Home / Thriller / KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN / 3. Menantu Yang Tidak Diinginkan

Share

3. Menantu Yang Tidak Diinginkan

last update Last Updated: 2023-09-07 15:37:40

Pak Anwar seolah terpaku ke bumi ketika melihat tangan kasarnya malah mencelakai anaknya sendiri. Khairul tergeletak di tanah tidak sadarkan diri. Kasim dan Fikri berteriak-teriak sambil menggoyang-goyangkan badan sahabatnya itu.

“Ini semua gara-gara kalian!” Pak Anwar mendorong tubuh Fikri dan Kasim keras. “Jauhi anakku dan berkirab kalian dari sini! Jangan pernah menginjakkan kaki lagi di rumahku. Dasar anak-anak setan!”

Kasim dan Fikri masih sesenggukan. Mereka sangat ingin menolong Khairul, tetapi tidak ingin membuat Pak Anwar kian marah. Mereka mundur teratur dan perlahan-lahan menjauh dari rumah Pak Anwar.

“Rul! Bangun ….”

Khairul masih belum sadar. Pak Anwar segera membopong tubuh anaknya itu dan segera membawanya ke dalam rumah.

Buk Rosma—ibu Khairul—tidak mengetahui apa yang telah terjadi karena dia sedang sibuk di kamar menghitung uangnya yang banyak.

Dia sontak merapikan uang kertas dan koin yang bertebaran di atas kasurnya ketika mendengar panggilan suaminya—Pak Anwar.

“Lama sekali kamu, Rosma! Ini si Khairul pingsan!”

Teriakan keras Pak Anwar membuat Buk Rosma terkejut. Dia segera berlari keluar tanpa peduli lagi dengan tumpukan uang yang masih bergeletakan di atas kasur.

Pak Anwar membaringkan Khairul di kamarnya. Wajah anaknya itu terlihat pucat.

“Kenapa, Khairul, Uda?” Buk Rosma segera memeriksa keadaan anak lelaki berusia 12 tahun itu.

“Jangan bertanya dulu. Kau ambillah minyak tanak dan bawang putih. Kurasa dia ”tasapo”* di kandang sapi. Aku temukan dia pingsan tadi.”

Buk Rosma kontan terpekik. “Pingsan di kandang sapi? Tasapo? Innalilahi, anakku ….” Buk Rosma segera menyiapkan apa yang disuruh suaminya dengan pikiran berkecamuk.

Di rumah itu selain mereka bertiga juga ada orang tua Buk Rosma yang sudah sepuh. Mereka pun segera mengerubungi Khairul yang tidak sadarkan diri.

“Biar aku periksa!”

Pak Tuo, begitu kakek Khairul ini biasa dipanggil. Dia segera memeriksa keadaan cucunya. Pak Anwar memberi ruang pada bapak mertuanya tersebut.

“Sepertinya dia tidak tasapo. Kenapa cucuku ini bisa pingsan? Aneh saja. Tolong wa’ang balikkan badan Khairul, War.”

Walau tidak mengerti tujuan sang bapak mertua, Pak Anwar membalikkan badan Khairul.

“Mana senter wa’ang tadi?” Pak Tuo mengulurkan tangan ke arah Pak Anwar. Pak Anwar mengambil senter yang tergeletak di lantai, kemudian menaruhnya di atas tangan Pak Tuo. 

Pak Tuo dengan cepat menyingsingkan ke atas baju yang dikenakan Khairul. Dia memeriksa punggung bocah itu dengan saksama.

Tidak ada kejanggalan yang dia temukan. Kembali dia rapikan pakaian cucunya itu. Cahaya senter sekarang dia arahkan ke bagian kepala.

Di saat itulah wajahnya berubah ketika melihat tengkuk Khairul memerah. “Ini masalahnya. Sepertinya ada yang sengaja memukul kuduknya, sehingga menyebabkan dia pingsan.”

Mata tuanya langsung menatap Pak Anwar dengan tatapan curiga. “Apa wa’ang menyakitinya lagi, Anwar?”

Pak Anwar kontan saja gelagapan. Mimik mukanya menunjukkan kepanikan seketika. “Tidak, Pak Tuo. Ambo bersumpah, tadi ambo menemukan Khairul sudah tergeletak di dekat kandang sapi.”

Pak Tuo masih menatap menantunya itu dengan tatapan tidak percaya. “Tidak sekali dua kali wa’ang menyakitinya. Kalau sampai kali ini wa’ang terbukti melakukan kekerasan, aku tidak akan segan-segan mengusirmu dari rumah ini, Anwar!”

