Home / Fantasi / Kaisar Badai Petir Zera / Chapter 4. Penyihir Bintang Terakhir

Share

Chapter 4. Penyihir Bintang Terakhir

last update Last Updated: 2024-10-26 13:42:28

Kabut semakin tebal menutupi jalan di kaki bukit. Sehingga siang seolah menjadi malam. Formasi kabut kebingungan yang disusun Kaijin menjadi semakin kuat dan pekat. Dalam keadaan situasi itu terdengar suara bergema.

"Hihahaha... Hihahaha...  Ada dua kelinci yang berani memasuki formasiku tanpa rasa takut kiranya,"

"Hei, siapa kamu? Jangan bersembunyi seperti pengecut. Keluar kau...! " Ucap Tifany dengan rasa takut.

Melihat tingkah Tifany seperti itu, Zera pun merasa kagum. "Walau dia merasa takut, tapi masih berani menantang sesuatu di luar kemampuannya." Gumam Zera.

"Hihahaha... Berani juga kau. Kalau begitu, akan kubuat dirimu tak bisa keluar dari formasiku ini," suara itu pun semakin bergema kemudian hilang perlahan. Dan kabut pun semakin tebal sehingga membuat mereka bingung dalam ilusi kabut.

**

Dalam ilusi kabut.

"Hei nak, kamu sudah besar. Apakah kamu sekuat ayahmu, yang pernah melukai dan memukul mundurku?" Sapa seseorang yang keluar dari dalam kabut.

"Siapa kamu? Mengapa kamu tahu dengan orangtuaku?" Zera pun bertanya kembali.

"Apakah Tempest dan Azzura tidak memberi tahumu? Akulah yang membunuh mereka berdua. Geehaha... Gehaha." Ucapan orang itu membuat Zera marah.

"Apakah kau Enes? Raja Kegelapan yang kejam? Apa kau yang membuat desa dan gunung menjadi gelap dan suram seperti ini?" Ungkap Zera.

"Tidak, bukan aku. Melainkan para bawahanku. Bergabunglah denganku wahai Anaknya Azzumar! Jadilah jenderal utamaku, akan kuperlakukan kamu dengan baik." Rayu Enes.

"Hentikan omong kosongmu," Zera bersiap untuk melakukan serangan. Dan keduanya bertarung sangat sengit dalam ilusi yang telah dibuat oleh Kaijin.

Sementara itu Tifany, sudah tergeletak dalam ilusi kabut yang telah merasukinya.

*

Dalam ilusi Tifany, ia bertemu dengan kedua orangtuanya yang dipenggal oleh Ryu.

"Nak, apa kamu ingin balas dendam kepadaku?" Ryu berpaling ke arah Tifany dengan mata yang akan memangsa.

"Tak akan kubiarkan rasa sakit ini sia-sia." Tifany menembakkan anak panahnya kepada Ryu.

Kedua pemuda tadi pun sudah mabuk masuk dalam ilusi yang dibuat oleh Kaijin. Sang Jenderal ahli formasi kegelapan. Sedangkan tubuh mereka dikenyataan hanya berdiri tanpa bergeming sedikit pun. Kabut bukit semakin tebal dan kelam. Hewan buas pun akan datang dengan gerombolan. Dalam diamnya mereka dikenyataan, lewatlah seorang yang sedang menyusuri jalan bukit kesesatan untuk pergi ke Pulau Terapung.

"Jangan terpengaruh dengan ilusi itu wahai  teman muda, jika kau terlalu dalam, maka tak ada jalan untukmu keluar dari ilusi itu." Orang itu memberikan nasihatnya.

Namun, sayang sekali mereka tidak bisa mendengarkan kata orang itu.

"Apakah ucapanku tidak sampai kepadanya?" Orang itu pun mendekati mereka berdua sembari menggendongnya ke atas tunggangannya dan melanjutkan perjalanannya.

Tak lama setelah itu, ia berhenti di dekat goa yang menjorok di samping tebing yang tinggi. Dan memasuki goa itu. Setelah tiba, dia menurunkan Zera dan Tifany dari tunggangannya.

"Bagaimana caraku membangunkan mereka berdua dari ilusi kabut kebingungan?" Orang itu pun, berpikir sambil mengingat kata-kata dari gurunya.

Tak lama setelah mengingat ingatan lama, ia mengukir formasi sihir di tanah. Dan bersiap membaca mantra rune bintang.

"Irama bintang bukanlah bintang, lantunan tubuh bercahaya bintang, akulah penguasa para bintang. Hancurkan kedengkian yang merasuki cahaya bintang. Pada saat semuanya disinari cahaya bintang mengubur rasa sakit kehilangan. Ahasveros."

