyak di kulkas es batu. Cepat pecahin dan bawa ke mari. Ibu-Ibu pasti haus, 'kan?" kataku dengan perubahan wajah yang signifikan ketika berbicara dengan Ratmini dan Ibu-Ibu arisan yang sedang melihat-lihat itu. "Iya, haus banget," jawab seorang Ibu. "Tetapi aku ...." "Jangan malas deh, dan jangan campur obat sakit perut juga. Setelah kamu buat maka kamu minum sedikit airnya supaya kalau sakit perut kamu lebih dulu yang merasakannya!" sentaknya padanya sambil mengulum senyum. Sudah di pastikan wajah Ratmini ketus dan tak senang. Dia mendumel sambil menghentakkan badannya kemudian berlalu dari kami. "Kamu gak boleh begitu menjelekkan adik ipar, Sand!" Ibu protes atas tindakanku. "Kan emang
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 15. **PoV Sandrina "Izinkan dia tinggal di rumah, Sand." Mas Alif berkata dengan nada lembut. Mataku sudah melotot mendengarnya. "Apa sebenarnya hubunganmu dengannya?" "Kenapa kamu bertanya itu?" Aku hanya tersenyum getir. Mengapa Mas Alif ini menganggap ku tak tahu apa-apa. "Siapa yang sahabatnya? Tetapi kamu sangat perhatian padanya. Apakah Miranti gundik kamu?" "Sand, cukup!" Dia membentakku sebentar lalu mengatur lagi napasnya. "Maafkan aku, Sand. Suami Miranti adalah temanku. Dia meninggalkan Miranti begitu saja dan aku merasa punya tanggung jawab karena yang menghamili dia temanku," katanya beralasan padaku. Well, cukup bagus alasannya. "Anak temanmu bukan anakmu?" "Jangan menuduh hal yang sama terus, Sand. Aku adalah suami kamu!" "Tetapi suami bisa saja jadi pengkhianat." Aku berkata tenang. "Sand. Apa salahnya membantu. Kenapa hubungan kalian jadi renggang. Padahal Miranti cerita kalau kalian adalah teman yang akrab. Dia kesusahan dan pat
KUBUAT KAMU MISKIN, MAS BAG 16. **PoV Sandrina. Wanita itu masuk saja sambil memeluk Bu Rifah. Dia terlihat lesu karena baru saja keluar rumah sakit. "Miranti. Kamu kenapa?" "Aku gak bisa tinggal di kos lagi, Bu. Aku sebenarnya udah dua bulan gak bayar kos. Tetapi Ibu kos kali ini marah dan mengusir aku. Huhuhu …." Dia terisak dan mulai drama. "Udah kamu masuk aja dulu. Bagaimana kondisi kamu?" "Sudah membaik, Bu." Miranti duduk di bimbing Bu Rifah. "Sand, kamu ambilin Miranti teh hangat ya. Kasihan dia. Sekalian bawain cemilan yang kamu belanjain tadi," kata Bu Rifah menyuruhku. Aku tertawa getir mendengar ucapannya. Dia kira aku siapa? "Ibu nyuruh aku?" tanya ku dengan penekanan. Dia lalu sadar dan terdiam melihat wajah garang ku. Hu Rifah lalu mendengkus dan memanggil Ratmini. Tergopoh Ratmini datang. "Apa sih, Bu. Jangan teriak-teriak. Aku lagi masak nasi." "Kamu ambilin minuman buat Miranti!" perintah Ibu. Ratmini mencebik mendengar perintah. "Benar-benar kalian. Gak