Pak Anwar menggeram di dalam hati. Dia sangat kesal dengan mertuanya itu. Selalu saja mencampuri urusannya.

Sementara itu, Buk Rosma sudah datang membawa minyak tanak dan bawang. Dia langsung menyerahkan bahan tersebut ke Pak Anwar. Pak Anwar segera mencampur bahan-bahan tersebut.

“Maaf, Pak Tuo. Ambo balurkan dulu minyak ini ke badannya.”

“Tidak perlu!” Pak Tuo mengambil bahan yang ada dalam piring kecil itu. “Dia jelas dipukul di bagian leher. Obat ini tidak akan mengobatinya. Mending sekarang kau ambil minyak urut, Rosma. Anak kau ini dihajar orang. Manusia macam apa yang tega menjatuhkan tangan keras ke anak-anak kecil.”

Rosma semakin kaget mendengar ucapan ayahnya itu. “Dipukul? Siapa yang berani memukul anakku?” Rosma pun naik pitam. Dia hendak mengatai-ngatai, tetapi segera dibentak oleh Pak Tuo.

“Cepat kau ambil obat yang kusuruh, Rosma. Nanti kita cari tahu siapa yang berani menyakiti Khairul! Begitu anak ini siuman, dia pasti akan memberitahu pelakunya. Aku akan hajar manusia terkutuk itu sampai berpisah nyawa dari badannya.”

Pak Anwar merinding mendengar ucapan bapak mertuanya tersebut. Dia diam saja di belakang kedua orang itu. Sementara itu Mak Tuo hanya diam menyaksikan ketegangan yang terjadi di antara mereka. 

Rosma segera mengerjakan apa yang ayahnya katakan. Dia setengah berlari masuk ke dalam kamar dan mengambil minyak urut yang biasa dia gunakan ketika memijat Pak Anwar. Setelah mendapatkan minyak tersebut, dia kembali ke kamar Khairul.

“Ini, Yah.” 

Pak Tuo dengan cekatan segera membuka tutup botol minyak tersebut, lalu mengoleskan minyak urut itu leher Khairul. Tidak lupa dia urut pelan agar peredaran darah di bagian leher cucunya itu bisa normal kembali.

Selain memijit bagian leher, Pak Tuo juga membaui minyak tersebut ke hidung bosah yang masih tidak sadarkan diri itu. “Apalah daya anak kecil 12 tahun ini melawan kekuatan orang dewasa!”

Pak Anwar kembali merasa disindir. Dia menatap tajam ke arah Pak Tuo yang juga menatapnya penuh kemarahan.

“Pak Tuo sepertinya masih menganggap ambo yang memukul si Khairul. Berapa kali harus ambo katakan kalau bukan ambo pelakunya. Kenapa berkeras hati memakan jantung?”

Wajah Pak Anwar mengelam. Dia benar-benar tidak suka disindir-sindir oleh bapak mertuanya tersebut.

“Kenapa wa’ang merasa? Kalau bukan wa’ang pelakunya, tidak perlu takut. Itu tandanya ada yang wa’ang sembunyikan.”

“Malas ambo berdebat dengan Pak Tuo. Kalau keberadaan ambo di sini hanya membuat suasana tidak enak, biarlah ambo keluar. Tolong pastikan anak ambo aman!”

“Pergilah wa’ang!”

Pak Tuo benar-benar tidak suka dengan menantunya itu. Dia mengibaskan tangannya mengusir Pak Anwar. Pak Anwar beranjak dengan sejuta kekesalan mendekam di dalam dadanya.

‘Sial! Awas saja kalau dia mati, aku yang akan berkuasa di rumah ini nanti. Pak Anwar membatin di dalam hati sambil mengepalkan tinju. Dia sadar, semenjak menjadi suami Rosma, Pak Tuo acap kali bermuka masam kepadanya.

Pak Anwar tahu, Pak Tuo terpaksa menerima pinangannya karena menimbang sebuah janji yang terikat antara ayah Pak Anwar dengan Pak Tuo.

Mereka berjanji akan menikahkan anak mereka kelak agar hubungan persahabatan mereka tidak terputus.

Sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu, Pak Anwar ternyata memiliki karakter buruk yang tidak disukai oleh Pak Tuo.

Pak Anwar hobi berjudi, suka menyabung ayam, mabuk-mabukan, dan yang paling membuat Pak Tuo marah, Pak Anwar tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rosma.

