Aron melangkahkan kakinya keluar dari Aula Matahari untuk kembali ke kastilnya. Sambil menunggu kereta kudanya, Aron memulai percakapannya dengan Jason.
"Bagaimana pendapatmu Jason?" tanya Aron dengan wajahnya yang datar. Berbeda dengan pria yang selama ini tampak berwibawa dan bersikap lembut, jejak-jejak sifat itu tidak terpampang lagi di wajah pria tampan ini. Wajahnya dingin dan bisa menakuti siapapun, bahkan Jason yang sudah lama melayani tuannya itu masih belum terbiasa dengan sikap Aron yang menakutkan ini. Aron sama sekali tidak memiliki gangguan kesehatan ataupun kepribadian ganda, bisa di bilang ekspresi seperti ini adalah Aron yang sesungguhnya.
"Dari pengamatan saya, tampaknya semua berjalan sesuai rencana anda Yang Mulia. Saya yakin rencana anda akan berhasil melihat respon putri Kyrena saat menghabis
Suara pintu di banting dengan keras bergema ke udara, para prajurit yang berdinas malam hari itu berhasil membuka mata mereka lebar-lebar hingga rasanya ingin keluar. Pangeran pertama, sekaligus Putra mahkota yang tidak lain adalah Aron, mendudukkan badannya dengan gusar di kasur. Emosinya meledak-ledak setiap mengingat barisan kalimat yang di lontarkan oleh saudara seibunya, dia bahkan tidak menyangka adiknya itu sama sekali tidak berniat untuk membantunya membalaskan dendam dan malah menghadang langkahnya. "BERANINYA DIA!!!" seru Aron melemparkan seluruh barang yang ada di atas mejanya. Suara barang berjatuhan dan pecah menjadi serpihan membuat seluruh prajurit ketakutan di saat dinas mereka. "Yang Mulia, harap kontrol emosi anda," ucap jason dengan wajah yang tak kalah datar, meskipun seluruh badannya sudah menegang dan didalam hati pria itu sudah memanjatkan doa-doa agar dia tidak mati kali ini. Aron menghentikan kegiatanny
Siang ini Kyrena duduk bersama Alice menikmati teh berwarna putih di bawah pohon apel yang rindang, di atas meja mereka sudah tersedia berbagai warna kue macaron dan makanan lainnya. Alice tampak anggun memegang gagang teh seraya menikmati aroma teh tersebut, tidak ada percakapan diantara keduanya sejak mereka duduk. Kyrena menyesap teh tersebut dan seketika terkesima dengan rasa segar yang menyeruak masuk kedalam tenggorokan, gulanya pun pas di lidah gadis bersurai hitam itu."Bagaimana putri? Apakah anda menikmatinya?" pertanyaan itu keluar dari Alice."Ini sangat nikmat, putri Alice." Kyrena kembali menyesap tehnya dengan anggun.Alice tersenyum tipis, "Maaafkan saya karena mengganggu waktu anda, Putri." Gadis bersurai hitam menggeleng menolak kalimat Alice, j
Kyrena berbaring di rerumputan, kira -kira sudah berapa lama sejak saat Aron mengucapkan kalimat itu ya?Hari itu setelah Aron mengucapkan kalimat tersebut membuat harapan Kyrena semakin besar pada pria itu. Seakan Aron memberikannya lampu hijau untuk bisa memiliki hubungan spesial diantara keduanya.Gadis malang ini hanya tidak tahu kalau Aron sungguh ingin mengorok leher nya sambil membantai seluruh keluarga kerajaan Drystan. Aron mengamati gadis tersebut dari lantai atas salah satu menara kerajaan Alvah, dengan mata biru seperti laut yang tenang sebelum datangnya badai."Tampaknya kita benar-benar telah mengecoh putri Kyrena, Yang Mulia."Aron sama sekali tidak menanggapi kalimat Jason, mata dan pikiran dia hanya terpatri pada gadis bersurai hitam di bawah sana.
