Asteria melangkahkan kakinya di tanah licin yang ada di Drystan. Kepalanya menengadah ke atas langit, ribuan bintang-bintang ada disana bagaikan hujan berkelap-kelip. Asteria takjub dengan Drystan, negara ini bahkan lebih maju dari Alvah. Ada butiran cahaya yang melayang-layang di seluruh kota, bila disentuh mereka akan bertambah banyak. Kota yang saat ini di injak oleh Asteria berada di atas danau, orang-orang di sekitar Asteria juga tambak berbeda dan terlihat unik. Ada orang-orang yang berterbangan di atas jalan setapak dengan sapu terbang maupun karpet ajaib. Orang-orang yang menaiki benda-benda ajaib itu berjalan teratur layaknya lalu lintas. Kebanyakan yang mengunakan benda itu adalah para penyihir tingkat menengah hinga para bangsawan baru. Bangsawan lainnya menggunakan naga sebagai transportasi.Orang-orang yang masih berjalan juga tidak kalah menakjubkan. Anak-anak bermain dengan naga yang memang punya ukuran kecil, ada juga yang terlihat sedang belajar menggunakan sihir. Par
Suara serigala melolong terdengar di seluruh penghujung negeri, burung hantu bertengger di ranting-ranting pohon dengan mata menyala, suara bising dari kelelawar membuat Drystan tampak seram dan tidak ramah untuk dihuni manusia, sebuah kerajaan magis yang hidup berdampingan dengan para monster."Yang Mulia, anda mendapatkan surat undangan dari kerajaan Alvah." Erzulie, ratu dari negeri ini menghela nafas panjang saat menerima surat dan telah selesai membacanya. Drystan adalah kerajaan hitam yang selalu membuat bulu kuduk orang-orang merinding dan tekanan darah mereka meningkat dengan pesat karena adrenalin. Hitam, kata ini mengartikan kejahatan, sisi gelap dari sebuah dunia yang tidak terjamah oleh cahaya. Bila Drystan adalah kerajaan yang gelap, maka kerajaan yang dipenuhi dengan berkat dan anugerah serta cahaya yang bersinar dari pencipta adalah kerajaan Alvah. Dari sana lah di kirimkan undangan tersebut kepada kerajaan Drystan."Iyan, kau mau tahu
Matahari tidak pernah memunculkan dirinya di negeri ini, tapi Kyrena sama sekali tidak membenci nya sedikitpun. Dibandingkan matahari, negeri ini memiliki beribu-ribu matahari kecil di langitnya. Kalian tidak akan pernah bisa melihat pemandangan tersebut di negeri mana pun. Pagi hari selalu ditandai dengan pembiasan cahaya bintang yang menari nari di atas langit, orang orang beraktivitas sebagaimana layaknya sambil membawa barang sihir yang menyala-nyala di sekitar mereka. Beberapa diantaranya bahkan memelihara monster kecil yang biasa di panggil Guardian.Guardian itu sendiri bisa berbagi jenis monster, contohnya pixie, peri, naga kecil, dan monster berukuran kecil lainnya. Hanya di Drystan, manusia dan monster dapat hidup secara bersamaan, meskipun di kenyataan hampir setiap hari Drystan di serang oleh monster jahat. Tiap hari kerajaan akan menerima banyak laporan tentang orang-orang yang hilang, sebagian karena diculik oleh goblin atau terbunuh dalam pertempura
"Kau siapa?" "Asteria, aku warga dari Alvah. Aku tidak sadar saat sedang berburu sudah melewati perbatasan," jawab pria itu. Kyrena menatap pria itu cukup lama, hingga perlahan ia menurunkan siaganya. "Kamu tersesat?" tanya Kyrena. Pria bernama Asteria itu mengangguk dan menurunkan kedua tangannya. Tepat saat Kyrena ada pada jangkauannya, tanpa sadar Kyrena sudah terlebih dahulu memelintir pergelangan tangan Asteria kebelakang badan pria itu. "Aku tidak akan tertipu oleh mu," ucap Kyrena dengan bangga. Tetapi kenyataannya, tenaga dia tidak lebih kuat dari Asteria dan dengan cepat pria itu membalikkan keadaan. Mata panah yang dipegang oleh Asteria berdekatan dengan leher Kyrena. "Kamu dari Alvah?" nafas Asteria terasa sangat dekat di telinga Kyrena. Disaat-saat seperti ini Kyrena tidak bisa menggunakan sihir, apalagi matahari sudah bersinar terang di langit sedangkan tanpa bintang, mantra yang bisa digunakan olehnya sangat terbatas. I
