Share

KUPULANGKAN UANG SUAMIKU
KUPULANGKAN UANG SUAMIKU
Penulis: AirinNash

1. Kupulangkan

KUPULANGKAN UANG SUAMIKU

**

"Ratna. Buatkan aku kopi?" 

"Maaf, Bang. Gulanya habis." 

Aku berkata dengan wajah menyesal. 

"Habis. Gimana sih kamu! Ini baru pertengahan bulan udah habis aja. Ratna, kenapa aku kasih kamu uang banyak sama sedikit itu sama saja!" 

Aku hanya diam mendengar dia mengomel sepertinya akan panjang. 

"Kamu lihat Mbak Dita, dia pintar ngurus keuangan apalagi suami. Body nya bagus. Lihat diri kamu, Ratna. Apa aja yang kamu kerjakan gak ada bagusnya. Rumah kotor, badan kamu bau asap terus. Kalau lama-lama begini aku bisa kawin lagi!" 

Dia masih terus mengomel dan aku mendiamkan. 

"Kamu dengar aku gak sih, Ratna!" 

"Apa boleh aku bicara, Bang?" 

"Udah. Bicaralah kamu!" 

"Harusnya Abang sadar. Uang yang Abang kasih cuma sejuta sebulan. Semua harus aku tutupi mulai dari listrik, makan, gas, air, jajan anak. Itu gak cukup, Bang!" 

"Kamu nya aja yang boros." Bang Hadi gak terima. 

"Boros dari mana, Bang. Aku harus menanggung semuanya di rumah ini. Harusnya Abang bersyukur punya istri kayak aku!" 

"Bersyukur kata kamu. Bersyukur kalau yang kamu masak hanya tahu dan tempe terus!" Bang Hadi menggebrak meja karena marah. Aku gak mengerti mengapa dia marah seperti itu. 

Aku adalah seorang istri yang di berikan jatah gaji oleh suamiku sejuta perbulannya. Dari uang itu aku mencukup kan segala kebutuhan. Bayangkan uang sejuta dapat apa? 

Bang Hadi adalah seorang pegawai Negeri. Tetapi uang nya sudah sebagian di kredit kan ke Bank untuk gaya-gayaan membeli mobil. Aku sebenarnya gak setuju, tetapi dia berkata malu. Masa seorang pegawai gak punya mobil. Meskipun aku, Lala dan Lily kedua anakku jarang menaiki mobilnya. 

Bang Hadi berkata mobilnya bisa bau dan kotor kalau kami sering naik. Entahlah, aku tak mengerti dengan pemikiran suamiku. Apakah dia tak menyayangi kami? Jika sikapnya seperti itu sama saja dia tak menganggap kami.

Jika karena bukan bantuan dariku. Bang Hadi gak akan bisa makan. Karena uang yang di berikan ya cuma cukup buat bayar listrik, gas dan air serta membeli beras dua karung. Sementara untuk makan, beli jajan anak dan membeli pakaian anakku, dia mengandalkan uangku sebagai penulis dan menjual pulsa. 

Tanpa Bang Hadi tahu. Aku diam-diam menulis di beberapa platform hasilnya lumayan. Aku juga membuat YouTube dari tulisanku. Dari sana aku mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggaku. 

"Halo." 

Gawai Bang Hadi bergetar. Dia mengangkat panggilan. 

"Iya, Bu. Datang saja. Hadi baru saja dapat bonus. Boleh kok." 

Beberapa saat dia berbicara dengan Ibunya di telepon. 

"Telepon dari Ibu ya, Bang." 

"Iya!" jawabnya ketus. 

"Kamu dapat bonus ya, Bang. Alhamdulilah. Bisa dong berbagi buat makan kita dan jajan anak-anak!" 

Aku berharap Bang Hadi mau membagi uangnya. Karena memang buat makan aku mengharapkan uang dari menulis dan jual pulsa. 

"Dasar mata duitan kamu. Uang aja selalu habis kamu pakai. Sekarang bonus ku juga mau kamu kuasai. Ini buat aku dan Ibu. Aku udah janji mau belikan dia kalung emas! Ini untuk kamu!" 

Dengan kasar Bang Hadi memberikan aku uang dalam amplop. Dia lalu pergi masuk ke kamar. 

Aku menghela napas. Uang bulanan yang pas satu juta dan membuat aku harus susah payah agar uang itu cukup. 

**

"Ratna ...." Suara Bang Hadi keras memanggil ku. 

"Ratna ... Ratna ...." 

"Apa sih, Bang. Jangan teriak-teriak!" kataku juga dengan lantang. 

"Ratna. G**a kamu! Rumah kotor. Lampu mati dan makanan gak ada. Apa aja yang kamu kerjakan! Istri gak berguna kamu. Baru kemarin aku kasih kamu uang tapi kemana uang nya. Kamu habiskan, Ha!" 

Bang Hadi dengan mata melotot membentakku. 

"G**a! Apa gak ada kata lebih baik lagi untuk kamu ucapkan, Bang."

"Terus? Apa semua ini?!" 

"Kamu mikir gak sih, Bang. Uang satu juta dapat apa. Listrik habis, beras habis. Bawang, cabe, tomat dan semuanya habis. Tetapi, aku takut kamu bilang aku boros karena belanjakan uang satu juta yang kamu beri. Mulai sekarang kamu aja yang pegang uang itu. Kamu belikan semua kebutuhan rumah tangga kita. Biar kamu tahu rasanya seperti aku!" 

Bang Hadi terdiam mendengar ucapanku. 

"Rumah kotor karena Lala dan Lily gak aku bawa keluar rumah. Karena kalau di luar rumah mereka suka jajan. Beli coklat, beli cilok. Jajan nya banyak dan aku tahu kamu gak mampu!" 

Aku masuk ke dalam kamar lalu uang yang di dalam amplop masih utuh satu juta aku berikan ke Bang Hadi. 

"Ambillah, Bang. Ku pulangkan uangmu. Karena aku gak suka kamu mengatai ku boros!" 

Lanjut?

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Carel Catrina
bagus.... kebanyakan suami emang tak tahu diri mau menang sendiri padahal kalau tidak di bantu istri jangankan untuk menyekolahkan anak untuk makan aja susah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status