"Berikan aku Cctv kamar hotel!" Perintah Xander pada bawahannya. Saat ini, ia sedang berada di perusahaannya setelah keluar dari hotel.
Sejak di perjalanan dirinya selalu terbayang-bayang tubuh indah dan sexy Alexa, ia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Oleh karena itu ia memerintahkan bawahannya untuk segera mencari kemana perginya Alexa lewat Cctv kamar hotel."Baik, tuan" Bawahannya mengangguk pergi dan menjauh dari hadapan tuanya. Meninggalkan Xander seorang diri di ruangannya.Xander masih duduk di meja kekuasaannya, punggungnya bersandar pada sandaran kursi. Tangannya memutar-mutar pena ditangan kanannya. Ia tidak sabar untuk segera menemukan wanita itu. Jika sudah bertemu dengannya, maka ia tidak akan melepaskannya mudah.Tidak lama kemudian, seperti yang ia harapkan dari bawahannya. Sebuah flashdisk yang berisikan rekaman Cctv berhasil di dapatkan. Xander menatap puas pada hasil kerja bawahannya. Tidak sia-sia ia memperkerjakan orang-orang yang berkompeten."Ini tuan rekamannya" Bawahannya menyerahkan sebuah flashdisk berwarna merah padanya. Flashdisk yang berisikan rekaman video aktivitas hotel semalam."Kau boleh pergi!" Ucap Xander dengan dingin. Ia ingin memutarkan video kegiatan mereka semalam, tidak mungkin Xander membiarkan bawahannya melihat tubuh bagus Alexa. Hanya dirinya lah yang bisa melihatnya.Xander mengambil laptopnya, menghidupkannya dan memasukan flashdisk ke laptop. Setelah terhubung, ia mencari videonya dengan Alexa. Di dalam Flashdisk ternyata ada banyak video bercinta milik orang lain, ia sampai mual mencarinya.Xander sudah mencarinya cukup lama, tetapi tidak menemukannya. Ia bahkan sudah mengeceknya dua kali, kenapa video nya tidak ada? Apa mungkin dihapus? Ia menatap kesal pada layar laptopnya.Brak..Xander menggebrak meja dengan marah. Video mereka kemarin memang benar-benar dihapus. Padahal ia sangat membutuhkan video itu untuk mencari Alexa dan sekarang video nya tidak ada. Bagaimana ia akan menemukan Alexa?Pemilik Bar pasti mengetahui siapa wanita terakhir kali yang ia temui. Dengan bertanya dengannya, pasti ia akan menemukan jawabannya. Ia lalu pergi dari ruangannya, kembali ke Bar untuk menemui pemiliknya.***Alexa mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat. Pesawatnya telah tiba di Australia, tepatnya di Sidney sekitar 10 menit yang lalu. Ia berjalan dengan senang dan menyeret satu koper yang lumayan besar di tangan kanannya. Sebenarnya banyak taksi yang bisa ia tumpangi, tapi karena ingin melihat-lihat pemandangan sekitar Sidney, ia memutuskan untuk berjalan kaki.Ia lalu berjalan-jalan mengitari kota, melihat pemandangan perkotaan yang lumayan cukup ramai hingga mampir di toko roti yang paling terkenal di Sidney. Dari luar saja aromanya sudah harum, aroma mentega dan susu.Karena merasa lapar, Alexa berjalan masuk untuk membeli beberapa potong roti sebelum kembali ke penginapannya. Ada beragama jenis roti di toko ini, hanya Croissant yang ia beli karena itu merupakan roti kesukaannya.Sambil berjalan, ia terus memakan rotinya untuk mengganjal perutnya yang sudah berbunyi. Untungnya penginapannya tidak jauh dari Bandara, cuman butuh 20 menit untuk berjalan kaki.Ia tiba di penginapannya yang dekat dengan pusat kota, penginapan terbaik bagi para wisatawan di di Sidney. Ia tidak memperdulikan harganya, karena kakaknya sudah mengatur semua hal untuknya disini. Ia hanya perlu berlibur dan menikmati waktu untuk bersenang-senang. Sekaligus melupakan hal buruk yang terjadi kemarin. Mengingatnya saja sudah membuat moodnya turun.Ia lalu mendorong kopernya kedalam, membuka pintu dengan kunci yang telah disediakan. Matanya menatap takjub pada seluruh isi ruangan. Tidak mirip seperti tempat penginapan, malah terlihat seperti Vila mewah.Alexa berjalan masuk kedalam kamarnya, matanya terpaku pada satu ranjang yang cukup empuk dan nyaman untuk beristirahat. Ia kemudian membuka kopernya dan membereskan seluruh pakaiannya di lemari. Setelah itu membersihkan seluruh penginapan agar terlihat lebih bersih. Baru ia membersihkan tubuhnya dan beristirahat. Masih banyak waktu untuk bersenang-senang.