Kyrena melangkah mendekati Luna yang tampak khawatir, saat gadis berambut ungu itu menangkap siluet Kyrena dengan cepat dia berlari mendekat. Luna memegang bahu Kyrena kemudian membulatkan matanya untuk melihat keadaan Kyrena, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki terus seperti itu sebanyak 3 kali. Luna menghela nafas saat mendapati Kyrena tidak terluka sedikitpun dan mengelus dadanya, ia seketika merasa lega dan jantungnya kembali berdetak normal. Kyrena melebarkan pandangannya dan mencari Lucien, yang sepertinya belum muncul sedari tadi. "Dia belum kembali?""Belum. Dibandingkan itu, kamu harus segera memberitahukan ku kemana saja kamu!? Aku takut terjadi sesuatu padamu!" tegas Luna. "Aku hanya memetik bunga, aku ingin membuat mahkota saat dijalan nanti," jawab Kyrena dengan bahagia. Luna tidak bisa memarahinya, selama di perjalanan Kyrena cenderung menunjukkan raut wajah yang suram, kalau seperti ini Luna sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapu
Cahaya Matahari menyadarkan Kyrena dari tidurnya. Saat terbangun dari tidurnya, dia sudah berlumuran dengan keringat dingin sebesar biji jagung, kulitnya tampak semakin pucat dan dia sulit mengendalikan tubuhnya. "Kyrena, lihat itu!" tunjuk Luna pada jendela dengan heboh. Kyrena melirik dengan ujung mata, Istana Alvah tampak sangat megah dan berkilau ditengah-tengah air. Di depan gerbang utama terdapat patung manusia yang menyiramkan air mencerminkan kesuburan.Seekor burung dengan bulu emas terbang mengitari kereta kuda mereka, mengeluarkan suara merdu nya yang gagah seakan menyambut kedatangan gerombolan Kyrena. Ditengah jalan menuju kastil, sebuah sungai buatan mengalir dengan tenang dan terdapat ikan-ikan hias yang melompat lompat memamerkan sirip nya yang berwarna-warni. Kyrena merasa sangat takjub dengan pemandangan luar biasa dari kastil bersinar itu. Puncak ujung kastil itu tepat di tengah matahari yang bersinar terang menunjukkan kemegahan yang
Langkah kaki Erzulie bergema di sepanjang lorong menuju ruangan raja. Ketika para prajurit melihat Ratu yang muncul dengan ekspresi marah, mereka tidak berani melakukan apapun. Iyan bahkan tidak sempat membukakan pintu untuk Erzulie, wanita itu langsung saja menerobos pintu dan membanting nya. "Beritahukan aku alasan yang bagus. Mengapa harus Kyrena?" tuntut Erzulie dengan keras. Wajah raja yang duduk di kursi kebesarannya itu tertutup oleh sejumlah dokumen dan kertas dimana-mana. Dia adalah sosok pemimpin Drystan, Yang Mulia Raja Khrysaor Yvaine. Erzulie masih berdiri di hadapan pria itu dengan posisi yang sama, sementara Khrysaor sama sekali tidak memperdulikan keberadaan ratu itu. Erzulie mengetuk meja pria itu, tetapi yang di dapati hanyalah lirikan dari sudut kacamatanya. "Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu sedang berbicara pada anda," ucap Iyan yang berusaha menengahi keduanya. Khrysaor melepaskan kacamata yang sedari t
Disepanjang jalan menuju Istana, Kyrena mengutuk dirinya sendir. Kenapa sama sekali tidak terpikirkan olehnya bahwa Asteria itu adalah pangeran? Maksudnya, pria itu bahkan berkata kalau mereka pasti akan bertemu lagi bukan?Gadis bersurai hitam itu juga masih kesal dengan tawa mengejek Aron dibelakangnya. Kyrena tidak bisa menyembunyikan wajah yang menahan malu, sepertinya ia harus segera bertemu dengan Asteria dan berterimakasih. Tetapi Aron memberitahukan padanya bahwa Asteria adalah pangeran yang paling jarang berada di istana, dia bisa pergi berbulan-bulan dari istana dan kembali hanya untuk mengambil barang penting saja. Sungguh pangeran yang tidak berbakti pada negara."Sudahlah, kamu sudah lebih dari cukup tertawa," ucap Kyrena dengan suara kecil. Aron menggeleng, sebelum matahari terbenam akhirnya mereka sudah sampai di pintu gerbang sebelah timur. Kedua prajurit yang bertugas saat itu tampak sedikit kaget melihat Aron berjalan bersama tuan putri