Home / Fantasi / Kaisar Badai Petir Zera / Chapter 5. Iblis Formasi

Share

Chapter 5. Iblis Formasi

last update Last Updated: 2024-10-26 13:43:36

Mentari sudah mulai muncul. Bukit kesesatan telah bersih dari kabut kebingungan. Udara yang tadinya kotor, sekarang sudah bersih. Setelah bangun dari meditasi, Zera menghampiri Tifany yang masih terbaring.

"Bagaimana kondisimu sekarang?" Tanya Zera.

"Sudah mendingan daripada tadi malam." jawab Tifany. "Di mana penyihir yang menyelamatkan kita?" tambahnya.

"Dia di pintu goa, berjaga semalaman..." belum selesai Zera berkata, Isaac datang menghampirinya.

"Apa kalian sudah bangun? Kalau sudah, mari kita makan sambil bercerita." ajak Isaac sambil menyuguhkan daging panggang yang telah ia tangkap.

"Terima kasih, sangat tidak sopan kalau menolak ajakan orang yang telah menolong kami," sahut Tifany dan Zera.

Mereka bertiga pun makan bersama sambil bertukar cerita.

"Tuan, kalau boleh tahu ke mana tujuan, Tuan?" Zera pun mulai bertanya sambil melahap hidangan daging bakar yang ada di tangannya.

"Sebelum kujawab pertanyaanmu, mengapa kalian berdua bisa berakhir di bukit ini? Padahal bukit ini terdapat banyak penghalang dan formasi yang sangat mengerikan." Isaac bertanya kembali.

"Aku ingin pergi ke Pulau Terapung dan harus melewati bukit ini. Sedangkan dia ingin datang ke sini untuk mengambil mantelnya yang telah dicuri oleh si Ryu." Jawab Zera.

"Apa ini mantel punyamu?" Isaac mengeluarkan sebuah baju dari cincin penyimpanannya.

"Bagaimana bisa mantel keluarga kami di tanganmu?" Tifany langsung berdiri dan ingin memakai busurnya.

"Tenang duku nona muda. Biar aku jelaskan kenapa mantelmu ini ada padaku." Jawab Isaac.

"Ya,  dengarkan dulu jawabannya. Jika ia berniat jahat, maka sedari tadi malam kita tidak akan bisa hidup." Zera membujuknya.

"Baiklah tuan.  Jika begitu, bisakah tuan jelaskan, kenapa mantelku bisa berada di tanganmu?" Tegas Tifany.

"Apa kamu tahu, nama bukit ini?" Isaac kembali bertanya.

"Jangan banyak omong kosong lagi, langsung saja ke intinya," Tukas Tifany.

"Tapi sebelum itu, ambillah dulu mantelmu ini. Jika mantel ini sangat penting bagimu." Isaac menyerahkan mantel itu kepada Tifany tanpa mempedulikan tingkahnya itu.

Tifany pun mengambil  mantelnya itu sambil mengatakan, "Terima kasih." Isaac pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, bagaimana ceritanya mantel keluarga kami sampai di tanganmu, Tuan?" Kembali Tifany bertanya. Sementara itu Zera hanya mendengar saja.

"Sama dengan pertanyaanku tadi, apa kamu tahu nama bukit ini?" Isaac kembali bertanya.

"Sudah jelas nama bukit ini adalah bukit kesesatan,bukan?" Timpal Tifany.

"Tidak, nama bukit kesesatan itu, hanya baru-baru ini saja. Palingan sekitar 6 tahunan. Karena adanya kabut, lebih tepatnya karena adanya formasi kabut kebingungan, formasi iblis tingkat 6 yang membuat bukit ini menjadi suram." Jelas Isaac.

"Tidak hanya itu saja. Sebelumnya bukit ini sangat indah banyak memancarkan mana dan aura murni. Sehingga hewan buas yang mirip monster kita lihat sekarang ini, dulunya adalah hewan spritual yang menuntun para pendaki pengambil tumbuhan herba." Isaac menjelaskan lebih lanjut.

"Jadi, apa nama bukit ini dahulunya, dan siapa yang membuatnya berubah menjadi seperti sekarang ini? " Zera mulai bertanya, yang mana ia tadinya hanya pendengar.

