Sinar matahari pagi mulai memasuki ruangan dan menembus kaca dengan silauannya. Gemericik suara burung yang keras dapat membangunkan siapa pun dengan mudah.
Alexa mendengar suara berisik kicauan burung diluar. Ia membuka matanya perlahan, pemandangan pertama yang ia lihat adalah ruangan yang asing. Ia menelusuri semua ruangan dan memperhatikan ada tangan keras yang memeluknya dari belakang.Ia akhirnya mengingat semuanya, tentang seorang pria yang membiusnya dan laki-laki yang bercinta dengannya. Kepalanya terasa berdenyut sekarang, obat bius nya masih terasa. Ia mendudukkan dirinya dan perasaan sakit dibagian intimnya langsung terasa, nyeri dan berdenyut.Matanya memperhatikan lengan keras yang melingkari pinggang telanjangnya. Alexa baru menyadari bahwa ia tidak memakai sedikitpun pakaian sekarang. Ia menggeser lengan Xander pelan agar tidak membangunkannya. Turun kebawah dan mencari pakaiannya.Saat akan turun, ia merasakan ada sesuatu yang menetes dari dalam dirinya hingga mengalir ke pahanya. Kakinya bahkan bergetar karena sakit. Ia dapat merasakan dadanya membengkak. Bagian bawahnya terasa robek dan nyeri. Alexa terus berjalan walaupun rasa sakit dikakinya semakin bertambah. Ia harus segera keluar dari sini, sebelum Xander bangun.Bibirnya meringis saat memperhatikan pakaiannya yang sudah rusak, Xander pasti menariknya dengan paksa. Sangat disayangkan, ini adalah pakaian kesukaannya dan sekarang telah rusak. Tidak mungkin untuk memakainya lagi sekarang. Matanya terpaku pada kemeja putih disebrang ranjang, pasti milik Xander. Alexa langsung memakai pakaian dalam dan kemejanya saja.Sebelum meninggalkan ruangan, ia memperhatikan Xander yang masih tertidur dengan nyenyak diatas ranjang. Xander telah bekerja keras semalam, bukankah ia harus membayar kerja kerasnya? Ia lalu mengeluarkan cek dari tasnya tepat disebelah Xander. Melanjutkan langkah kakinya untuk keluar dari tempat itu.***Xander merasakan rasa kosong disisi nya, sepertinya seorang wanita tertidur disebelahnya semalam. Tangannya meraba-raba sekitar dan tidak dapat menemukan sosoknya.Ia kemudian terbangun dan membuka matanya. Tidak ada seorangpun disini, matanya menatap lembar cek yang tergeletak disebelahnya. Ia mengambilnya dan langsung merobeknya dengan marah. Apa wanita itu pikir ia adalah laki-laki bayaran?Xander memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut, mengingat seluruh kejadian semalam. Miliknya langsung berdiri tegak saat membayangkan betapa sempit dan nikmatnya lubang itu. Sekarang wanita itu telah pergi dan melarikan diri darinya. Padahal ia ingin merasakan bercinta lagi dengannya.Ia lalu bangkit dan mencoba untuk mencari pakaiannya. Tapi, hanya ada Celana hitamnya saja. Dimana kemejanya? Pakaian Alexa yang telah ia robek masih ada diruangan. Itu berarti, Alexa pergi dengan memakai kemejanya. Memikirkan Alexa memakai kemejanya tanpa bawahan maupun pakaian dalam pasti lebih membuatnya menggoda. Miliknya semakin mengeras dan sesak disana.Ia mengambil ponsel di saku nya dan mengeklik satu nama. Mengeluarkan deringan dan berakhir dengan suara hormat seseorang diujung ponsel."Bawakan aku satu set pakaian" Ucapnya dengan datar. Ia dapat mengetahui seseorang diujung ponsel mengerti akan ucapannya. Tangannya lalu mematikan ponsel dan memasukannya kedalam saku celananya.Ting..ting..Alex membuka pintu dan melihat seorang pelayan wanita dengan satu set pakaian yang telah ia pesan. Ia mengambilnya dan tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan. Wajah wanita itu langsung memerah. Alex hanya menatap dingin pada wanita didepannya."Pergi" Alex langsung mengusirnya. Tidak tahan melihat seorang wanita begitu bertindak secara murahan di depan laki-laki. Hanya karena menyentuh tangannya, ia langsung tersipu.Alex langsung memakai pakaiannya dan merapikan rambutnya. Alexa benar-benar sudah membuatnya marah dengan memberikan cek yang nilainya tidak seberapa baginya. Ia membuka pintu dan menutupnya dengan keras. Berjalan dengan amarah dan menatap sekitarnya dengan dingin. Siapapun yang melihatnya sekarang pasti akan langsung melarikan diri dari hadapannya. Tidak ada yang berani mengganggunya saat marah.