Share

BAB 5

last update Last Updated: 2024-04-02 06:22:34

Bab 5

Saat Mas Iqbal makan malam, aku lebih memilih untuk mencuci pakaian. Kebetulan perutku belum terasa lapar, mungkin karena tadi sore aku sudah makan di mall.

Tempat mencuci pakaian letaknya persis di samping kamar mandi, tidak terlalu jauh dari meja makan di mana Mas Iqbal kini sedang menikmati makan malamnya.

Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat Mas Iqbal menyuap makanannya.

Eh, tunggu. Sejak kapan Mas Iqbal makan sambil main ponsel? Mungkin karena saking asyiknya chatting dengan seseorang, Mas Iqbal sampai tidak menyadari aku sedang memperhatikannya. Sesekali kulihat laki-laki yang masih bergelar suamiku itu tampak senyum-senyum seperti orang yang sedang kasmaran.

Aku baru akan menegurnya, ketika Mas Iqbal bangun dari tempat duduknya pertanda dia sudah selesai makan. Akhirnya aku pun meneruskan aktivitasku, tapi pikiranku berkelana kemana-mana.

"Pasti Mas Iqbal lagi chattingan sama perempuan itu," batinku.

Ya, aku merasa yakin suamiku sedang asyik bertukar pesan dengan perempuan yang bernama Rosa itu. Perempuan yang tadi siang diajaknya nonton bioskop di Metropolitan Mall.

Cepat-cepat aku menyelesaikan pekerjaanku. Kemudian mencari keberadaan Mas Iqbal. Ruang keluarga tampak sepi, televisi juga dalam keadaan mati.

Karena di ruang keluarga tidak kulihat keberadaan Mas Iqbal, aku berjalan ke kamar. Tapi ternyata di dalam kamar pun dia tidak ada. Kira-kira Mas Iqbal ke mana ya?

Aku keluar lagi dari dalam kamar, kemudian berjalan ke arah pintu depan yang ternyata sedikit terbuka. Dari cela pintu dapat kulihat Mas Iqbal sedang duduk di pinggiran teras yang memang didesain bisa sekalian untuk tempat duduk.

Ternyata Mas Iqbal sedang menelepon seseorang. Dan entah kenapa, aku yakin Mas Iqbal sedang menelepon perempuan selingkuhannya itu.

Kutajamkan indera pendengaran. Meski suara Mas Iqbal tidak terlalu keras, tapi aku masih bisa mendengar dengan jelas ucapan Mas Iqbal kepada lawan bicaranya.

Segera kurogoh saku celana dimana aku menyimpan ponsel, kukeluarkan benda pipih itu lalu menghidupkan perekam suara.

"Jangan lupa sama rencana kita besok ya. Aku beneran udah nggak sabar mau pergi lagi sama kamu." Dari kalimat Mas Iqbal barusan, sepertinya dia memang sedang menghubungi perempuan yang tadi siang diajaknya pergi.

Entah jawaban apa yang diberikan perempuan bernama Rosa itu pada Mas Iqbal, tapi Mas Iqbal terus memperdengarkan tawa kecil saat berbincang di telepon. Mas Iqbal benar-benar terlihat seperti remaja yang sedang kasmaran.

"Jangan lupa juga, besok bawa baju yang udah kita beli tadi ke sekolahan. Pasti nanti banyak yang iri lihat kita pakai baju couplean," ucap Mas Iqbal lagi.

"Dasar nggak tahu malu! Apa kamu udah lupa kalau kamu masih punya istri? Kamu mau pergi kondangan pakai baju couple sama perempuan lain?" batinku dengan hati yang tersayat-sayat.

"Besok kamu dandan yang cantik, biar semua orang semakin iri lihat kita berdua. Ya udah, sekarang kamu istirahat, biar besok bangunnya nggak kesiangan. Selamat malam, cantik. Jangan lupa mimpiin aku ya." Kemudian Mas Iqbal memutuskan sambungan telepon.

Segera kumatikan perekam suara lalu menyimpan kembali ponsel di saku celana. Kemudian kubuka pintu dan menghampiri Mas Iqbal.

Mas Iqbal terlihat gugup dan panik saat aku tiba-tiba muncul di teras. "K-kamu ngapain di sini?" tanya Mas Iqbal tergagap.

"Mas sendiri ngapain di sini?' tanyaku balik.

"Kebiasaan banget, kalau ditanya malah balik nanya." Mas Iqbal beranjak dari tempat duduknya kemudian masuk ke dalam rumah. Aku pun akhirnya mengikutinya.

