Share

BAB 4

last update Last Updated: 2024-04-02 06:21:15

Bab 4

Dengan tergesa-gesa aku berjalan hendak menghampiri Mas Iqbal dan perempuan itu, baru saja aku akan keluar dari restoran ketika tiba-tiba ....

"Lho, Mel, di sini juga?" Seseorang yang baru masuk restoran menyebut namaku.

"Eh, Mba Mira. Iya Mba." Mau tak mau aku menghentikan langkah, padahal aku sedang terburu-buru takut kehilangan jejak suamiku.

"Pantesan aja tadi waktu Mba lewat warung kamu tutup, rupanya kamu lagi shopping. Kamu sama siapa? Sendirian?"

Aku menggaruk kepala yang sebenarnya tak gatal. Sebenarnya aku ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini, tapi aku tidak enak dengan Mba Miranti. Pasalnya perempuan ini adalah pelanggan tetapku, bahkan Mba Mira ini adalah pelanggan lama dan paling royal. Seperti kemarin, dia langsung memborong semua daganganku, bahkan memberiku uang lebih alias tips yang cukup besar.

"Iya, Mba, aku sendirian. Hari ini warung tutup, kemungkinan masih lama buka lagi. Soal aku mau istirahat dulu," jawabku dengan resah. Sesekali aku menoleh ke luar restoran mencari keberadaan Mas Iqbal dan perempuan itu.

"Kenapa tutup, Mel? Sayang banget lho, 'kan warung kamu udah banyak pelanggannya. Mba aja tadi sengaja mampir mau beli banyak lagi, buat dibawa ke rumah Mita," ujar Mba Miranti dengan raut kecewa.

Sebenarnya aku paham dengan kekecewaan Mba Mira, karena dia juga sama sepertiku. Lidah Sumatera kami memang tidak bisa berubah meskipun kami sudah menjadi orang Bekasi. Selalu saja rindu dengan aneka makanan dan jajanan khas kampung halaman.

"Aduh kok kita jadi ngobrol sambil berdiri sih. Yuk duduk dulu di situ, Mba juga ada yang mau dibicarakan." Aku tak kuasa menolak ajakan Mba Mira, mau tak mau akhirnya aku mengikutinya berjalan kembali ke dalam restoran dan memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berdiri tadi.

Ah, hilang sudah kesempatanku untuk memergoki Mas Iqbal dengan perempuan itu. Mereka pasti sudah jauh, mungkin mereka sudah turun ke lantai bawah atau malah sudah pulang.

"Begini lho, Mel. Saudara Mba 'kan buka cabang kafe baru. Rencananya sih dia maunya, menu yang disajikan sedikit berbeda dari kafe-kafe dia yang lain. Nah, Mba ada kasih dia ide buat ngajak kamu kerja sama. Kemarin dia juga udah cobain semua masakan kamu, empek-empek, tekwan, model. Dia suka dan memuji semua masakan kamu, dan dia setuju mau menjalin kerjasama. Kalau Melati nggak keberatan dan ada waktu, gimana kalau besok kalian ketemuan dulu untuk membicarakan lagi masalah ini."

Ucapan Mba Miranti sukses membuat pikiranku yang tadi sempat galau merana tiba-tiba seperti orang yang ketiban durian runtuh.

Masya Allah, mimpi apa aku semalam? Aku yakin kerjasama yang ditawarkan Mba Miranti pasti bukan kaleng-kaleng. Karena aku tahu betul siapa dia dan keluarganya yang notabene adalah orang-orang kaya raya.

"Oke Mba, nanti kabari aja mau ketemuan di mana dan jam berapa. Kalau begitu aku pamit pulang duluan, soalnya udah sore."

"Oh iya, Mel, duluan aja nggak apa-apa. Mba masih mau beli makanan dulu pesanan Clarissa. Nanti kita kabar-kabaran lagi di whatshapp ya."

Setelah ber cipika-cipiki aku keluar dari restoran lalu turun ke lantai bawah. Aku sempat berkeliling sebentar barangkali akan menemukan Mas Iqbal dan perempuan itu, tapi ternyata mereka sudah tidak ada, kemungkinan besar mereka sudah pulang.

Akhirnya setelah merasa cukup lelah mencari, aku memilih untuk pulang. Karena jalanan cukup macet aku sampai di rumah menjelang magrib.

"Dari mana saja kamu, keluyuran nggak tahu waktu." Baru masuk rumah aku sudah disambut omelan Mas Iqbal.

"Mas, kamu tadi habis dari Metropolitan Mall ya?" tanyaku langsung.