"Nama bukit ini dahulunya adalah Bukit Kesaksian. Sebuah bukit yang mengeluarkan aroma semua kehidupan. Dan tempat mencari tanaman herba bagi para penduduk desa yang berada di kaki bukit. Dan sebagai salah satu mata pencaharian bagi penduduk setempat." Isaac  menjelaskan.

"Namun, kehidupan itu hanya bertahan sebentar. Setelah Enes dan 3 jenderalnya menyerang Kerajaan Maqdis. Dan menetapkan bukit ini menjadi medan perang. Jika bukan karena si Naga Emas dan Dewi Pedang Air, maka desa di balik bukit ini pun akan sama seperti desa desa di bawah kaki bukit ini. Dan berhasil memukul mundur mereka kembali. Namun, Kaijin si Iblis formasi menanamkan formasi bintang 6 sebelum mereka kembali ke kerajaannya. Dan menjatuhkan mantel sihir lautan ini tanpa sepengetahuannya." Isaac menambahkan penjelasannya.

Mendengar cerita Isaac, Zera pun teringat akan paman dan bibinya yang mana mereka pergi dari Gunung Dwargo 6 tahun lalu. Dan Tempest kembali menjemputnya kemudian membawa Zera pergi untuk mengambil Kotak Cahaya. Dan berpisah kembali di Hutan Kematian.

"Jadi, apakah Tuan yang memungutnya?" Tanya Zera.

"Ya, aku mengambilnya tidak lama ini. Karena aku tahu bahwa mantel ini bukan mantel biasa." Jawab Isaac.

"Anu.. Terima kasih banyak, Tuan. Maaf saya salah paham, dan bersikap lancang kepada Tuan." Tifany menundukkan kepalanya dengan perasaan malu dan bersalah.

"Tidak apa-apa, aku paham bagaimana perasaan dan reaksimu." Isaac kembali menenangkan suasana. "Dan tak usah memanggilku memakai kata Tuan, karena aku kurang nyaman dengan panggilan itu. Panggil saja aku kakak atau gimana gitu. Sebab umurku tidak berbeda jauh dari kalian, baru 20 tahunan."

"Baiklah kalau begitu, aku panggil Kak Isaac, bagaimana?" Tanya Tifany. Dan Zera pun cuma menganggukkan kepalanya dengan ucapan Tifany.

"Ok, boleh juga. Karena sekarang kabut sudah hilang dan formasinya rusak. Maka bukit ini sudah bisa kembali seperti semula, walaupun butuh beberapa waktu. Karena tujuan kita sama, ingin pergi ke Pulau Terapung, bagaimana kalau kita Barangan?" Ajak Isaac.

"Bagus juga, lagian kita mempunyai arah tujuan yang sama. Bagaimana denganmu Tifany? Karena tujuanmu untuk mencari mantel ini telah tercapai, apa kamu ingin kembali ke lautan atau ikut dengan kami ke Pulau Terapung? Tanya Zera?

"Aku akan ikut denganmu Zera, lagian aku sudah mempunyai tujuan yang baru." Jawab Tifany.

"Tapi sebelum itu istirahatlah dahulu, Pulihkan luka dan staminamu. Setelah tiga hari, baru kita berangkat." Isaac memberi masukan.

"Baiklah, kami di bawah pengawasanmu Kak Isaac." Mereka menjawab serentak.

Lalu mereka tinggal di Bukit Kesaksian selama tiga hari. Selama itu, Zera memulihkan stamina dan energinya. Di malam hari, ia bermeditasi, sedangkan di waktu pagi ia  pergi berburu hewan dan tanaman herba. Dan di siang hari ia berlatih tanding dengan Isaac. Begitulah kegiatannya selama tiga hari. Karena ia mengetahui bahwa ia masih lemah dan kurang pengalaman dalam menghadapi sihir dan menghancurkan formasi. Maka dari itu ia sering berlatih tanding dengan Isaac yang merupakan seorang penyihir bintang dan juga ahli dalam formasi sihir. Untuk melengkapi kekurangannya terhadap sihir dan formasi, ia pun mulai mempelajari sihir combat. Sebuah sihir yang bisa digunakan untuk pertarungan jarak dekat.