"Mas, besok kamu ada acara nggak?" tanyaku saat sudah berada di dalam kamar.

Aku sengaja memancing Mas Iqbal. Aku juga ingin tahu jawaban apa yang akan diberikan Mas Iqbal padaku.

"Kenapa tanya-tanya begitu?" Mas Iqbal menatapku sekilas.

"Ya, pengen tahu aja. Kalau Mas nggak ada acara aku mau ngajakin Mas pergi. Kebetulan besok aku ada janji sama teman," sahutku.

Aku tidak bohong, besok aku memang sudah ada janji dengan Mba Miranti dan saudaranya yang akan membuka cabang kafe baru. Orang yang kata Mba Mira ingin mengajakku bekerja sama.

Mas Iqbal terdiam. Mungkin dia sedang memikirkan alasan jitu untuk membodohi ku.

"Sebentar lagi 'kan ujian tengah semester. Aku lagi sibuk bikin soal buat ujian. Kayaknya aku bakal pulang telat terus minggu-minggu ini," ujar Mas Iqbal.

"Besok juga kemungkinan aku akan pulang telat. Aku nggak bisa nemenin kamu pergi."

Aku menatap mata Mas Iqbal dengan lekat.

"Ternyata kamu sekarang udah pandai berbohong, Mas! Tapi kita lihat saja sejauh mana kamu akan membohongiku!" batinku.

Aku memang sengaja masih mengikuti permainan yang telah diciptakan oleh Mas Iqbal. Tunggu saja waktunya sampai aku memiliki bukti yang banyak dan kuat, aku pasti akan menghancurkan kalian berdua!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Sardi Shan
bagus cerita nya. lanjuut
goodnovel comment avatar
Farida Idung
lanjutkan......
goodnovel comment avatar
Saiman kutoarjo
jadi abdi negara jadilah panutan umat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 102

    Sudah kuduga, setelah istri Mas Bima tahu kebenaran tentang Yumna, Mas Bima pasti akan langsung menemuiku. Aku tidak tahu bagaimana Mas Bima bisa menemukanku. Aku sengaja tidak muncul di kedai cabang baru, karena aku takut Mas Bima akan mendatangiku ke sana. Namun, ternyata menghindari tempat itu tak bisa menjamin aku akan aman dari Mas Bima. Semakin aku menghindar dari Mas Bima, justru aku makin mudah dipertemukan dengan laki-laki itu."Aku udah nyari kamu kemana-mana," ucap Mas Bima padaku. "Ada banyak hal yang harus kita bicarakan."Aku menatap Mas Bima dengan penuh waspada. "Kamu mau tanya soal anakku lagi?""Anak kamu? Anak itu bukan cuma anak kamu 'kan, tapi anakku juga. Aku nggak impoten! Aku masih bisa punya anak!" seru Mas Bima.Aku segera menghubungi Mas Iqbal dan memberitahu tentang pertemuanku dengan Mas Bima. Aku bergegas mencari tempat yang ramai untuk berbicara dengan Mas Bima untuk mencegah Mas Bima melakukan ha

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 101

    Kupikir, aku sudah berhasil lepas dari Mas Bima. Tapi entah kenapa, sampai saat ini bayang-bayang Mas Bima masih saja mengusikku.Aku datang ke kedai hanya untuk memberikan makan siang, tapi aku justru mendapat kejutan tak terduga. Begitu sampai di sana, aku langsung disambut oleh seorang wanita dengan wajah yang cukup familiar"Aku baru aja mau menghubungimu," ujar Mbak Ratih. "Kamu urus dulu tamu kamu."Aku mematung di pintu. Wanita yang menatapku saat ini tak lain ialah istri baru Mas Bima."Bisa kita bicara sebentar?""Ada perlu apa, ya?" tanyaku dengan wajah sedatar mungkin. Mana bisa aku menyambut tamu tak diundang itu dengan wajah ramah. Aku tidak mau berhubungan lagi dengan Mas Bima, tapi orang-orang di rumah Mas Bima justru terus mendatangiku."Ada hal penting yang ingin saya bahas."Mas Iqbal dan Ibu ikut duduk di dekatku. Istri baru Mas Bima itu tetap melanjutk

