Selamat pagi, masih semangat ya puasanya. Jangan kasih kendor ya 😃Vote terus buku ini agar mendapatkan slot promosi di GN ya kak😍💖
Dahlia menutup hati dan matanya untuk berpikiran yang lebih. Ingatannya pun mundur beberapa jam sebelumnya."Lihat kan, Mas?! Aku menang!""I-iiya. Kamu memang hebat. Tapi apa maksudmu mengatakan menunjukkan keromantisan?!"Suaminya itu tampak tegang. Dahlia tersenyum."Ya. Perlakukan aku selayaknya putri, Mas. Kek apa sih bahasa Inggrisnya yang gaul itu tret ... treetmi princess gitu, Mas.""Treat me like a princess. Jangan sok-sokan pake bahasa Inggris kalau gak bisa. Issh ganggu telingaku saja," omel Aditya."Iya. Begitulah, Mas. Mau kan kamu? Ini juga demi kebaikan semua, Mas. Mumpung mereka lagi baper-bapernya, ya komporin lagi. Ini juga kan menguntungkan buat perusahaan."Aditya meraih ponselnya dari tangan Dahlia. Ia lalu mondar-mandir m
Drrrrt ....Larut dalam pandangannya yang kosong, Dahlia disentakkan oleh suara deringan ponselnya sendiri."Nomor baru?"Sedikit ragu, Dahlia menerima panggilan itu. Ia tahu betul, tak ada yang terlalu berkepentingan mengubunginya. Siapa sih dia, begitu pikir Dahlia."Assalamu'alaikum. Hallo?" sapa Dahlia ragu."Wa-waalaikumussam. Ini aku, Dahlia. Bagaimana makan malam kalian? Apa mau langsung pulang ke kontrakan atau gimana?""Ini Papa kah?" tanya Dahlia mengenali suara ayah mertuanya."Ya," jawab Hadi dingin.Dahlia memaksa dirinya tersenyum meski tak ada yang melihat sunggingan bibirnya. Ruangan VIP yang menyedihkan. Semula begitu hangat, dalam sekelip mata langsung berubah kaku yang menusuk untuknya."Hallo!" seru Hadi Pratama memastikan Dahlia
Imron dan Yuni yang mendengar ucapan anaknya hanya bisa saling pandang. Mereka berharap Aditya mau memaafkan Belinda."Dit, kamu mau kan maafin aku?"Lagi, Belinda mencecar Aditya."Aku sudah maafin kamu, Bel.""Berarti kita bisa balikan ya, Dit. Aku butuh kamu."Aditya kembali diam. Dia takut jawabannya mempengaruhi kesehatan Belinda."Assalamu'alaikum!"Semua mata menoleh ke arah pintu. Tampak Dahlia dengan tampilan cetarnya sedang berdiri dengan senyumnya yang merekah. Hampir saja akan melompat kedua bola mata Yuni dan Belinda melihat mantan pembantunya. Sangat cantik, elegan dan berkelas."Ka-kaamu?" Yuni sampai gelagapan."Hay semua. Pak, sehat?" tanya Dahlia mendekati Pak Imron.Dia sangat menghormati laki-laki itu karena selama bekerj
"Lelucon," tanggap Aditya membuang wajahnya. Jantungnya bertalu-talu. Ia malu tapi baginya tak mungkin. Ini hanya permainan rasa karena terlalu sering bertemu. "Apanya yang lelucon, Mas? Apa jawabanmu?" cecar Dahlia. 'Aku tak mungkin mencintainya. Tak mungkin. Dia bukan tipeku. Bahkan aku sudah menulis kriteriaku sendiri. Ini hanya perasaan nyaman dan kagum dengan wanita ini. Aku tidak mencintainya' racau hati Aditya. "Kenapa diam?! Jawab dong!" tantang Dahlia. "Apaan sih kamu? Gak ada tema yang lain apa?!" ketus Aditya. "Laaah tadi kamu yang nanya-nanya!" seru Dahlia dengan nada tinggi. Aditya memilih melangkah melewati Dahlia. Ia ingin keluar dari pembahasan itu. Ia harusnya sadar lebih awal, rupanya Dahlia gadis yang nekad. Menyesal juga dia tadi bertanya begitu. "Wanita itu. Apa dia tak malu mengakui cinta pada laki-laki lebih dulu?! Dia menyebalkan. Dia bukan kriteriaku!" gerutu Aditya melangkah cepat meninggalkan istrinya. Dahlia mengejar suaminya. "Mas! Ayo