Tentu saja melarikan diri dari kerajaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi dengan cara terus terang dan menerobos barisan prajurit seperti yang mereka lakukan.Adegan para prajurit dan pelayan yang mengejar mereka berdua pun terjadi, tapi pria berambut pirang ini bahkan dengan santai bisa tertawa lebar padahal Kyrena sudah kesulitan mengimbangi langkah kaki Asteria. Tenaganya pun perlahan-lahan habis dan Kyrena sudah tidak sanggup untuk berlari lagi, dia lebih memilih untuk melepaskan genggaman tangannya dari Asteria dan dengan rakus mengambil oksigen di sekeliling nya."Hah... Aku sudah tidak kuat," jujur nya dengan nafas tersegal-segal.Asteria melirik ke arah kastil dan masih ada beberapa prajurit yang mengejar mereka berdua, tampaknya mereka tidak ingin menyerah.
Rafael menggaruk sebelah telinga dengan gusar, entah sudah berapa lama dia mendengar ocehan pria yang diikatkan di batang pohon ini. Kalau saja Asteria tidak melarangnya, dia pasti sudah memberikan sedikit arsenik pada pria berambut merah tersebut agar tertidur pulas."Katakan padaku bangsat! Kemana dia membawa putri Kyrena!?" cecar Lucien yang mencoba melonggarkan ikatan talinya. Rafael masih tidak memperdulikan ocehan pemuda itu, dia sibuk dengan belati yang sedang diasah. Rafael sudah seperti algojo yang menyiapkan pedangnya agar lebih tajam, mengerikan namun Lucien sama sekali tidak takut."Hei! Apa kau tuli, katakan padaku!?" peringat Lucien sekali lagi.Rafael mulai memanas, dia sungguh terusik dengan suara cempreng milik pria berambut merah ini. Dia mulai bertanya
Tiga pemuda yang berbeda usia duduk di kursi tanpa memulai percakapan sama sekali. Salah satu dari mereka terus mengoceh kesal karena dirinya diikat pada sebatang pohon selama hampir satu hari ini, siapa lagi kalau bukan Lucien si pria pendiam. Entah bagaimana pemuda ini mendapatkan julukan pria pendiam tapi yang jelas, dia sama sekali tidak cocok dengan image yang ditempel orang-orang kepadanya."Lama tidak berjumpa William," sapa Asteria dengan bibirnya yang sedikit miring. Lucien memandang bocah di hadapannya dengan tajam, sapaan seperti itu sudah sangat lama tidak dia dengar semenjak identitas nya diganti. "Aku buka William lagi, Yang Mulia." Lucien yang menolak di panggil William hanya melipat kedua tangannya menantang."Meskipun kau bukan William tapi gaya bicaramu tetap saja informal padaku," sindir Asteria. Sejak awal
Sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya kalau mereka akan bertemu lagi, di waktu yang tidak terduga. Dia masih ingat jelas bagaimana gadis itu tersenyum lebar bermain bersama dengannya saat mereka masih kecil, tanpa beban dan rasa sakit. Bahagia selalu terpancar di wajah tampan nya saat mengingat kenangan-kenangan manis mereka, mengelus lembut pipinya hingga bersemu menjadi merah muda. Perasaan lembut itu tumbuh bersama dia seiring waktu, meskipun dia sudah tahu kalau sejak dahulu dia tidak bisa memenangkan hati gadis tersebut. Hati dan pikirannya sudah milik pria lain, dan dia hanya bisa mencintai di dalam diam. Menyakitkan? Tentu saja. Asteria menatap wajah tidur Kyrena dengan sendu, di tangannya terdapat
"Dari data yang saya kumpulkan, Yang Mulia Aron telah berhasil mengumpulkan sekitar 500 prajurit yang sudah menyebar di area kerajaan Drystan. Beliau juga sudah menjalin hubungan dengan beberapa fraksi yang menentang kerajaan Drystan dari 3 keluarga. Salah satunya adalah tetua dari klan monster tapi sampai sekarang kami belum bisa dengan pasti menyebutkan klan mana, sementara dua keluarga yang lain adalah Count Havardur dan saudara kandung raja Khrysaor yaitu Grand Duke Khattan Conrad." Rafael selesai membacakan laporan yang berhasil di kumpulkan oleh anak buahnya di Drystan. Asteria mendelik saat mendengarkan bahwa saudara kandung raja sendiri bahkan ingin menggulingkan kakaknya, sungguh kehidupan yang menyedihkan.Asteria percaya bahwa tidak ada satupun mulut dari para bangsawan yang dapat di percaya, semua hanya bualan semata dengan pedang bermata dua