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 100

    "Anak Mas Arul sakit apa? Sekarang keadaannya gimana?" Pertemuanku dan Mas Arul tak berhenti sampai di sini. Kami berbincang banyak, membahas tentang kondisi keluarga Mas Arul. Ternyata memang benar, kehidupan Mas Arul masih belum berubah. Bahkan, Mas Arul makin kesulitan mencari nafkah setelah memutuskan berhenti menjadi kaki tangan Juragan Basri. Sampai saat ini, Mas Arul dan Mbak Lia masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Mereka bahkan kesusahan mengumpulkan keuntungan dari hasil berjualan di pelabuhan. "Jualan di pelabuhan sekarang susah, Mbak. Ada banyak pesaing, ditambah minat pembeli yang makin berkurang. Saya sampai nggak mampu bawa Roni ke dokter," ungkap Mas Arul dengan wajah sendu. Mendengar cerita Mas Arul membuatku iba dan tak tega. Setelah memberikan empek-empek, aku pun menawarkan diri untuk mengantar Mas Arul pulang. Aku ingin bertemu dengan keluarga Mas Arul,

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 99

    "Jangan ngomong sembarangan ya, Mas! Anakku sama sekali nggak mirip sama kamu!"Aku makin panik. Aku tidak akan membiarkan Mas Bima tahu soal Yumna."Ini anak aku sama Mas Iqbal. Anak ini nggak ada hubungannya sama kamu!" tegasku."Berapa umur anak ini? Udah berapa lama kamu nikah sama Iqbal?" tanya Mas Bima.Aku segera pergi meninggalkan Mas Bima tanpa menjawab pertanyaan darinya. Kalau Mas Bima tahu aku baru menikah dengan Mas Iqbal beberapa bulan lalu, jelas Mas Bima akan langsung paham kalau Yumna bukanlah anak Mas Iqbal."Nayna, aku belum selesai bicara sama kamu!" seru Mas Iqbal."Aku sama kamu udah nggak punya urusan apa-apa lagi. Aku sama kamu udah punya kehidupan masing-masing, jadi tolong jangan ganggu ketenangan aku lagi!"Hari ini mungkin aku bisa melarikan diri dari Mas Bima. Namun, jika nanti aku sampai bertemu dengan Mas Bima lagi, mungkin aku tidak akan bisa kabur.

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 98

    Mas Bima terus menatap ke arah putriku. Mungkinkah Mas Bima sudah mulai curiga? Tapi Mas Bima tidak mungkin bisa langsung tahu kalau Yumna adalah anaknya. Mas Bima tidak tahu bagaimana kabarku, jadi Mas Bima juga tidak akan tahu kalau aku mengandung anaknya setelah kami berpisah."Kamu kabur dari Juragan Basri, ya? Kamu lebih memilih suami miskin, makanya sekarang kamu kerja di kedai kecil kayak gini?" cibir Mas Bima padaku."Siapa yang kamu sebut suami miskin?" sentak Mas Iqbal, "sekarang kedai ini memang masih kecil, tapi aku akan membuat kedai ini menjadi besar sesegera mungkin.""Kedai ini punya suamiku, Mas," ungkapku, "memang suamiku belum jadi juragan, tapi aku akan menemani suamiku sampai bisa jadi seorang juragan."Mas Bima membelalakkan mata. Setelah mengejekku, Mas Bima pasti terkejut saat tahu kalau kedai empek-empek ini adalah milik suamiku."Bima, kamu ngobrol sama siapa?"Seseorang tib

  • KUHANCURKAN KARIR SUAMIKU DAN SELINGKUHANNYA    BAB 97

    Tawaranku mendapat sambutan baik dari Mbak Ratih. Mulai hari ini, Mbak Ratih akan menjadi pegawai di kedai empek-empek yang baru saja aku buka di Tangerang.Mas Iqbal mendukung penuh keputusanku, dan ikut membantu menyediakan tempat tinggal bagi Mbak Ratih untuk sementara waktu. Mbak Ratih akan menjadi orang kepercayaanku untuk mengurus cabang-cabang kedai yang ada di wilayah Tangerang."Bu, udah siap belum? Ayo, kita harus berangkat ke kedai sekarang," ajakku pada Ibu.Hari ini, aku dan Mas Iqbal akan pergi ke kedai empek-empek bersama dengan Ibu dan Yumna. Karena kedai yang kami buka di Tangerang masih sangat baru, jadi aku dan Mas Iqbal harus memberikan perhatian khusus sampai kedai kami memperoleh angka penjualan yang stabil. "Yumna, hari ini bantuin Mama jaga kedai, ya? Kita bantu Tante Ratih jualan empek-empek," ocehku pada putriku.Untuk menebus rasa bersalahku pada Yumna karena aku terus sibuk selama bebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status