***"Tidak biasanya tuan Alex kesini? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pemilik Bar. Ia merasa penasaran dengan keinginan Xander untuk menemuinya. Biasanya ia hanya memerintahkan bawahannya untuk menemuinya."Bukankah kau yang mengatur wanita untuk ku dikamar semalam?" Xander langsung menunjukkan keinginannya untuk menemuinya. Tidak ingin berbasa-basi lebih lama lagi."Iya, tuan. Ada apa? Apakah tuan kurang puas terhadap pelayanan wanita itu? Kami bisa menggantikannya dengan wanita yang lainnya agar tuan merasa puas" Pemilik Bar mengkerutkan keningnya penasaran. Untuk apa Xander bertanya tentang wanita yang bersamanya semalam. Padahal sebelumnya, ia tidak pernah menanyainya. Pasti ada yang bermasalah dari wanita itu."Tidak perlu. Aku hanya ingin mengetahui identitas wanita itu" Xander menghentikan niat pemilik Bar yang ingin memberikannya pelayanan wanita lain. Saat ini ia sedang tidak ingin bercinta dengan wanita lain selain wanita semalam."Mohon maaf tuan, tapi saya tidak mengetahui identitasnya" Pemilik Bar mengatakannya dengan jujur. Ia memang tidak mengetahui identitas setiap wanita yang sering dikirim untuk bercinta di Bar ini. Karena biasanya, wanita-wanita yang datang selalu sukarela untuk mengetahuinya."Bagaimana mungkin kau tidak mengetahuinya? Kau pemilik dari Bar ini dan bertanggung jawab untuk memilikan perempuan yang akan diberikan padaku" Xander langsung marah saat mengetahui ketidakmampuan pemilik Bar tentang wanita yang ia kirim semalam."Itu memang benar, tapi saya hanya mencarinya tanpa mengetahui identitasnya" Pemilik Bar berkata dengan ketakutan. Mendengar suara Xander yang keras, membuat dirinya takut."Sial" Xander melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Bar dengan kemarahan. Tidak ada gunanya ia datang kemarin. Sekarang apa yang harus dilakukan, ia hanya mengetahui wajah wanita itu bukan namanya atau identitas apapun yang ia miliki. Akan sulit untuk menemukannya.***Xander menghidupkan mobilnya untuk menemui sahabatnya Alex di perusahaannya. Ia benar-benar merasa prustasi sekarang, mencari satu wanita saja sangat sulit. Seperti mencari jarum diantara tumpukan jerami.Xander membuka pintu ruangan tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ia tidak peduli apakah orang lain akan membicarakannya tidak sopan, saat ini moodnya benar-benar berantakan hanya karena satu wanita."Kau terlihat seperti ditinggalkan oleh istrimu" Alex menatap Xander dengan tatapan rumit. Ia memang sudah terbiasa dengan sikapnya yang seenaknya. Melihat raut wajahnya sekarang, pasti ia memiliki masalah yang berat."Aku memang ditinggalkan olehnya" Xander menjawab Alex dengan dengusan. Tidak ada yang salah dengan ucapan Alex barusan. Ia memang ditinggalkan oleh seorang wanita setelah bercinta, bahkan wanita itu meninggalkannya sebuah cek.Alex melebarkan matanya dengan tidak percaya. Seorang pria seperti Xander ditinggalkan oleh seorang wanita, wanita seperti apa yang berani melakukan hal seperti itu padanya. Pasti ia berbeda dari wanita yang sering ditemuinya."Makannya jangan suka memainkan perasaan wanita setelah bertemu dengannya" Alex mengingatkan kebiasaan buruk Xander yang suka memainkan perasaan wanita."Aku tidak ingin memainkan perasaan mereka. Mereka saja yang terlalu berharap banyak padaku. Aku sudah bilang sejak awal, kalau aku tidak akan mencintai siapapun" Xander menyangkal mengenai apa yang baru saja dikatakan Alex."Terserah mu, jangan libatkan aku didalam hubungan mu dengan wanita lain" Alex menatapnya dengan dingin.Xander hanya memalingkan wajahnya dengan angkuh. Ia datang kemari untuk mencari solusi bukan keributan. Tapi sahabatnya ini malah suka mencari pertengkaran dengannya. Sekarang ia harus mencari sendiri wanita itu tanpa melibatkan orang lain.