Share

Roti Croissants?

Alexa menatap dengan mata berbinar pada kaca toko roti didepannya. Ia melihat berbagai jenis roti diletakan di kaca etalase toko. Setelah pulang dari rumah sakit, tiba-tiba ia menginginkan sebuah roti yang pernah dikunjunginya saat pertama kalinya ia datang ke Sidney. Mungkinkah ia sedang mengidam? Wajar saja jika wanita hamil mengidam kan.

Tapi, aroma yang dihasilkan di toko roti itu sangat harum dan sangat mengunggah selerahnya. Ia memegang perutnya yang masih datar, baru berusia dua minggu. Sebenarnya ia tidak terlalu lapar, tapi ia sangat ingin makan dan membelinya sekarang.

Dari pada memandangi kaca toko terlalu lama maka Alexa memutuskan untuk membeli saja rotinya. Ia memilih roti yang sangat disukainya yaitu Croissant, kali ini ia memilih dengan isian keju dan coklat. Setelah menerimanya baru ia berjalan keluar.

Walaupun sebenarnya ia bisa memakan rotinya langsung didalam toko, tapi ia lebih memilihnya untuk membawanya ke rumah. Di rumah nanti ia bisa memakannya sambil melihat televisi, bukan berarti karena toko rotinya tidak bagus. Hanya saja terlalu banyak pengunjung didalam, takutnya ia tidak kebagian tempat duduk.

Pemilik toko roti juga sangat ramah padanya, mungkin ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang turis sehingga ia dipermudah. Pelayanan di toko itu juga bagus dan baik, selalu mengutamakan kepentingan dan kepuasan pelanggan.

Sejak pulang dari rumah sakit, ia memilih untuk berjalan kaki. Lagian jarak rumah sakit dari penginapannya tidak terlalu jauh, hanya butuh 15 menit untuk sampai. Berjalan-jalan sebentar juga sangat baik untuk kesehatan wanita hamil.

Dokter menyarankannya untuk selalu menggerakkan tubuhnya, seperti berjalan-jalan maupun membersihkan rumah. Selain menyehatkan tubuh dan anaknya, hal itu juga bisa mempermudahnya dalam proses persalinannya kelak.

Hari ini sebenarnya lumayan cukup panas baginya, ia lupa membawa payung. Jadi ia hanya berjalan di pinggir dekat pertokoan untuk menghindari panas. Karena terlalu lelah, ia memutuskan untuk kembali ke penginapannya. Membersihkan tubuhnya, memakan rotinya dan mengistirahatkan tubuhnya di ranjangnya yang empuk.

***

Xander sedang menonton televisi bersama orangtuanya di ruang keluarga, melihat film kesukaannya. Saat sedang menontonnya, ia tiba-tiba ingin makan sesuatu. Roti, roti adalah makanan yang tiba-tiba terlintas dibenaknya. Tapi, ia tidak terlalu menyukai roti. Bagaimana mungkin untuk memakannya?

Membayangkan harum dan lembutnya roti membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia tidak peduli apakah ia menyukai roti atau tidak, yang penting sekarang ia harus mendapatkan roti itu. Ia lalu berjalan pergi dari hadapan orangtuanya.

"Mau kemana, nak?" Ana menatap kepergian putranya yang tergesa-gesa, padahal ia mengetahui bahwa film yang ditonton putranya ini merupakan film kesukaannya. Jadi tidak mungkin ia melewatkan film kesukaannya.

"Xander mau membeli roti, ma" ucap Xander menjawab mamanya. Ia dapat melihat guratan keterkejutan dimata mamanya. Pasti mamanya tidak akan mempercayainya kalau ia tiba-tiba menginginkan makan roti, padahal ia tidak menyukai roti.

"Bukankah kamu tidak menyukai roti?" ucap Ana dengan bingung. Ia mengetahuinya dengan pasti kalau putranya ini sangat tidak menyukai roti. Roti yang sering dibuatnya saja tidak pernah sekalipun dimakan oleh putranya dan sekarang ia tiba-tiba menginginkannya.

"Tapi Xander tiba-tiba ingin memakannya" Xander berkata dengan sejujurnya. Ia juga tidak tahu mengapa ia tiba-tiba menginginkan roti padahal tidak menyukainya. Kepalanya ingin mengatakan tidak tapi hatinya mengatakan iya.

"Mau mama buatkan rotinya?" Ana bertanya pada putranya. Dari pada beli jauh-jauh diluar, bukankah lebih baik jika membuatnya sendiri di rumah. Lagian dirinya juga bisa membuat roti apapun selama bahannya masih tersedia dirumah.

Membuat roti sendiri bisa menjamin kesehatan dan kebersihannya. Terkadang, roti yang dijual diluar belum tentu terjamin kesehatan dan kebersihannya. Ia takut kalau putranya akan sakit jika memakan roti yang seperti itu, apalagi sejak mengetahui bahwa putranya belakangan ini sering mual-mual.