***"Kakak" Alexa merayu kakaknya yang saat itu tengah sibuk menandatangani beberapa tumpukan dokumen diatas mejanya.Ia mengerucut bibirnya kesal saat tidak mendapatkan jawaban dari sang kakak.Alexa sudah sampai di perusahaan kakaknya 10 menit yang lalu. Tapi kakaknya masih mengabaikannya, padahal Alexa ingin memberitahukan sesuatu."Kak, Alex. Jangan berpura-pura tidak mendengarkan ku!" Ucap Alexa dengan kesal. Kakaknya saat ini benar-benar menyebalkan, apakah melihat tumpukan dokumen lebih penting dari pada mendengarkan adiknya berbicara!."Baru ingat kalau masih memiliki seorang kakak? Kemarin malam saja kau tidak ingat untuk pulang!" Ucap Alex dengan sengit. Ia masih tidak ingin mengalihkan perhatiannya pada adiknya."Kakak kan tau kalau aku sedang bersenang-senang dengan temanku" sangkal Alexa dengan manja. Jika berhubungan dengan kakaknya ia harus bisa bersikap dan bertingkah laku seperti anak baik. Agar kakaknya tidak marah, kalau marah nanti ia yang repot."Sampai pagi bersenang-senangnya?" balas Alex dengan lantang, menatap mata adiknya dengan curiga. Baru kemarin ia tidak melihat Alexa pulang, biasanya tidak pernah."Kak, baru sekali ini kan aku tidak pulang pagi. Aku janji tidak akan melakukannya lagi" Alexa mencoba untuk merayu kakaknya lagi. Kakaknya persis seperti ibunya kalau marah.Alex mendengus, memang benar adiknya baru semalam tidak pulang. Tapi tetap saja ia sangat khawatir. Teleponnya tidak diangkat, saat ingin menelepon temannya malah tidak punya nomornya."Aku mau pergi ke Australia, kak" Alexa menundukkan kepalanya, kedua telunjuk tangannya menyatu seperti anak kecil. Ia sudah mempersiapkan telinganya untuk mendengarkan ceramah kakaknya sekarang, pasti sangat marah."Jangan bermain-main!" Alex menatap adiknya dengan marah. Berani sekali Alexa untuk pergi meninggalkannya jauh ke Australia. Bagaimana kalau terjadi apa-apa disana."Kak, aku ingin melakukan suatu hal yang baru disana" Alexa berusaha untuk membujuk kakaknya."Untuk melakukan hal baru kau bisa melakukannya di perusahaan bukan di tempat lain. Kau pikir perusahaan ini hanya miliku sehingga kau tidak harus bekerja disini?"Alexa terdiam, kakaknya memang benar. Perusahaan ini ditinggalkan oleh orangtuanya untuk mereka kelola bersama. Tapi untuk saat ini, ia harus pergi sejauh mungkin."Aku janji, setelah aku menyelesaikan sesuatu yang ingin aku lakukan disana maka aku akan kembali dan bekerja di perusahaan ini"Alex menatap adiknya dengan tatapan rumit. Kenapa Alexa begitu memaksa untuk pergi, tidak biasanya ia memaksa."Baiklah, kakak mengijinkannya. Tapi kau harus segera kembali" Alex terpaksa mengijinkan adiknya untuk pergi. Kalau tidak, Alexa pasti akan terus berteriak di telinganya sampai keinginannya terwujud."Yeee, Terimakasih kakak tersayang" Alexa mengatakannya dengan gembira. Ia mencium pipi kakaknya dan berjalan pergi dengan hati senang. Banyak barang dan perlengkapan lainnya yang perlu disiapkan sekarang.Alex memandang kepergian adiknya yang menjauh. Ada perasaan hampa saat mengetahui adiknya ingin pergi ke Australia. Ia tidak memiliki siapapun di dunia ini selain Alexa. Oleh karena itu, ia sangat tidak rela saat mengetahui Alexa ingin pergi. Tapi, ia tidak bisa menolak permintaan adiknya. Ia berharap adiknya akan baik-baik saja disana.