Share

2. Suami Belanja

KUPULANGKAN UANG SUAMIKU 2. 

**

PoV Ratna

Bang Hadi mendelik saat aku memberikan amplop berisi uang satu juta yang masih utuh itu ke tangannya. 

"Ambil, Bang. Kamu selalu berkata boros padaku. Sekarang kamu atur kebutuhan rumah tangga." Aku mengambil juga tulisan dari saku ku. Kuberikan padanya. 

"Ini yang perlu di belanjakan bulan ini. Sangat kebetulan sekali. Listrik habis, gas habis, beras habis dan semua habis jadi tolong kamu belikan semua kebutuhan rumah tangga yang aku tulis itu!" 

Aku berwajah masam menanggapinya. 

"Jadi karena ini kamu belum masak?" 

"Ya. Aku gak suka kamu ngatai kau boros sama g**a! Kamu coba sendiri saja dulu belanja. Aku mau lihat kamu dalam mengatur uang!" 

"Ayah, Lily mau jajan. Kak Lala juga, Yah." Kedua anakku mendatangi Ayah mereka. 

Bang Hadi menghela napas. Dia menatap gusar anak itu. 

"Kamu bawa mereka ke kedai depan, Bang! Uang udah gak ada sama aku. Mereka merengek seharian!" 

"Ya sudah. Kamu emang gak becus banget. Kamu bersihkan rumah dan masak kan air mandi aku. Aku mau bawa anak ini dulu!" 

Bang Hadi beranjak pergi membawa kedua anakku. Lala berusia lima tahun dan Lily berusia empat tahun. 

Aku menghela napas menatap kepergian mereka. Aku lalu membersihkan rumah. Membutuhkan waktu beberapa saat untuk membersihkan rumah karena mainan Lala dan Lily sangat berantakan. Spray di kamar tidur juga di acak-acak mereka karena seharian gak mendapatkan jajan. 

Aku terduduk di ruang keluarga setelah membereskan rumah. Aku mengambil gawaiku untuk melihat tulisan yang tadi sudah aku tulis setengah. Tinggal menulis setengah lagi. Aku berdoa semoga ada yang membaca tulisanku. Karena dengan tulisan ini aku membantu ekonomi keluarga. 

"Ratna ...." Suara keras Bang Hadi terdengar. Kedua anakku berlari dengan riang gembira. 

Aku meletakkan gawaiku di nakas lalu kulihat dia sudah membeli sesuatu di dalam plastik yang di bawanya. Bang Hadi juga membawa tabung gas berukuran kecil itu. 

"Kamu belanja, Bang." 

"Sesuai permintaan kamu. Tapi, aku gak beli semua, cuma ku beli yang ada di catatan kamu berikan aja dan kebetulan ada di warung. Kecap, gula, garam, kopi dan lain-lain termasuk gas. Aku juga udah bayar listrik. Isi token nya biar gak gelap!" perintahnya padaku. 

Karena aku sudah terbiasa melakukan apa-apa sendiri, dengan cepat kulakukan. Lampu di rumah kami akhirnya menyala. 

"Bagaimana rasanya belanja?" 

"Ratna, kenapa semua mahal. Jajan anak-anak sampe 20.000 ribu. Apa mereka sengaja mengompas ku. Belum lagi semua kebutuhan yang aku beli. Gas, buat listrik!" 

Bang Hadi mulai mengeluh. Aku mengambil catatan belanjaan. 

"Aku biasa belanja di grosir dan bukan di warung. Kalau ku hitung-hitung kamu sudah rugi tiga puluh ribu karena belanja di sana." 

"Apa!"

Aku hanya tersenyum sinis menertawakannya. Puas rasanya, biar saja Bang Hadi menjadi setress karena itulah yang aku rasakan selama menjadi istrinya. 

"Besok. Kamu beli semua yang kurang. Cabe, tomat, bawang, semua bumbu dapur. Juga kamu beli ikan dan sayur. Kemarin kamu minta ikan gurami sama aku. Kamu tahu, harga sekilo nya 45.000. Kalau kamu bisa nawar mungkin dapat 40 ribu. Sekalian beli ayam juga karena Lala sama Lily kepingin makan ayam goreng. Mereka juga bosan tahu dan tempe." 

"Ratna. Aku gak bisa pegang uang sejuta untuk sebulan. Ini saja sudah habis setengahnya. Aku menyerah, Ratna." Bang Hadi meletakkan uang sisa di depanku. 

"Maaf, Bang. Aku juga gak bisa karena kamu menganggap aku pemborosan. Lihat, siapa yang lebih boros. Kamu atau aku!" 

"Ratna. Aku masih ada hutang di Bank. Aku harus bayar cicilan setiap bulan dan belum lagi kasih Ibu uang di kampung. Jelita katanya sudah mau masuk kuliah juga. Aku harus menanggung semua nya Ratna. Kamu paham, dong." Dia berkata lembut padaku tetapi hatiku sudah sakit. 

"Paham kata kamu. Harusnya kamu yang paham, Bang. Aku gak mau tahu. Kamu sebulan ini harus ngatur keuangan dan belanja sesuai kebutuhan kita!" Aku beranjak lagi ke dalam kamar dan memberikan brosur pada Bang Hadi. 

"Apa ini?" 

"Itu brosur anak untuk masuk TK. Lala sudah lima tahun dan bertanya kapan dia sekolah. Lily juga mau masuk PAUD karena bosan di rumah. Aku rekomendasi Lala saja yang sekolah karena Lily masih bisa di rumah sama aku." 

"Rat, kok harga masuk TK semahal ini. Ini namanya perampokan." 

"Perampokan? Emang harganya segitu, Bang. Aku gak mau tahu. Kamu sediakan uang untuk anak kita karena kamu juga mampu membiayai sekolah adikmu maka kamu harus adil pada anak-anakku!" 

Bang Hadi menatap brosur itu lagi dan terdiam. Baru kali ini dia tak segarang biasanya. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Carel Catrina
kasih pelajaran suami otak udang.... bikin dia karma yang pedih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status