"Tidak usah, Ma. Xander bisa membelinya sendiri" Xander berusaha menolak permintaan ibunya dengan halus. Ia tidak ingin menyusahkan mamanya untuk membuat roti yang diinginkannya.

Karena tidak ada pertanyaan lagi dari orangtuanya, ia memutuskan untuk berjalan keluar. Mendatangi toko roti yang terdekat dari rumahnya. Ia menaiki mobilnya sendiri dan berjalan pergi.

***

Ana memperhatikan perilaku putranya yang menurutnya sangat mencurigakan belakangan ini. Karyawan yang diam-diam ia suruh untuk mengawasi perilaku putranya mengatakan bahwa putranya tiba-tiba sangat sering memarahi setiap karyawan yang membuat kesalahan.

Yang membuatnya bingung adalah baru kali ini ia melihat putranya marah-marah pada karyawan di perusahaannya. Biasanya Xander hanya bersikap acuh tak acuh pada kesalahan apa pun. Paling ia akan menyuruh sekretarisnya untuk mengatasinya.

Sekarang pun ia melihat putranya tiba-tiba menginginkan roti, padahal ia sangat mengetahui betul bahwa putranya sangat tidak menyukai roti. Kenapa putranya tiba-tiba menjadi seperti itu? Tidak mungkin kan jika putranya tiba-tiba mengidap penyakit berbahaya?

"Pa, Mama jadi khawatir dengan kondisi Xander sekarang?" Ana menatap gusar pada wajah tegas suaminya disebelahnya. Dirinya tiba-tiba menjadi tidak tenang saat memikirkan kondisi putranya sekarang.

"Maksud mama?" Hans menatap istrinya dengan penasaran. Ia dapat melihat kekhawatiran yang tercetak jelas diwajah cantik istrinya ini.

"Xander tiba-tiba muntah tanpa alasan yang jelas, karyawan yang mama suruh untuk mengawasi Xander mengatakan bahwa Xander sering marah-marah dengan karyawan karena hal sepele dan sekarang putra kita tiba-tiba ingin makan roti. Padahal mama sangat mengetahuinya dengan jelas kalau Xander sangat tidak menyukai roti, Pa. Mama takut kalau seandainya Xander mengidap penyakit yang berbahaya" Ana menjelaskan semua keanehan yang terjadi pada putranya. Ia awalnya juga tidak terlalu mempercayai keanehan yang terjadi pada putranya. Tapi sekarang pikirannya tiba-tiba berubah.

"Mama jangan khawatir dulu, mungkin Xander sedang banyak pikiran sekarang. Makannya sifat dan perilakunya tiba-tiba berubah" Hans berusaha untuk menenangkan istrinya. Ia memeluk istrinya dengan tenang disebelahnya.

Sebenarnya, Hans juga memperhatikan hal aneh yang terjadi pada putranya dan ditambah dengan penjelasan istrinya semakin membuatnya percaya kalau ada sesuatu yang berbeda dari diri Xander sekarang. Tapi, ia tidak ingin membuat istrinya gelisah. Apalagi setelah istrinya berpikiran yang tidak-tidak pada Xander membuatnya untuk memilih diam, tidak ingin memperparah keadaan. Ia berharap kalau putranya akan baik-baik saja.

***

Xander berhenti tepat di toko roti yang tidak jauh dirumahnya. Sepertinya toko roti ini tidak terlalu ramai, jadi ia bisa makan didalamnya. Ia memperhatikan deretan menu roti yang ada didalam daftar menu dan matanya tertuju pada satu jenis roti yaitu roti Croissant.

"Saya ingin roti Croissant satu dengan isian coklat dan keju" ucap Xander pada pelayan wanita dihadapannya. Pelayan wanita itu lalu pergi dan membuat pesanan Xander.

Sambil menunggu pesanannya tiba, punggungnya terasa panas sekarang. Ia berbalik kebelakang dan melihat sekelompok wanita muda menatapnya dengan intens. Xander yang memperhatikan tatapan wanita itu hanya menatapnya dingin dan langsung membalikkan wajahnya.

Semenjak masuk kedalam toko ini, ia selalu menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada didalam toko. Bahkan karyawan toko pun memandangnya dengan tatapan yang aneh. Seandainya saja ia tidak ingin makan roti maka ia tidak akan sekalipun menginjakkan kakinya ditempat ini. Kalau misalnya dibawah pulang pasti orangtuanya akan menanyainya terus.

10 menit kemudian, roti yang dipesan Xander sudah tiba di mejanya. Ia memandang takjub dengan roti dihadapannya. Aneh, padahal ini hanya sebuah roti. Tapi tidak tau kenapa ia memandangnya seperti makanan enak.

Ia lalu memotong bagian pinggir dan memakannya. Rasa coklat dan keju langsung menyatu didalam lidahnya, sepertinya rasanya tidak terlalu buruk juga. Kebetulan sekali perutnya sangat lapar, jadi Xander memakannya sampai habis.

~Next

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status