Lelaki yang usianya kepala tiga itu memilih keluar dari rumah dan berjalan cepat menuju kedai kopi yang ada di Balai Raba’a.

Malam masih belum terlalu larut ketika Pak Anwar akhirnya memutuskan untuk ikut bermain kartu dengan pelanggan kedai kopi lainnya.

“Ha, datang juga wa’ang rupanya, Anwar!” Seseorang berteriak dari sudut kanan kedai. Anwar menoleh ke arah sumber suara. Parasnya berubah untuk sesaat.

“Uday?”

Pak Anwar langsung teringat dengan Kasim. Apakah Pak Uday tahu dengan apa yang Pak Anwar lakukan ke anaknya? Perasaan lelaki itu langsung tidak enak. Dia tidak ingin ada masalah malam ini.

“Kenapa bingung wa’ang, Anwar? Duduklah sini!”

Pak Uday kembali berteriak memanggil Pak Anwar yang hampir sebaya dengannya itu. Pak Anwar segera mendekat dan duduk di samping lelaki bertubuh tegap tersebut.

“Aku mendapat pengaduan dari anakku, Anwar! Apa yang wa’ang lakukan ke si Kasim?”

Di keramaian itu, Pak Uday berbisik dengan napas kasar di telinga Pak Anwar. Wajah Pak Anwar langsung pucat. Dia sadar betul siapa Pak Uday. 

“Aku tunggu di luar. Aku harus bikin perhitungan dengan wa’ang!”

Kali ini kilatan kemarahan berkelebat di mata Pak Uday. Hati Pak Anwar goyah seketika. Apa yang akan terjadi?

Catatan:

1. Tasapo : Diganggu makhluk halus.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN   20. Malin Palito

    Pak Anwar tergagau dari tidurnya ketika mendengar bunyi gedoran di pintu masuk Rumah Gadang. Dia yang tadinya masih terlelap dibuai mimpi, sontak melompat dari tempat tidur.“ANWAR! Ada wa’ang di dalam? KELUARLAH!”Teriakan menggelegar disertai guguhan pintu membuatnya mengernyitkan kening. Hatinya mendadak tidak enak. ‘Mungkinkah jasad si Abdul sudah ditemukan?’Setelah menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang, dia segera keluar dari kamar, berjalan malas menuju sumber suara.“Kalau wa’ang tidak buka, jangan salahkan jika aku hancurkan pintu rumah wa’ang, Anwar!”Semakin dia dekat, suara teriakan di luar semakin nyaring di telinga. Hatinya jadi kesal dan mempercepat langkahnya, ingin tahu siapa manusia kurang etika yang berteriak-teriak di depan pintu.Begitu pintu terbuka, tiga sosok lelaki berdiri dengan wajah penuh kemarahan. Salah satu dari mereka adalah Malin Palito. Lelaki bertubuh k

  • KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN   19. Rencana Jahat

    “Tidak bisa ambo percaya dengan apa yang Mak Datuak katakan. Bukankah mamak-mamak sekalian yang menjodohkan ambo dengan Uda Abdul? Sekarang, kenapa semuanya seolah-olah ambo yang bersikeras menjadi istrinya?”Buk Suna terisak pelan di depan Datuak Gadang Dirajo yang sekarang seperti kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan keponakannya itu.“Dengar, Suna!” Pakiah Basa yang ada di samping Datuak Gadang Dirajo merasa tidak enak melihat pemimpin tertinggi di kaumnya itu disudutkan. “Maksud Mak Datuak itu baik. Sekian tahun kawu menikah dengan si Abdul, lebih banyak mudharat dari pada manfaatnya. Sudah berapa kali kawu atau si Fikri habis ditanganinya? Kalau bukan karena kebaikan kami sebagai keluarga kawu, sudah jauh-jauh hari dia tidak lagi berada di rumah ini. Lagi pula, ada atau tidak ada pun dia, tidak ada gunanya. Buktinya saja, anaknya sakit seperti ini saja dia tidak mau tahu. Penting baginya memenuhi perutnya itu dengan tuak.”Buk Suna tidak ber

  • KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN   18. Inyiak Tigo Tampat