~Next"Berikan aku Cctv kamar hotel!" Perintah Xander pada bawahannya. Saat ini, ia sedang berada di perusahaannya setelah keluar dari hotel.Sejak di perjalanan dirinya selalu terbayang-bayang tubuh indah dan sexy Alexa, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Oleh karena itu ia memerintahkan bawahannya untuk segera mencari kemana perginya Alexa lewat Cctv kamar hotel. "Baik, tuan" Bawahannya mengangguk pergi dan menjauh dari hadapan tuanya. Meninggalkan Xander seorang diri di ruangannya.Xander masih duduk di meja kekuasaannya, punggungnya bersandar pada sandaran kursi. Tangannya memutar-mutar pena ditangan kanannya. Ia tidak sabar untuk segera menemukan wanita itu. Jika sudah bertemu dengannya, maka ia tidak akan melepaskannya mudah.Tidak lama kemudian, seperti yang ia harapkan dari bawahannya. Sebuah flashdisk yang berisikan rekaman Cctv berhasil di dapatkan. Xander menatap puas pada hasil kerja bawahannya. Tidak sia-sia ia memperkerjakan orang-
Beberapa hari telah berlalu, namun Xander masih terus mencari Alexa. Sudah berbagai upaya dilakukan, namun tetap saja ia belum bisa menemukan Keberadaannya. Setiap kali bawahannya melapor, hanya ada kata maaf lah yang selalu ia dengar"Maaf, tuan. Kami belum bisa menemukannya" ucap bawahannya dengan pelan. Ia menundukkan kepalanya, takut melihat kilatan amarah yang dipancarkan dimata atasannya setiap kali ia kembali tanpa membawakan hasil.Xander menggeram prustasi, matanya menatap tajam pada bawahnya yang menundukkan kepalanya. Tangannya mengetuk meja dengan ringan. Berusaha untuk menyembunyikan kekecewaannya."Terus cari dia sampai dapat" ucap Xander dengan dingin. Tidak peduli apakah bawahnya akan menemukannya atau tidak, yang penting ia harus terus mencari sampai bisa menemukan jejaknya."Baik, tuan" bawahannya menjawab dengan hormat dan meninggalkan Xander sendirian di ruangan kerjanya.Xander menghembuskan nafasnya kasar, ia masih b
Alexa menggerakan jari-jari tangannya, kelopak matanya bergetar dan terbuka. Matanya menatap ruangan putih yang asing dihadapannya. Bau obat-obatan mulai memenuhi Indra penciumannya. Ia merasakan selang infus di tangan kirinya."Dimana aku?" Alexa menatap ruangan yang terlihat asing dimatanya. Kepalanya masih terasa sedikit sakit dan berdenyut."Tadi kamu pingsan dijalan dan orang-orang membawamu ke rumah sakit" ucap seorang pria dengan memakai jas putih ditubuhnya, menandakan bahwa ia adalah seorang dokter."Apa yang terjadi denganku?" Alexa bertanya pada dokter yang masih memeriksa catatan kesehatan di tangannya."Hal seperti ini sudah biasa dialami oleh wanita yang sedang hamil. Kamu harus segera mengabari suami mu atau anggota keluarga lainnya agar mereka bisa segera mengetahui kondisi mu" ucap dokter dengan senyum hangat, sebelum pergi dan meninggalkan Alexa sendirian.Alexa masih berusaha untuk mencerna kalimat yang baru saja dikata
Alexa menatap dengan mata berbinar pada kaca toko roti didepannya. Ia melihat berbagai jenis roti diletakan di kaca etalase toko. Setelah pulang dari rumah sakit, tiba-tiba ia menginginkan sebuah roti yang pernah dikunjunginya saat pertama kalinya ia datang ke Sidney. Mungkinkah ia sedang mengidam? Wajar saja jika wanita hamil mengidam kan.Tapi, aroma yang dihasilkan di toko roti itu sangat harum dan sangat mengunggah selerahnya. Ia memegang perutnya yang masih datar, baru berusia dua minggu. Sebenarnya ia tidak terlalu lapar, tapi ia sangat ingin makan dan membelinya sekarang.Dari pada memandangi kaca toko terlalu lama maka Alexa memutuskan untuk membeli saja rotinya. Ia memilih roti yang sangat disukainya yaitu Croissant, kali ini ia memilih dengan isian keju dan coklat. Setelah menerimanya baru ia berjalan keluar.Walaupun sebenarnya ia bisa memakan rotinya langsung didalam toko, tapi ia lebih memilihnya untuk membawanya ke rumah. Di rumah nanti ia bi