Jika pengguna aura mempelajari sihir yang merupakan jalur mana, maka hal ini bisa dikatakan langka. Kebetulan juga dengan metode aura yang dipelajari Zera, maka mempelajari sihir serta menggunakannya bukan hal yang mustahil. Sebab tak ada yang mustahil di dunia ini, karena sebuah kekurangan akan menjadi sebuah keistimewaan yang gemilang. Dengan mengetahui fakta ini, Isaac meluangkan waktunya untuk melatih Zera dalam penguatan sihir combat yang dilapisi dengan aura selama tiga hari. Selepas dari waktu itu, mereka pun memulai perjalanan untuk mencapai Pulau Terapung.¤

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 56. Demon Slayer

    Zhuan dan Vatsal pun pergi ke arah pintu keluar dunia kecil ini. Setelah mereka berdua pergi, kedua orang itupun langsung memeluk Zera. Zera pun merasa bingung dengan apa yang mereka berdua lakukan. "Kamu telah besar ya, nak." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. "Maaf, kamu siapa? Kenapa aku merasakan sesuatu yang dekat denganmu?" Tanya Zera. "Oh iya, kamu belum pernah melihat kami berdua. Tetapi kami selalu mengawasimu." Kata salah seorangnya lagi. "Namaku Azzumar Rahil, yang dulu terkenal dengan sebutan si Harimau Petir." Kata Azzumar sambil tersenyum ramah. "Dan, aku Louyi Grader, yang dulu disebut dengan Saintes Bintang." Kata Louyi sambil menangis terharu. Mendengar nama itu, Zera pun bingung antara senang dan sedih. "Jangan bercanda, ayah dan ibuku telah lama meninggal akibat melawan pasukan kegelapan." Kata Zera sambil menahan perasaannya. "Kami berdua memang telah lama mati. Ini adalah kehendak yang kami tinggalkan di kalung ruby yang kamu pakai itu, sebelum kami

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 55. Tombak 7 Lautan Bintang

    Pertempuran semakin mencekam antara pasukan kegelapan melawan tentara aliansi empat kerajaan. Dromid yang memimpin pasukan iblis di sayap kiri, ditahan Alwen yang melancarkan serangan dengan menyeruduk semua pasukan Dromid. Dromid pun menebaskan pedangnya dengan niat membunuh yang kuat. "Apa menurutmu aku tidak bisa mengalahkanmu, kehendak Gill?" Kata Dromid sambil menyerang dengan enam tangannya. "Iblis sialan, berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Aku adalah Alwen Sang Penguasa Tombak yang akan menghancurkanmu." Jawab Alwen sambil menggerakkan tombaknya menepis serangan Dromid. "Aku akui kamu mempunyai nyali yang kuat, bocah. Tapi itu saja tidak cukup, Teknik Iblis Asura, Enam Pedang Penghapus Cahaya." Dromid pun menebaskan enam senjatanya yang telah dialiri aura hitam pekat ke arah Alwen. "Tak usah kamu banyak bacot, aku akan melawanmu sampai hancur tak bersisa. Teknik Tombak, Tebasan Tujuh Tornado Lautan Mengamuk." Datanglah tujuh pusaran angin yang diikuti air membentuk

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 54. Kembalinya Kaisar Iblis

    Peperangan pun tertahan selama seminggu, karena kedua belah pihak telah kehilangan banyak pasukan. Dalam masa itu, Tempest membuka saluran komunikasi ke Istana Tashrif untuk memberi tahu mereka apa yang telah terjadi selama perang. Ia pun memberitahukan semuanya ke putra mahkota, dan bersiap untuk hal-hal yang tidak terduga nantinya. Tempest pun menyuruh semua menteri untuk langsung mengangkat putra mahkota menjadi raja Kerajaan Maqdis. Hal itupun langsung diterima oleh orang yang berada di istana. Besoknya pun diselenggarakanlah penobatan putra mahkota menjadi raja di depan semua penduduk yang telah dievakuasi ke ibukota. Maka dengan resmi diangkatlah Pijai Loza menjadi raja kerajaan ini. * Seminggu sudah berlalu dari gencatan senjata, keluarlah tiga jenderal iblis memimpin pasukannya untuk kembali menyerang pasukan Tempest. Pasukan yang mereka bawa kali ini sangatlah kuat dan mendominasi. Namun, begitu juga dengan pasukan yang berada di pihak Tempest, kali ini Bruq dan dua rekann

