"Aron berhenti disana, Cerberus bukan mosnter yang mudah untuk dibunuh," Tegas Kyrena. "Kita tidak punya pilihan selain bertahan, Kyrena." Kyrena menggertak gigi ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan Cerberus di depan sana. Cerberus liar itu bergerak secara perlahan mendekati Aron dan prajurit yang lain. Kyrena segera melepas jubah yang dia pakai, kemudian bersiap dengan sihir yang dia punya. Aron jelas tidak akan bisa menahan serangan dari Cerberus liar, tidak ada harapan dengan alat tempur dan pedang laras panjang. Cerberus itu menegendus-ngendus, kemudian menggerakkan ketiga kepalanya secara bersamaan. "Arggh ... ," erang Cerberus, menunjukkan giginya yang tajam. Aron sama sekali tidak gentar dan tetap pada posisinya. Cerberus itu mulai merasa terancam dengan pedang para prajurit, dia berjalan memutari formasi bertahan itu. Berbeda dengan Aron, beberapa prajurit merasa takut bahkan beberapa dari mereka tampak bergetar ketakutan. Cerberus itu mendekat pada prajurit yang
Aron adalah orang yang paling menyesal membuat rencana berbahaya seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Kyrena yang melawan Cerberus sendirian, entah apa yang akan terjadi padanya. Bahkan Aron sendiri mengalami luka yang dalam dari Cerberus itu. Yang lebih menyakitkan, dia merencanakan hal ini dengan kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia meletekkan Kyrena pad posisi yang mengerikan? Untung saja Aron ada disini. Meskipun samar, Aron masih sempat melihat wajah khawatir Kyrena. Sebenarnya tujuan Arom meletakkan Cerberus disitu untuk memastikan seberapa kuat sihir dari Kyrena. Seberapa pintarnya Kyrena dalam menyusun strategi, melakukan perlawanan, dan memimpin negaranya. Tapi dia tidak bisa. Apalagi mengingat Kyrena yang terluka saat di hutan, Aron tidak bisa lagi melihat Kyrena terluka secuilpun. Perasaan bersalah membuncah dari hatinya, ketika melihat gambaran Kyrena yang terbaring lemah di atas kasur hingga berhari-hari. Aron mengeluarkan seluruh tenagannya untuk bangki
Asteria melangkahkan kakinya di tanah licin yang ada di Drystan. Kepalanya menengadah ke atas langit, ribuan bintang-bintang ada disana bagaikan hujan berkelap-kelip. Asteria takjub dengan Drystan, negara ini bahkan lebih maju dari Alvah. Ada butiran cahaya yang melayang-layang di seluruh kota, bila disentuh mereka akan bertambah banyak. Kota yang saat ini di injak oleh Asteria berada di atas danau, orang-orang di sekitar Asteria juga tambak berbeda dan terlihat unik. Ada orang-orang yang berterbangan di atas jalan setapak dengan sapu terbang maupun karpet ajaib. Orang-orang yang menaiki benda-benda ajaib itu berjalan teratur layaknya lalu lintas. Kebanyakan yang mengunakan benda itu adalah para penyihir tingkat menengah hinga para bangsawan baru. Bangsawan lainnya menggunakan naga sebagai transportasi.Orang-orang yang masih berjalan juga tidak kalah menakjubkan. Anak-anak bermain dengan naga yang memang punya ukuran kecil, ada juga yang terlihat sedang belajar menggunakan sihir. Par
Suara serigala melolong terdengar di seluruh penghujung negeri, burung hantu bertengger di ranting-ranting pohon dengan mata menyala, suara bising dari kelelawar membuat Drystan tampak seram dan tidak ramah untuk dihuni manusia, sebuah kerajaan magis yang hidup berdampingan dengan para monster."Yang Mulia, anda mendapatkan surat undangan dari kerajaan Alvah." Erzulie, ratu dari negeri ini menghela nafas panjang saat menerima surat dan telah selesai membacanya. Drystan adalah kerajaan hitam yang selalu membuat bulu kuduk orang-orang merinding dan tekanan darah mereka meningkat dengan pesat karena adrenalin. Hitam, kata ini mengartikan kejahatan, sisi gelap dari sebuah dunia yang tidak terjamah oleh cahaya. Bila Drystan adalah kerajaan yang gelap, maka kerajaan yang dipenuhi dengan berkat dan anugerah serta cahaya yang bersinar dari pencipta adalah kerajaan Alvah. Dari sana lah di kirimkan undangan tersebut kepada kerajaan Drystan."Iyan, kau mau tahu