“Gak bisa gitu, dong Dareen. Masa giliran enaknya di kalian, pas apesnya hanya aku yang nanggung. Ini namanya nggak fair!”“Sesuai janji ibuku, kamu akan mendapatkan sejumlah uang 300 juta dan akan merekomendasikan kamu di perusahaan temannya. Ini terjadi hanya jika kamu ketahuan ayahku. Dia sedang gencar-gencarnya menemukan akunmu. Namun itu kemungkinan yang hanya 99% sebab Bryan adalah hacker terbaik di dunia IT.”Bibir Belinda gemetar. Hangat terasa di pipinya bersamaan dengan bulu dkuduknya yang meremang. Meski hanya 99%, ia sangat takut sekali. Lagi pula, ia sudah sangat nyaman dengan Central Glori. Baginya, ini tidak adil untuknya. Meski 300 juta, itu bukan angka yang pantas untuknya menagung semuanya sendirian. Ada nama baik dan harga diri yang sedang ia pertaruhkan.“Bagaimana kalau aku menolak? Aku ingin kita bertanggung jawab bersama-sama!”&l
"Bagaimana? Berikan jawabanmu sekarang, Aditya," ujar Hadi Pratama dingin.Tidak ada jawaban dari Aditya. Wajahnya seperti kosong. Bagaimana bisa, Belinda setega itu? Dia adalah sekretaris dan posisinya sangat diperhitungkan di sana. Dia gadis cerdas, riang dan memikat. Belinda adalah ikon Central Glori."Besok pagi Papa akan ke sana. Kalau kamu ingin membantu Papa menyerah surat pemecatannya, kamu bisa ikut."Hadi Pratama melangkah seperti akan masuk kamarnya."Tugas terakhirmu besok, Roy. Terimakasih untuk hari ini. Kamu bisa istirahat malam ini.""Terimakasih, Tuan."Laki-laki paruh baya itu langsung meninggalkan kediaman mewah Hadi Pratama.'Aku sudah tak sabar untuk tidur. Seminggu penuh aku dirongrong tua bangka itu, membuatku hampir gila' gerutunya dengan wajah lega."Mas ...," tegur Dah
"Ternyata aku sedang dikutuk. Terlahir dari seorang wanita yang sangat jahat!"Dareen memukul kasurnya dengan hempasan yang sangat keras. Nafasnya memburu bersamaan dengan ingatannya pada sesuatu. Segera tangannya membuka lacinya. Tampak foto Sarah dan Hadi Pratama. Ia sangat mengagumi sosok Sarah sejak pertama kali ayahnya memperkenalkan foto wanita itu. Rambut hitam bergelombang dengan alis yang terukir indah memayungi hidung bangir yang mungil. Sejak kecil, ia sudah didokterin ayahnya agar menghormati Sarah dan menganggap Aditya adalah kakak kandungnya meskipun mereka terlahir dari rahim yang berbeda."Ma-maafkan ibuku, Nyonya. Maafkan ...."Sempurna, air mata Dareen jatuh bertumpah ruah membasahi foto jadul itu. Malam yang ia harapkan menjadi waktu beristirahat setelah aktifitasnya yang padat berubah menjadi sangat mengerikan dan menoreh rasa kaget yang luar biasa. Sampai pagi menjelang, ia sedetik pun tak mamp
Tanpa menunggu tanggapan Dahlia, Dareen menyeret tangan kakak iparnya itu dan bergegas keluar. Dahlia seperti kehilangan akal, kakinya mengikuti langkah Dareen. Setelah beberapa langkah dari kamar perawatan Belinda, Dahlia langsung melepaskan tangannya. "Apa yang kamu lakukan, Dareen? Berdosa untuk kita bersentuhan!" "Aku yang akan menanggung dosanya. Kamu tak perlu khawatir," jawab pemuda itu santai. "Tak semudah yang kamu kira. Hukum Allah tidak enteng, Dareen. Lain kali, jaga jarakmu denganku," tegas Dahlia. Gadis itu mengusap pergelangan tangannya seolah sedang membersihkan sesuatu. Gemas rasa hatinya, kulitnya disentuh oleh lawan jenisnya yang bukan mahromnya. "Jangan banyak bicara. Cepatlah. Kamu kan mau kuliah!" seru Dareen. Dahlia hanya diam saja. Kedua bola matanya berkaca-kaca. Dareen mengerti, Dahlia pasti masih tersinggung dengan ucapan abangnya. "Aku akan menegur Abangku. Jangan masukan hati. Dia kalau lagi gamang, memang selalu ada petasan di mulutnya aktif.