~NextBeberapa hari telah berlalu, namun Xander masih terus mencari Alexa. Sudah berbagai upaya dilakukan, namun tetap saja ia belum bisa menemukan Keberadaannya. Setiap kali bawahannya melapor, hanya ada kata maaf lah yang selalu ia dengar"Maaf, tuan. Kami belum bisa menemukannya" ucap bawahannya dengan pelan. Ia menundukkan kepalanya, takut melihat kilatan amarah yang dipancarkan dimata atasannya setiap kali ia kembali tanpa membawakan hasil.Xander menggeram prustasi, matanya menatap tajam pada bawahnya yang menundukkan kepalanya. Tangannya mengetuk meja dengan ringan. Berusaha untuk menyembunyikan kekecewaannya."Terus cari dia sampai dapat" ucap Xander dengan dingin. Tidak peduli apakah bawahnya akan menemukannya atau tidak, yang penting ia harus terus mencari sampai bisa menemukan jejaknya."Baik, tuan" bawahannya menjawab dengan hormat dan meninggalkan Xander sendirian di ruangan kerjanya.Xander menghembuskan nafasnya kasar, ia masih b
Alexa menggerakan jari-jari tangannya, kelopak matanya bergetar dan terbuka. Matanya menatap ruangan putih yang asing dihadapannya. Bau obat-obatan mulai memenuhi Indra penciumannya. Ia merasakan selang infus di tangan kirinya."Dimana aku?" Alexa menatap ruangan yang terlihat asing dimatanya. Kepalanya masih terasa sedikit sakit dan berdenyut."Tadi kamu pingsan dijalan dan orang-orang membawamu ke rumah sakit" ucap seorang pria dengan memakai jas putih ditubuhnya, menandakan bahwa ia adalah seorang dokter."Apa yang terjadi denganku?" Alexa bertanya pada dokter yang masih memeriksa catatan kesehatan di tangannya."Hal seperti ini sudah biasa dialami oleh wanita yang sedang hamil. Kamu harus segera mengabari suami mu atau anggota keluarga lainnya agar mereka bisa segera mengetahui kondisi mu" ucap dokter dengan senyum hangat, sebelum pergi dan meninggalkan Alexa sendirian.Alexa masih berusaha untuk mencerna kalimat yang baru saja dikata
Alexa menatap dengan mata berbinar pada kaca toko roti didepannya. Ia melihat berbagai jenis roti diletakan di kaca etalase toko. Setelah pulang dari rumah sakit, tiba-tiba ia menginginkan sebuah roti yang pernah dikunjunginya saat pertama kalinya ia datang ke Sidney. Mungkinkah ia sedang mengidam? Wajar saja jika wanita hamil mengidam kan.Tapi, aroma yang dihasilkan di toko roti itu sangat harum dan sangat mengunggah selerahnya. Ia memegang perutnya yang masih datar, baru berusia dua minggu. Sebenarnya ia tidak terlalu lapar, tapi ia sangat ingin makan dan membelinya sekarang.Dari pada memandangi kaca toko terlalu lama maka Alexa memutuskan untuk membeli saja rotinya. Ia memilih roti yang sangat disukainya yaitu Croissant, kali ini ia memilih dengan isian keju dan coklat. Setelah menerimanya baru ia berjalan keluar.Walaupun sebenarnya ia bisa memakan rotinya langsung didalam toko, tapi ia lebih memilihnya untuk membawanya ke rumah. Di rumah nanti ia bi
"Selamat datang, Pak Alex" ucap seorang resepsionis wanita dengan senyuman ramah dibibirnya.Alex yang melihatnya hanya tersenyum kecil, sebagai sapaan hormat. Kedatangannya di perusahaan Xander bukan semata-mata hanya kunjungan biasa, melainkan ia ingin menemui sahabatnya, Xander.Sudah lama sejak ia mengunjungi perusahaan ini, mungkin beberapa bulan yang lalu. Tapi, sepertinya ada yang aneh dengan semua karyawan disini. Kenapa rasanya mereka seperti tertekan?"Aku rasa ada yang salah dengan semua karyawan yang ada disini" Tanya Alex pada resepsionis wanita itu. Sudah beberapa bulan sejak ia tidak datang ke perusahaan ini dan setelah ia datang, ada yang aneh dari semua karyawannya. Ia merasakan bahwa Mereka seperti terpaksa untuk bekerja di perusahaan ini."Beberapa hari ini Pak Xander sering memarahi seluruh karyawan yang melakukan kesalahan dan menekan seluruh karyawan untuk bisa bekerja dengan maksimal" wanita itu hanya menatap Alex dengan tat
