Hari yang dinanti pun tiba, jam delapan pagi Mr. Handoko sudah tiba di villa kecil milik keluarga Aisyah. Kedatangannya disambut Aisyah dengan suka cita.Mr. Handoko merasa terkesan dengan lingkungan sekitar villa Aisyah. Baru tiba disana, Mr. Handoko merasa seakan ia ingin tinggal lebih lama disana. Dirinya benar-benar disuguhkan panorama alam yang sangat indah dan memukau.Apalagi ketika sampai di depan villa milik Aisyah. Rumah panggung sederhana yang berdiri didepannya sangat jauh dari bayangan tentang villa sebuah keluarga kaya. Rumah ini sangat mirip dengan rumah warga biasa umumnya, yang membedakannya hanya kualitas kayu dan papan saja yang terlihat mencolok, membuat rumah kayu ini lebih kokoh dibanding rumah lainnya."Assalamualaikum." Mr. Handoko datang menyapa Aisyah,"Waalaikum salam, mari masuk Mr.!" Aisyah mengajak tamunya masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi rotan yang tersedia,"Rumahmu nyaman sekali, Aisyah. Saya suka rumah kamu yang sekarang!" Mr. Handoko mengacungk
"Aisyah ijin pergi ke singapore Ma! Aisyah ingin menemui aunty Nindya untuk mematangkan rencana Aisyah merubah identitas," ucap Aisyah di suatu sore. Nindya adalah bibi Aisyah, adik kandung almarhum ayahnya Aisyah satu-satunya. Beliau tinggal di Singapore karena karirnya sebagai guru kelas table meeners dan body language di salahsatu sekolah internasional ternama disana.Aisyah merasa perlu belajar lebih untuk mendalami sosok Claudia nantinya. Sehingga jatidirinya sebagai Aisyah tak pernah terungkap, apalagi hanya karena kebodohan dirinya nanti. "Singapore itu dimana, Non? Jauh henteu?" Ma Onah menatap nona mudanya dengan perasaan tak menentu. Baru saja ia dan suami merasakan kehangatan dengan kehadiran Aisyah, kini dirinya harus rela kehilangan Aisyah kembali."Singapore itu luar negeri, Ma. Kita harus naik pesawat terbang untuk sampai kesana," Aisyah tersenyum menjelaskan."Jadi kudu naik kapal kitu Non?" Abah Entis ikut nimbrung"Ia, Abah! Aisyah pergi kesana naik kapal," jawab A
"Pegal juga," Aisyah mulai mengeluh ketika tengah duduk di pesawat. Apalagi ketika Aisyah melihat penumpang yang duduk disampingnya, seorang pria dengan wajah oval dan mata setajam elang seakan siap mencabik dasar hatinya itu sesekali menatap dirinya tajam seolah-olah tidak suka berdekatan dengan Aisyah."Pria ini nyebelin banget si! Punya muka ditekuk aja gitu," gumam Aisyah,"Anda membicarakan saya?" ucapan pria disampingnya membuat Aisyah terlonjak dari duduknya karena kaget,"Membicarakan anda? Apa pentingnya buat saya?" Aisyah mengelak sambil mengangkat bahunya,"Dasar wanita aneh, jelas-jelas tadi ngomel-ngomel!" pria disampingnya menggerutu kesal,"Dasar pria salju!" Aisyah tak mau kalah. Dia bergumam sendirian dengan tatapan mata ia layangkan ke luar pesawat. Menatap barisan awan jingga yang berarak memenuhi langit sore."Ngapain kamu ngeliatin saya seperti itu?" Aisyah terlonjak kaget untuk yang kedua kalinya. Bagaimana nggak kaget, pria itu tengah menatap tajam Aisyah tanpa
"Kapan kalian bercerai? Kok bisa cerai sih? Kalian itu pasangan paling serasi yang pernah aunty lihat, Aisyah!" udah kayak petasan aja, aunty Nindya nyerocos dengan banyak pertanyaan. Wajah cantiknya berubah muram mendengar penuturan Aisyah, keponakan satu-satunya,"Kami bercerai sekitar empat bulan yang lalu, Aunty. Mas Abimana selingkuh," Aisyah tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Ia terisak dan diam seribu bahasa."Kurang ajar si Abimana! Dasar lelaki nggak tau diri!" Aunty Nindya tampak geram. Wajah cantiknya berubah merah menahan menahan amarah.Sementara Aisyah hanya terisak. Meskipun dalam hati berkata kuat, nyatanya Aisyah belum sepenuhnya menerima semua pengkhianatan yang dilakukan Abimana terhadapnya."Sudah, Sayang! Jangan bersedih lagi. Ada aunty disini! Sekarang kita makan dulu yuk!" Aunty Nindya menggandeng tangan Aisyah membawanya menuju meja makan.Disana sudah terhidang berbagai menu yang lezat. Membuat siapapun akan menelan air liurnya melihat hidangan lezat nan mewa