Matahari tidak pernah memunculkan dirinya di negeri ini, tapi Kyrena sama sekali tidak membenci nya sedikitpun. Dibandingkan matahari, negeri ini memiliki beribu-ribu matahari kecil di langitnya. Kalian tidak akan pernah bisa melihat pemandangan tersebut di negeri mana pun. Pagi hari selalu ditandai dengan pembiasan cahaya bintang yang menari nari di atas langit, orang orang beraktivitas sebagaimana layaknya sambil membawa barang sihir yang menyala-nyala di sekitar mereka. Beberapa diantaranya bahkan memelihara monster kecil yang biasa di panggil Guardian.Guardian itu sendiri bisa berbagi jenis monster, contohnya pixie, peri, naga kecil, dan monster berukuran kecil lainnya. Hanya di Drystan, manusia dan monster dapat hidup secara bersamaan, meskipun di kenyataan hampir setiap hari Drystan di serang oleh monster jahat. Tiap hari kerajaan akan menerima banyak laporan tentang orang-orang yang hilang, sebagian karena diculik oleh goblin atau terbunuh dalam pertempura
"Kau siapa?" "Asteria, aku warga dari Alvah. Aku tidak sadar saat sedang berburu sudah melewati perbatasan," jawab pria itu. Kyrena menatap pria itu cukup lama, hingga perlahan ia menurunkan siaganya. "Kamu tersesat?" tanya Kyrena. Pria bernama Asteria itu mengangguk dan menurunkan kedua tangannya. Tepat saat Kyrena ada pada jangkauannya, tanpa sadar Kyrena sudah terlebih dahulu memelintir pergelangan tangan Asteria kebelakang badan pria itu. "Aku tidak akan tertipu oleh mu," ucap Kyrena dengan bangga. Tetapi kenyataannya, tenaga dia tidak lebih kuat dari Asteria dan dengan cepat pria itu membalikkan keadaan. Mata panah yang dipegang oleh Asteria berdekatan dengan leher Kyrena. "Kamu dari Alvah?" nafas Asteria terasa sangat dekat di telinga Kyrena. Disaat-saat seperti ini Kyrena tidak bisa menggunakan sihir, apalagi matahari sudah bersinar terang di langit sedangkan tanpa bintang, mantra yang bisa digunakan olehnya sangat terbatas. I
Kyrena melangkah mendekati Luna yang tampak khawatir, saat gadis berambut ungu itu menangkap siluet Kyrena dengan cepat dia berlari mendekat. Luna memegang bahu Kyrena kemudian membulatkan matanya untuk melihat keadaan Kyrena, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki terus seperti itu sebanyak 3 kali. Luna menghela nafas saat mendapati Kyrena tidak terluka sedikitpun dan mengelus dadanya, ia seketika merasa lega dan jantungnya kembali berdetak normal. Kyrena melebarkan pandangannya dan mencari Lucien, yang sepertinya belum muncul sedari tadi. "Dia belum kembali?""Belum. Dibandingkan itu, kamu harus segera memberitahukan ku kemana saja kamu!? Aku takut terjadi sesuatu padamu!" tegas Luna. "Aku hanya memetik bunga, aku ingin membuat mahkota saat dijalan nanti," jawab Kyrena dengan bahagia. Luna tidak bisa memarahinya, selama di perjalanan Kyrena cenderung menunjukkan raut wajah yang suram, kalau seperti ini Luna sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapu
Cahaya Matahari menyadarkan Kyrena dari tidurnya. Saat terbangun dari tidurnya, dia sudah berlumuran dengan keringat dingin sebesar biji jagung, kulitnya tampak semakin pucat dan dia sulit mengendalikan tubuhnya. "Kyrena, lihat itu!" tunjuk Luna pada jendela dengan heboh. Kyrena melirik dengan ujung mata, Istana Alvah tampak sangat megah dan berkilau ditengah-tengah air. Di depan gerbang utama terdapat patung manusia yang menyiramkan air mencerminkan kesuburan.Seekor burung dengan bulu emas terbang mengitari kereta kuda mereka, mengeluarkan suara merdu nya yang gagah seakan menyambut kedatangan gerombolan Kyrena. Ditengah jalan menuju kastil, sebuah sungai buatan mengalir dengan tenang dan terdapat ikan-ikan hias yang melompat lompat memamerkan sirip nya yang berwarna-warni. Kyrena merasa sangat takjub dengan pemandangan luar biasa dari kastil bersinar itu. Puncak ujung kastil itu tepat di tengah matahari yang bersinar terang menunjukkan kemegahan yang