Share

Hamil

Alexa menggerakan jari-jari tangannya, kelopak matanya bergetar dan terbuka. Matanya menatap ruangan putih yang asing dihadapannya. Bau obat-obatan mulai memenuhi Indra penciumannya. Ia merasakan selang infus di tangan kirinya.

"Dimana aku?" Alexa menatap ruangan yang terlihat asing dimatanya. Kepalanya masih terasa sedikit sakit dan berdenyut.

"Tadi kamu pingsan dijalan dan orang-orang membawamu ke rumah sakit" ucap seorang pria dengan memakai jas putih ditubuhnya, menandakan bahwa ia adalah seorang dokter.

"Apa yang terjadi denganku?" Alexa bertanya pada dokter yang masih memeriksa catatan kesehatan di tangannya.

"Hal seperti ini sudah biasa dialami oleh wanita yang sedang hamil. Kamu harus segera mengabari suami mu atau anggota keluarga lainnya agar mereka bisa segera mengetahui kondisi mu" ucap dokter dengan senyum hangat, sebelum pergi dan meninggalkan Alexa sendirian.

Alexa masih berusaha untuk mencerna kalimat yang baru saja dikatakan oleh dokter itu. Sepertinya telinga nya masih berfungsi dengan baik, tapi kenapa ia seperti merasakan ada kata yang aneh.

'Hamil?'

Satu kata yang mampu membuat dirinya terguncang, ia langsung terdiam dan tidak bisa bergerak. Bagaimana mungkin bisa hamil? Apa mungkin laki-laki itu mengeluarkannya didalam?

'Astaga'

Alexa memijat kepalanya pelan, sekarang apa yang harus ia lakukan. Anak laki-laki itu ada di dalam rahimnya. Bagaimana ia akan menanganinya sekarang? Kakaknya pasti akan sangat marah.

'Apa mungkin digugurkan saja?'

Alexa langsung menggelengkan kepalanya, ia tidak kejam untuk bisa membunuh nyawa seorang anak yang tidak berdosa.

Tangannya terulur untuk mengelus perutnya yang masih rata. Apa pun yang terjadi ia akan melahirkan dan menjaganya. Tidak peduli apa kata orang lain maupun kakaknya sendiri, ia akan tetap menjaganya.

Ia tidak berniat sedikitpun untuk memberitahu Xander masalah ini. Lagipula ia yakin laki-laki itu tidak peduli dengan kehamilannya, pasti ia akan menyuruh Alexa untuk menggugurkannya. Tidak, ia tidak mau menggugurkan anaknya. Jadi ia akan merahasiakannya mulai sekarang.

***

"Tuan muda sepertinya hanya masuk angin biasa, sebentar lagi akan segera sembuh. Hanya perlu beristirahat dan makan dengan teratur" setelah memeriksa dan mengatakan kalimatnya, dokter itu pamit dan kembali ke rumah sakit.

Xander berbaring di ranjangnya dan menatap langit-langit kamarnya. Orangtuanya baru saja keluar, mengantarkan dokter yang akan segera pergi.

Untungnya hanya masuk angin biasa, bukan penyakit yang serius. Ia harus segera beristirahat agar tubuhnya bisa kembali normal dan bekerja seperti biasanya.

***

Alex memeriksa beberapa dokumen di meja kerjanya. Kepalanya terasa hampir pecah setelah melihat banyaknya kertas-kertas yang harus ia revisi dan tandatangani lagi. Sekretaris tidak mungkin bisa membantunya, karena ini menyangkut kerahasiaan perusahaan.

Drt...drttt

Ponselnya tiba-tiba berbunyi, Alex menghentikan kegiatannya dan menatap ponselnya. Ada nama adiknya di layar, ia langsung mengangkatnya dengan senyum.

'Kakak'

'Bagaimana sudah puas bermainnya? Kapan kau akan kembali menemui kakakmu disini?'

'Sepertinya aku tidak bisa kembali untuk beberapa tahun kedepan'

'Apa maksud ucapanmu!?'

'Aku Hamil, kakak akan segera menjadi seorang paman'

'.......'

'Kakak seharusnya senang saat mendengar kabar ini'

'Siapa pria itu? Pria yang menghamilimu?'

'Aku tidak tau dan tidak peduli padanya. Sekarang yang hanya aku pedulikan adalah anak yang ada dikandunganku'

'ALEXA'

'Kakak tidak mengerti apa yang kurasakan. Aku hanya ingin hidup tenang dengan anakku'

'Oke, kakak mengerti. Jaga dirimu dan calon keponakan ku baik-baik. Aku akan segera mengunjungi mu'

'Sampai jumpa lagi, kak'

'Hmm'

Alex melemparkan ponselnya dengan kesal, sekretarisnya sampai terkejut dengan lemparan ponsel yang cukup kuat. Ia menatap atasannya dengan takut. Sudah dipastikan, adiknya sedang membuat ulah sekarang. Hanya Alexa yang berani membuat Alex marah.