    Suasana di luar kamar Fikri terasa mencekam. Ke lima orang yang ada di ruangan itu menunggu dengan perasaan tidak menentu. Belum pernah mereka mendengar auman harimau yang begitu mengerikan. Mengingat namanya saja sudah membuat bulu kuduk meremang.Inyiak Tigo Tampat!Inyiak yang dalam bahasa Minang merupakan sebutan untuk harimau jadi-jadian. Sosok harimau yang ada di alam gaib. Kebiasaan di kampung ini pantang menyebut harimau dengan kata harimau. Konon, jika ada yang berani menyebut harimau, maka binatang buas itu akan mendatangi kediaman orang yang menyebut namanya tadi pada tengah malam, dan bisa mencelakainya dengan mudah.Tigo Tampat merupakan tiga kuburan keramat yang dijaga sampai sekarang. Menurut cerita orang dahulu, jasad yang bersemayam di dalam makam tersebut adalah jasad orang-orang alim dan berilmu tinggi. Baik secara mental atau pun spiritual.Masyarakat di kampung itu percaya kalau ketiga penghuni makam itu ad

  • KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN   17. Racun Jarum Narako

    Mak Naro sudah sampai di halaman rumah Pak Abdul di saat hujan masih mendera bumi. Hebatnya, tidak setetes pun air hujan yang membuatnya kebasahan.Dari luar dia mendengar ratapan mengiba hati. Secepat kilat dia melesat memasuki pintu rumah yang tidak tertutup. Di dalam rumah ada tiga orang laki-laki separuh baya dan dua orang perempuan.“Mana si Fikri?”Kedatangan Mak Naro dan pertanyaannya yang tiba-tiba mengejutkan orang di dalam rumah. Mereka sontak menoleh ke arah Mak Naro yang berdiri di depan pintu.“Mak Naro?” Buk Suna salah satu perempuan di ruangan itu segera berdiri. Dia mendekati lelaki tua itu dengan terisak-isak. “Di sini dia, Mak. Tolong Fikri, Mak. Tolong ….” Sambil terisak dia memasuki kamar di mana Fikri masih terbaring tidak berdaya. Bocah itu sudah tidak mengeluarkan suara bahkan tidak bergerak sama sekali.Mak Naro segera mendekatkan jemarinya di hidung anak laki-laki Pak Abdul

  • KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN   16. Kurambiak

    Pak Anwar menganggap ucapan Pak Abdul hanyalah lelucon belaka dan dia tidak punya waktu untuk meladeninya. Segera dia memutar badan hendak masuk ke dalam rumah. Namun, begitu dia membelakangi Pak Abdul, hal tidak dia sangka-sangka pun terjadi.Lelaki berperawakan jangkung itu terpental ke depan, lalu jatuh terjerembab ke lantai ketika Pak Abdul menendang punggungnya telak. Rasa sakit seketika mendera. Tulangnya terasa patah, dadanya pun sesak untuk sesaat.“Bangsat wa’ang, Abdul! Beraninya wa’ang membokongku. Benar-benar pengecut tidak beradab.” Pak Anwar segera bangkit dan menerjang Pak Abdul yang berdiri berkacak pinggang. Tinju Pak Anwar mengarah ke kepalanya. Ayahnya si Fikri ini pun segera mengelak, lalu membalas dengan menyikut tulang rusuk Pak Anwar.Teriakan kesakitan kembali melompat dari mulut Pak Anwar. Ini jauh lebih sakit dari pada tendangan di punggungnya tadi. Dia megap-megap dan sempoyongan

  • KUBURAN YANG TIDAK DIRINDUKAN   15. Gedoran Tengah Malam

    Hujan yang mengiringi langkah Pak Abdul masih mendera dengan lebatnya. Lelaki bertubuh kecil itu melangkah dengan setengah berlari dan terseok-seok diterpa badai. Badannya yang masih terasa sakit, tidak dia pedulikan. Dia menggertakkan rahang mencoba menghalau rasa dingin yang menyergap.“Aku harus tuntaskan malam ini. Tidak tenang hidupku jika aku tidak berhasil membuat si Anwar meminta maaf dan sujud di kakiku. Apa pun yang terjadi pada malam ini, semoga alam berpihak kepadaku.”Kaki kurusnya terus menderap menyibak jalanan berlubang yang tergenang air. Sesekali dia terperosok dan membuatnya terjatuh. Di sekitarnya sawah menghampar dengan luas. Tidak jelas kelihatan apakah padi sedang berbuah atau sudah siap untuk dipanen.Semakin cepat dia berlari, semakin cepat dia sampai di rumah Pak Anwar. Rumah besar itu berdiri menjulang menggapai langit. Atap yang terbuat dari ijuk sama pekatnya dengan malam yang tanpa bintang. Tidak terlihat pelita sedikit pun da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status