"Bukannya menjawab pertanyaan suami, malah balik nanya. Aku 'kan kerja, mana ada waktu keluyuran kayak kamu. Udah warung tutup, nggak ada pemasukan, kamu malah jalan-jalan dan menghamburkan uang." Omel Mas Iqbal lagi sambil memindai barang belanjaanku.

"Ya nggak apa-apa dong, ini kan uangku. Sekali-kali aku juga mau menikmati hasil kerja kerasku," ujarku sewot lalu melenggang masuk ke dalam kamar meninggalkan laki-laki menyebalkan itu.

"Apa sih sebenernya maunya dia? Aku udah capek-capek kerja, masak sesekali nggak boleh menyenangkan diri sendiri," gerutuku lalu memilih untuk segera mandi.

Usai mandi, aku baru melihat pakaian yang sudah menumpuk di keranjang baju kotor. Di bagian paling atas ada seragam kerja yang tadi dipakai oleh Mas Iqbal.

Teringat kembali waktu di Mall tadi, aku yakin tidak salah lihat bahwa orang itu adalah suamiku dengan perempuan lain, dan dia mengenakan pakaian ini. Segera kuambil pakaian itu, lalu mendekatkan ke hidung. Tak salah lagi, ada aroma parfum perempuan menempel di sana.

Kini kuambil celana panjang yang merupakan setelan baju yang masih di tanganku, lalu aku merogoh saku sebelah kanan. Seketika jari tanganku menyentuh sesuatu, seperti sebuah kertas.

Setelah benda itu kukeluarkan dan kuteliti, ternyata itu adalah tiket bioskop.

"Jadi kamu mau main-main sama aku, Mas. Oke, aku akan ikuti sampai di mana permainanmu," gumamku sambil meremas kertas yang ada di tanganku.

**

Yang belum tahu siapa Miranti bisa baca kisahnya dalam cerbung saya yang berjudul PELAKOR ITU KAKAK IPARKU (Tamat 33 bab)🙏🙏

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
ok thoer siap baca miranti
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 102

    Sudah kuduga, setelah istri Mas Bima tahu kebenaran tentang Yumna, Mas Bima pasti akan langsung menemuiku. Aku tidak tahu bagaimana Mas Bima bisa menemukanku. Aku sengaja tidak muncul di kedai cabang baru, karena aku takut Mas Bima akan mendatangiku ke sana. Namun, ternyata menghindari tempat itu tak bisa menjamin aku akan aman dari Mas Bima. Semakin aku menghindar dari Mas Bima, justru aku makin mudah dipertemukan dengan laki-laki itu."Aku udah nyari kamu kemana-mana," ucap Mas Bima padaku. "Ada banyak hal yang harus kita bicarakan."Aku menatap Mas Bima dengan penuh waspada. "Kamu mau tanya soal anakku lagi?""Anak kamu? Anak itu bukan cuma anak kamu 'kan, tapi anakku juga. Aku nggak impoten! Aku masih bisa punya anak!" seru Mas Bima.Aku segera menghubungi Mas Iqbal dan memberitahu tentang pertemuanku dengan Mas Bima. Aku bergegas mencari tempat yang ramai untuk berbicara dengan Mas Bima untuk mencegah Mas Bima melakukan ha

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 101

    Kupikir, aku sudah berhasil lepas dari Mas Bima. Tapi entah kenapa, sampai saat ini bayang-bayang Mas Bima masih saja mengusikku.Aku datang ke kedai hanya untuk memberikan makan siang, tapi aku justru mendapat kejutan tak terduga. Begitu sampai di sana, aku langsung disambut oleh seorang wanita dengan wajah yang cukup familiar"Aku baru aja mau menghubungimu," ujar Mbak Ratih. "Kamu urus dulu tamu kamu."Aku mematung di pintu. Wanita yang menatapku saat ini tak lain ialah istri baru Mas Bima."Bisa kita bicara sebentar?""Ada perlu apa, ya?" tanyaku dengan wajah sedatar mungkin. Mana bisa aku menyambut tamu tak diundang itu dengan wajah ramah. Aku tidak mau berhubungan lagi dengan Mas Bima, tapi orang-orang di rumah Mas Bima justru terus mendatangiku."Ada hal penting yang ingin saya bahas."Mas Iqbal dan Ibu ikut duduk di dekatku. Istri baru Mas Bima itu tetap melanjutk