Alex memukul meja dengan keras, tangannya hampir mengeluarkan darah segar kalau ia memukulkannya sekali lagi dengan keras. Wajahnya benar-benar merah sekarang. Ia masih terbayang kata-kata Alexa yang mengatakan dirinya hamil dan ia akan segera menjadi seorang paman.

Ia masih belum menerima itu semua. Adik yang sangat ia sayangi dan ia jaga dengan setulus hati seperti anak sendiri malah berakhir dengan mengandung anak laki-laki yang tidak ia kenal. Ia tidak tahu apakah Alexa sedang mempermainkannya atau dunia sedang menghukum kesalahannya.

'Ma, Pa. Alex belum bisa menjadi kakak yang baik untuk Alexa. Sekarang ia telah mengandung anak pria asing'

Alex menangis di dalam hatinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa melihat raut wajah sedihnya sekarang. Wajah dingin dan tegas yang selalu ia tampilkan didepan karyawan nya langsung runtuh.

Tapi ia tidak mungkin menolak adik dan juga calon keponakannya. Apa pun yang terjadi mereka tetap memiliki hubungan darah dengannya. Kalau saja Alex menemukan laki-laki kurang ajar yang sudah berani menghamili adiknya, maka ia akan langsung menghajarnya sampai mati.

Sekarang beban dikepalanya bertambah berat, lebih berat dari pada tumpukan dokumen diatas meja kerjanya. Mengingat adiknya sendirian, apalagi setelah mengandung. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Tapi, ia yakin adiknya akan mampu untuk menjaga dirinya sendiri.

***

Xander berdiri diruangan kerja karyawannya. Sejak kedatangannya, aura mencencekam mulai menyelimuti suasana ruangan. Setiap karyawan merasakan perasaan yang tertekan karena terlalu diawasi dengan tajam.

"Apa yang kau lakukan dengan dokumen ini!? Lihat, masih banyak kesalahan yang telah kau lakukan. Apakah kau tidak bisa bekerja dengan benar!?" Xander menatap dengan amarah pada dokumen yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya.

"Maaf, Pak" ucap karyawan wanita dengan ketakutan. Ia bahkan tidak berani menatap matanya sekarang.

"Ini lagi, laporan keuangannya tidak sesuai dengan apa yang tertera pada data yang ada. Bagaimana caramu menangani ini semua!?" Xander membanting hasil laporan keuangan yang menurutnya salah.

"Tapi, itu sudah sesuai dengan data yang ada" ucap seorang pria yang bertanggung jawab terhadap hasil laporan itu.

"Kalau saya bilang salah, berarti salah. Kamu ini berani membantah saya ya, saya ini atasan kamu!" Xander menjawabnya dengan keras. Ia tidak bisa menerima dirinya dibantah dengan bawahannya.

"Maaf, Pak" dengan terpaksa ia harus mengakui kesalahannya. Padahal memang benar bahwa laporan yang ia buat sudah sesuai dengan data yang ada. Tapi ia tidak mengetahui, kenapa atasannya selalu mencari-cari kesalahan orang lain di perusahaan.

Tidak ada satu karyawan pun yang berani menatap mata Xander sekarang. Sejak kedatangannya, dirinya selalu mengawasi karyawan dengan amarahanya. Kesalahan sedikitpun menjadi kesalahan yang besar baginya.

"Aku tidak memperkerjakan mu untuk bermalas-malasan" ucap Alex dengan sengit. Ia menatap satu karyawan yang sedang duduk sambil minum kopi di mejanya.

"Maaf, Pak. Saya tidak akan berkerja dengan bermalas-malasan lagi" jawabnya dengan kepala menunduk.

"Kalau kalian semua tidak niat untuk bekerja, sebaiknya keluar dari perusahaan ini. Masih banyak karyawan lain yang ingin masuk!" Xander berkata dengan keras. Tidak ada satu orangpun yang tidak dapat mendengar perkataannya. Bahkan orang yang berada diluar pun dapat mendengarnya dengan jelas.

Selepas kepergiannya, para karyawan baru bisa bernafas dengan lega. Mereka seperti sedang menghadapi malaikat pencabut nyawa saat atasan mereka datang. Mereka merasa ada yang mencurigakan dari sikap Xander hari ini.

Biasanya Xander tidak terlalu mempermasalahkan hal yang sering terjadi, karena ia hanya akan menyuruhnya untuk merevisinya. Tapi tadi, ia benar-benar sangat marah seperti mereka telah melakukan kesalahan yang besar.

Para karyawan bernafas dengan gusar, sepertinya hari-hari tenang mereka akan menjadi menegangkan dengan sikap atasannya sendiri.

~Next

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status