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 53. Enam Jendral Iblis

    Enes dan Ryu pun ikut serta bersama para iblis dalam melancarkan serangannya untuk menghantam Isaac dan Alwen. Ryu yang telah kembali ke bentuk naganya, mendaratkan serangan yang kuat di arahkan ke Tempest dan Azzura. "Hantaman Cakar Naga Hitam Mengamuk." Naga Hitam Ryu pun memberikan pukulan kepada Tempest dan Azzura yang sedang berada dalam barier untuk memulihkan energi mana dan auranya. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi," Alwen pun berlari ke arah mereka. Namun, para iblis menahannya. "Pelindung Kehidupan Ilahi," terbukalah sebuah energi memperkuat barier penghalang dari Tempest. "Ini,,, energi ini sangat murni dan kuat. Apakah Lucia juga datang untuk memberikan bantuan?" Tanya Azzura. "Panah Api Kehendak Phoenix," meluncurlah serangan anak panah yang dibalut mana api yang sangat kuat mengenai sayap kiri Ryu. Kemudian, membakar sebagian kecil dari sayap itu. "Urgh, serangan yang menyakitkan." Kata Ryu sambil mundur ke belakang. Adapun serangan panah itu, juga memberikan dam

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 52. Portal Iblis

    Dalam ruang bawah tanah, Rukame telah menarik barier penghalangnya. Karena, semua pewaris kehendak sudah selesai mengultivasi teknik mereka. "Aku rasa, sudah waktunya bagi kalian untuk tampil di panggung sebenarnya. Karena para prajurit kerajaan sudah habis dilumat kegelapan di medan perang. Begitu juga dengan rajanya." Kata Rukame. "Apakah sesuatu telah terjadi ketika kami berkultivasi, senior?" Tanya Bruq. "Benar, peperangan telah terjadi antara Gaffar melawan 4 kerajaan. Sudah lebih satu minggu perang itu terjadi. Kerajaan yang beraliansi dengan Maqdis telah melarikan diri dari peperangan. Sehingga seluruh pasukan kerajaan telah musnah, begitu juga dengan raja dan jenderalnya." Rukame menjelaskan. "Isaac dan Alwen telah berangkat dari tadi untuk mencegah mereka terlalu jauh." Sambungnya. "Kalau begitu, kami akan ikut melawan pasukan Enes," kata Bruq. "Memang harus demikian, jika kerajaan ini jatuh, maka Benua Cengal akan dikuasai oleh kegelapan. Maka dari itu, tolong selamatka

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 51. Serangan Jiwa

    Dalam perang yang tidak seimbang itu, Tempest dan Azzura beserta pasukan kerajaan yang tersisa, sudah merasa putus asa. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pasukan kegelapan mengalahkan jumlah dari pasukan kerajaan yang tersisa. Dan ditambah dengan pasukan aliansi kerajaan melarikan diri dari medan perang. Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, ketika Enes ingin memberikan serangan jangkauan luas yang ditargetkan kepada Tempest, datanglah sebuah serangan yang menepis serangan dari Enes, dan memberikan gravitasi yang kuat. Sehingga membuatnya terjatuh, begitu juga dengan naga hitam yang ditungganginya. * "Apa kamu tidak apa-apa, Pak Tua?" Tanya orang itu sambil membantunya berdiri. "Urgh, kamu siapa, nak?" Tanya Tempest sambil memegang tangannya. "Sihirmu sangat mirip dengan profesor Rukam." Sambungnya. "Maksud anda leluhurku, Pak Tua? Namaku Isaac Radian, seorang penyihir bintang." Jawab Isaac dengan singkat, karena akan ada serangan yang datang kepada mereka. "Nanti kita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status