"Selamat datang, Pak Alex" ucap seorang resepsionis wanita dengan senyuman ramah dibibirnya.Alex yang melihatnya hanya tersenyum kecil, sebagai sapaan hormat. Kedatangannya di perusahaan Xander bukan semata-mata hanya kunjungan biasa, melainkan ia ingin menemui sahabatnya, Xander.Sudah lama sejak ia mengunjungi perusahaan ini, mungkin beberapa bulan yang lalu. Tapi, sepertinya ada yang aneh dengan semua karyawan disini. Kenapa rasanya mereka seperti tertekan?"Aku rasa ada yang salah dengan semua karyawan yang ada disini" Tanya Alex pada resepsionis wanita itu. Sudah beberapa bulan sejak ia tidak datang ke perusahaan ini dan setelah ia datang, ada yang aneh dari semua karyawannya. Ia merasakan bahwa Mereka seperti terpaksa untuk bekerja di perusahaan ini."Beberapa hari ini Pak Xander sering memarahi seluruh karyawan yang melakukan kesalahan dan menekan seluruh karyawan untuk bisa bekerja dengan maksimal" wanita itu hanya menatap Alex dengan tat
Xander sedang berbaring terlelap diranjang empuknya sebelum perutnya tiba-tiba bergejolak, seperti ada sesuatu yang ingin keluar. Pelipisnya mengkerut dan keringat tipis mulai mengalir di dahinya. Ruangan yang dingin semakin membuat tubuhnya bergetar.Padahal, beberapa menit yang lalu tubuhnya masih dalam keadaan baik-baik saja. Sehingga ia bisa tidur dan berbaring dengan nyaman. Tapi setelahnya, tubuhnya tiba-tiba merasakan hal yang aneh.Semakin ia memejamkan matanya, semakin rasa mualnya muncul. Ia merasa tidak tahan lagi. Xander lalu bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi. Langkahnya sempoyongan dan tergesa-gesa, untungnya ia tidak menabrak benda-benda yang ada dikamarnya."Huekkk.....huekkkk" Xander berusaha untuk memuntahkan cairan yang sejak tadi selalu bergejolak untuk keluar, tapi hanya cairan putih bening yang keluar. Kamarnya kedap suara, sehingga orangtuanya tidak akan mendengar suara mualnya. Kalau sampai mereka mendengarnya, pas
Kandungan Alexa sudah menginjak usia 8 bulan, sebentar lagi anaknya akan segera lahir. Sebelum itu, ia ingin mendatangi rumah sakit untuk memeriksa kesehatan dan kapan waktu yang tepat untuk anaknya lahir.Setiap bulannya ia selalu rutin memeriksakan kesehatan kandungnya, ia tidak ingin jika terjadi sedikit masalah pun pada anak yang ada dikandungnya. Bahkan ia selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya agar tidak terjadi cidera yang dikhawatirkan.Sekarang Alexa sudah berada di rumah sakit yang pernah ia datangi waktu pingsan ditaman beberapa bulan yang lalu. Selain itu, di rumah sakit ini juga ia selalu memeriksa kesehatan kandungnya. Dokternya merupakan orang yang sudah ia kenal dengan baik, sehingga membuatnya lebih leluasa untuk bertanya lebih lanjut mengenai kondisi kandungnya."Kandungan mu sangat sehat dan baik, aku pikir kau bisa melahirkan secara normal dalam beberapa Minggu lagi. Kau harus tetap rutin meminum suplemen kesehatan yang sudah dire
Sebelum kelahirannya tiba, Alexa dan kakaknya akan berbelanja seluruh perlengkapan bayi yang akan ia butuhkan di Mall. Beruntung kakaknya datang dan akan membayarkan semua barang yang akan ia beli. Jadi ua tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Kebetulan sekali, ia belum membeli barang apapun untuk anaknya nanti. Lebih baik dibeli sekarang daripada sibuk membelinya nanti.Alexa membawa kakaknya ke Mall, ke bagian khusus perlengkapan bayi. Ia menyeret kakaknya untuk ikut masuk dengannya, karena kakaknya menolak untuk masuk sebelumnya. Tapi Alexa tidak akan membiarkan kakaknya diam berdiri diluar, lebih bagus kalau Alex bisa membantunya."Bagaimana dengan baju ini, warnanya sangat manis dan cantik" Alex menunjukkan sepasang pakaian bayi dengan warna merah muda yang tidak terlalu mencolok. Pakaiannya imut dan membuat siapapun yang memakainya akan terlihat cantik."Kakak, baju ini berwarna merah muda. Bagaimana kalau anakku nanti laki-laki?" Alexa langsung