"Aisyah, kamu punya utang cerita kepada aunty mengenai perceraian kamu! Coba cerita sama aunty, siapa tau kita menemukan jalan keluar," Aunty Nindya menatap tajam Aisyah yang tengah menikmati roti selai coklat sebagai sarapan paginya,"Abimana selingkuh dengan Karin, Aunty! Perusahan dan rumah Aisyah mereka rampas," tatapan Aisyah berubah penuh kebencian,"What? Karin sepupu kamu itu? Anak Tante Widya adik mama kamu?" Aunty Nindya terlihat shock,"Iya, Aunty!" Aisyah mencoba bersikap cuek, ia terus memasukkan potongan roti ke mulutnya. Aisyah merasa sangat lapar pagi ini, karena kemarin malam makannya tidak berselera,"Kenapa kamu diam saja nggak kasih tau aunty?" alis Aunty Nindya bertaut,"Ini Aisyah kasih tau," lagi-lagi Aisyah bersikap acuh. Dirinya sangat menikmati sarapan kali ini,"Kenapa nggak dari awal kasih taunya, Aisyah? Ini bocah, lama-lama aunty bisa darah tinggi tau!" Aunty Nindya berlagak ngambek di depan Aisyah. Pandangannya gemas menatap Aisyah yang sibuk mengunyah m
"Dasar pencuri kalian berdua! Semoga kalian mendapat balasan yang menyakitkan nantinya!" gumam seseorang dibalik pintu dengan geram. Pandangannya nyalang kepada dua manusia yang baru saja selesai mendaki puncak kenikmatan. Bukannya terangsang melihat detik-detik terakhir percintaan mereka, tetapi dihatinya hanya ada benci untuk mereka berdua.Siapa lagi kalau bukan kepala pelayan di rumah ini, Bu Ajeng. Ia merupakan tangan kanan keluarga Aisyah selama ini. Namun karena keadaan dan desakan ekonomi terpaksa ia tetap bekerja di rumah mewah ini melayani Abimana dan Karin,"Semoga Nona Aisyah belum meninggal dan kembali pulang merebut semuanya," do'a Bu Ajeng. Perlahan dirinya melangkahkan kaki kembali ke dapur melewati tangga utama sambil membawa baki makanan."Bu Ajeng, tolong nanti bawain makanan ke kamar saja! Saya ingin makan di kamar!" titah Karin ketika dirinya tengah memasak dan menyiapkan makanan. Meskipun di rumah ini ada sepuluh pelayan, urusan masakan dan rasanya sepenuhnya tan
"Pak Abimana mengapa perusahaan yang Bapak pimpin melakukan rekanan dengan perusahaan fiktif dan merugikan negara?""Bagaimana tanggapan Anda tentang penggeledahan ini?""Pak Abimana satu kata aja plis!" dan masih banyak lagi pertanyaan dari awak media tanpa jawaban sepatah kata pun dari Abimana,"Tolong kasih jalan!" teriak seorang anggota polisi yang mengawal Abimana menuju mobil miliknya. Kilatan cahaya lampu kamera menyorot Abimana. Entah mimpi apa dia semalam mendapat kejutan seperti ini.Menggunakan mobil pribadi miliknya, Abimana duduk berdampingan bersama pengacaranya. Mobil itu beriringan dengan mobil tim KPK meninggalkan rumah mewah yang ditempati Abimana."Bagaimana ini kalau KPK menemukan bukti CV. CIPTA ABADI itu fiktif? Bisa dikurung saya!" Abimana berbisik panik kepada Pengacaranya,"Bapak tenang dulu, setau saya perusahaan itu telah memiliki akta notaris, kantor serta karyawan. Kecil kemungkinan KPK mengendus kecurangan disana," Pengacaranya menenangkan Abimana,"Tapi
"Cepetan Karin! Lelet banget sih jadi orang!" Wulan menggerutu kesal melihat Karin hanya terpaku diam di sofa,"Yakin mau ke club? Ini masih sore lho! Kita cari tempat hangout yang lain yuk, ke mall kek jangan ke tempat kayak gitu! Risih gue!" Karin memasang wajah memelas kepada sahabatnya,"Gini aja deh! Lo temenin gue sebentar ke club, nanti gue temenin Lo ke mall!" Wulan mengedipkan sebelah matanya kepada Karin,"Ayok ah!" Wulan menarik tangan Karin dengan kuat. Bagaikan kerbau di cocok hidungnya, Karin mengikuti langkah Wulan membuka pintu mobil miliknya,"Gue yang nyetir ya! Lo kan nggak tau tempatnya dimana?" Wulan mengambil kunci mobil dari tangan Karin,"Tapi bentar doang kan? Awas aja kalo bohong!" Karin menggerutu sebal menyerahkan kunci mobil kepada Wulan,"Ia Nyonya bos! Bawel amat sih jadi orang!" Wulan memasang safe belt ke badannya dan mulai menghidupkan mobil melaju menuju club malam favoritnya,"Sampe deh kita," Wulan tertawa gembira sambil memarkir mobilnya,"Lo yaki