Xander sedang berbaring terlelap diranjang empuknya sebelum perutnya tiba-tiba bergejolak, seperti ada sesuatu yang ingin keluar. Pelipisnya mengkerut dan keringat tipis mulai mengalir di dahinya. Ruangan yang dingin semakin membuat tubuhnya bergetar.Padahal, beberapa menit yang lalu tubuhnya masih dalam keadaan baik-baik saja. Sehingga ia bisa tidur dan berbaring dengan nyaman. Tapi setelahnya, tubuhnya tiba-tiba merasakan hal yang aneh.Semakin ia memejamkan matanya, semakin rasa mualnya muncul. Ia merasa tidak tahan lagi. Xander lalu bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi. Langkahnya sempoyongan dan tergesa-gesa, untungnya ia tidak menabrak benda-benda yang ada dikamarnya."Huekkk.....huekkkk" Xander berusaha untuk memuntahkan cairan yang sejak tadi selalu bergejolak untuk keluar, tapi hanya cairan putih bening yang keluar. Kamarnya kedap suara, sehingga orangtuanya tidak akan mendengar suara mualnya. Kalau sampai mereka mendengarnya, pas
Kandungan Alexa sudah menginjak usia 8 bulan, sebentar lagi anaknya akan segera lahir. Sebelum itu, ia ingin mendatangi rumah sakit untuk memeriksa kesehatan dan kapan waktu yang tepat untuk anaknya lahir.Setiap bulannya ia selalu rutin memeriksakan kesehatan kandungnya, ia tidak ingin jika terjadi sedikit masalah pun pada anak yang ada dikandungnya. Bahkan ia selalu berhati-hati dalam setiap tindakannya agar tidak terjadi cidera yang dikhawatirkan.Sekarang Alexa sudah berada di rumah sakit yang pernah ia datangi waktu pingsan ditaman beberapa bulan yang lalu. Selain itu, di rumah sakit ini juga ia selalu memeriksa kesehatan kandungnya. Dokternya merupakan orang yang sudah ia kenal dengan baik, sehingga membuatnya lebih leluasa untuk bertanya lebih lanjut mengenai kondisi kandungnya."Kandungan mu sangat sehat dan baik, aku pikir kau bisa melahirkan secara normal dalam beberapa Minggu lagi. Kau harus tetap rutin meminum suplemen kesehatan yang sudah dire
Sebelum kelahirannya tiba, Alexa dan kakaknya akan berbelanja seluruh perlengkapan bayi yang akan ia butuhkan di Mall. Beruntung kakaknya datang dan akan membayarkan semua barang yang akan ia beli. Jadi ua tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Kebetulan sekali, ia belum membeli barang apapun untuk anaknya nanti. Lebih baik dibeli sekarang daripada sibuk membelinya nanti.Alexa membawa kakaknya ke Mall, ke bagian khusus perlengkapan bayi. Ia menyeret kakaknya untuk ikut masuk dengannya, karena kakaknya menolak untuk masuk sebelumnya. Tapi Alexa tidak akan membiarkan kakaknya diam berdiri diluar, lebih bagus kalau Alex bisa membantunya."Bagaimana dengan baju ini, warnanya sangat manis dan cantik" Alex menunjukkan sepasang pakaian bayi dengan warna merah muda yang tidak terlalu mencolok. Pakaiannya imut dan membuat siapapun yang memakainya akan terlihat cantik."Kakak, baju ini berwarna merah muda. Bagaimana kalau anakku nanti laki-laki?" Alexa langsung
Malam harinya, Alexa tertidur dengan nyenyak. Jendela kamarnya dibiarkan terbuka agar angin malam dapat masuk kedalam. Daripada menggunakan pendingin ruangan, ia lebih suka angin alami. Lebih bagus untuk kesehatannya.Suara jangkrik, menghibur dirinya seperti lagu pengantar tidur. Bulan terlihat menyala dengan memamerkan sinarnya hingga tembus kedalam kamarnya. Alexa mengeratkan selimutnya hingga ke dada nya.Pelipisnya tiba-tiba berkerut, keringat tipis mulai mengalir didahi mulusnya. Tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang tidak tahu datang dari mana.Matanya lalu terbuka dan ia kembali sadar. Rasa sakit itu ternyata datang dari perutnya, bagaimana bisa? Usia kandungannya baru 8 bulan!Rasa sakitnya semakin bertambah parah, Alexa mencoba untuk meredam suaranya, tapi tetap saja tidak bisa. Perutnya terasa semakin sakit, sepertinya ia akan melahirkan."KAKAK!!" Alexa meninggikan suaranya memanggil sang kakak. Nafasnya terengah-engah men