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 100

    "Anak Mas Arul sakit apa? Sekarang keadaannya gimana?" Pertemuanku dan Mas Arul tak berhenti sampai di sini. Kami berbincang banyak, membahas tentang kondisi keluarga Mas Arul. Ternyata memang benar, kehidupan Mas Arul masih belum berubah. Bahkan, Mas Arul makin kesulitan mencari nafkah setelah memutuskan berhenti menjadi kaki tangan Juragan Basri. Sampai saat ini, Mas Arul dan Mbak Lia masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Mereka bahkan kesusahan mengumpulkan keuntungan dari hasil berjualan di pelabuhan. "Jualan di pelabuhan sekarang susah, Mbak. Ada banyak pesaing, ditambah minat pembeli yang makin berkurang. Saya sampai nggak mampu bawa Roni ke dokter," ungkap Mas Arul dengan wajah sendu. Mendengar cerita Mas Arul membuatku iba dan tak tega. Setelah memberikan empek-empek, aku pun menawarkan diri untuk mengantar Mas Arul pulang. Aku ingin bertemu dengan keluarga Mas Arul,

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 99

    "Jangan ngomong sembarangan ya, Mas! Anakku sama sekali nggak mirip sama kamu!"Aku makin panik. Aku tidak akan membiarkan Mas Bima tahu soal Yumna."Ini anak aku sama Mas Iqbal. Anak ini nggak ada hubungannya sama kamu!" tegasku."Berapa umur anak ini? Udah berapa lama kamu nikah sama Iqbal?" tanya Mas Bima.Aku segera pergi meninggalkan Mas Bima tanpa menjawab pertanyaan darinya. Kalau Mas Bima tahu aku baru menikah dengan Mas Iqbal beberapa bulan lalu, jelas Mas Bima akan langsung paham kalau Yumna bukanlah anak Mas Iqbal."Nayna, aku belum selesai bicara sama kamu!" seru Mas Iqbal."Aku sama kamu udah nggak punya urusan apa-apa lagi. Aku sama kamu udah punya kehidupan masing-masing, jadi tolong jangan ganggu ketenangan aku lagi!"Hari ini mungkin aku bisa melarikan diri dari Mas Bima. Namun, jika nanti aku sampai bertemu dengan Mas Bima lagi, mungkin aku tidak akan bisa kabur.

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 98

    Mas Bima terus menatap ke arah putriku. Mungkinkah Mas Bima sudah mulai curiga? Tapi Mas Bima tidak mungkin bisa langsung tahu kalau Yumna adalah anaknya. Mas Bima tidak tahu bagaimana kabarku, jadi Mas Bima juga tidak akan tahu kalau aku mengandung anaknya setelah kami berpisah."Kamu kabur dari Juragan Basri, ya? Kamu lebih memilih suami miskin, makanya sekarang kamu kerja di kedai kecil kayak gini?" cibir Mas Bima padaku."Siapa yang kamu sebut suami miskin?" sentak Mas Iqbal, "sekarang kedai ini memang masih kecil, tapi aku akan membuat kedai ini menjadi besar sesegera mungkin.""Kedai ini punya suamiku, Mas," ungkapku, "memang suamiku belum jadi juragan, tapi aku akan menemani suamiku sampai bisa jadi seorang juragan."Mas Bima membelalakkan mata. Setelah mengejekku, Mas Bima pasti terkejut saat tahu kalau kedai empek-empek ini adalah milik suamiku."Bima, kamu ngobrol sama siapa?"Seseorang tib

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 97

    Tawaranku mendapat sambutan baik dari Mbak Ratih. Mulai hari ini, Mbak Ratih akan menjadi pegawai di kedai empek-empek yang baru saja aku buka di Tangerang.Mas Iqbal mendukung penuh keputusanku, dan ikut membantu menyediakan tempat tinggal bagi Mbak Ratih untuk sementara waktu. Mbak Ratih akan menjadi orang kepercayaanku untuk mengurus cabang-cabang kedai yang ada di wilayah Tangerang."Bu, udah siap belum? Ayo, kita harus berangkat ke kedai sekarang," ajakku pada Ibu.Hari ini, aku dan Mas Iqbal akan pergi ke kedai empek-empek bersama dengan Ibu dan Yumna. Karena kedai yang kami buka di Tangerang masih sangat baru, jadi aku dan Mas Iqbal harus memberikan perhatian khusus sampai kedai kami memperoleh angka penjualan yang stabil. "Yumna, hari ini bantuin Mama jaga kedai, ya? Kita bantu Tante Ratih jualan empek-empek," ocehku pada putriku.Untuk menebus rasa bersalahku pada Yumna karena aku terus sibuk selama bebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status