Setelah ia mengucapkan mantra bintang, dihentakkan tongkatnya ke tanah. Sehingga keluarlah cahaya putih menjulang ke langit mengait bintang-bintang. Dan cahaya dari bintang itu menembak ke dada mereka berdua. Dengan seketika, mereka sadar dari ilusi kabut kebingungan.

"Huk... Huk.. Di mana aku? " Tanya Zera dengan kebingungan.

"Kau berada dalam goa, teman muda. Dan sekarang sudah aman." Jawab orang itu.

"Namaku Zera Dwargo,  terima kasih telah menyelamatkan kami. Kalau boleh tahu, siapa nama dermawan penyelamat kami ini?"

"Namaku Isaac Radian dari keluarga Radian yang telah runtuh." Jawabnya.

"Berarti kamu seorang Penyihir Bintang kah?" Zera bertanya.

"Iya, aku penyihir bintang terakhir dari keluarga Radian." Tungkasnya. "Mari kita istirahat dulu untuk malam ini, dan memulihkan energi. Besok kita berbincang lebih jauh." Sambung Isaac memberitahu mereka.

Sebab Isaac sadar bahwa terperangkap dalam ilusi itu banyak mengambil energi mereka. Makanya ia memberikan usul untuk istirahat. Dan mereka pun menerima usulan dari Isaac.

Mendengar perkataan Isaac, Tifany langsung istirahat untuk memulihkan mananya. Dan Zera mengambil pojokan dari gua, untuk memulihkan pula energinya. Namun tidak dengan cara tidur. Tetapi dengan cara duduk bersila seperti Bunga Lotus. Dan mengumpulkan energi alam untuk ia serap. Melihat mereka yang telah masuk ke dalam istirahat, Isaac pun keluar dari gua untuk menjaga mereka.

Dalam pemulihan stamina dan energi, terdapat dua cara. Pertama, tidur seperti tidur orang biasa, dan kedua masuk dalam bentuk meditasi. Kedua cara itu efisien. Tetapi, tidur seperti tidur orang biasa hanya memulihkan stamina dan energi seperti sedia kala dan tidak ada penambahan energinya. Sedangkan dalam bentuk meditasi, energi dan stamina tidak hanya pulih, tetapi menambah wawasan dan pencerahan serta menjernihkan pikiran yang negatif.

Ada tingkatan yang harus dicapai oleh pengguna aura dan mana. Dalam aura, metode pelatihan akan sangat penting. Sebab aura akan mengikuti gaya berpedang seorang warior. Dan sangat diutamakan dalam pertempuran. Dalam aura terdapat bintang 1 hingga 10 dalam sebutannya. Semakin tinggi bintangnya, maka semakin kuat pula aura yang dimiliki seorang warior.

Begitu pula dengan penyihir maka harus menggunakan mana serta lingkaran cincin mana di jantungnya. Semakin banyak lingkaran cincin mana, maka semakin kuat pula penyihir itu. Lingkaran paling tinggi adalah 10 lingkaran. Namun penyihir yang telah mencapai 10 lingkaran itu, sekarang tinggal legenda.

Dalam hal ini Zera menggunakan prinsip metode latihan aura ayahnya yang telah dititipkannya kepada Tempest. Yaitu menggabungkan aura dan mana sekaligus.

Metode pelatihannya agak sedikit berbeda dengan metode yang lain.

Namun, bagaimana pun,  metode pelatihan aura yang ditinggalkan ayahnya mempunyai jejak ukiran yang unik di tubuh penggunanya. Yaitu dengan pernapasan dan menyelaraskan antara tiga dantian (wadah). Dantian atas yaitu otak, dantian tengah yaitu dada dan dantian bawah yaitu perut. Dengan menghirup nafas perlahan dan alirkan pernapasan pertama itu ke dantian tengah, lalu laju ke dantian bawah. Dan pernapasan kedua dari dantian tengah naik ke dantian atas. Sehingga pencerahan akan tercapai. Adapun dantian tengah menjadi pusat seluruh aura, karena meliputi dua organ tubuh yang paling penting yaitu hati dan jantung. Setiap kali Zera bermeditasi maka akan nampak ukiran yang unik di tubuhnya sehingga akan terlihat seperti lukisan semua alam memasuki tubuhnya.

Sebagaimana manusia bisa merasakan perasaan begitu juga dengan energi alam. Karena energi alam itu bersuara, tetapi jarang sekali orang mendengar apalagi merasakannya. ¤

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 65. Harga Dari Kemenangan Tamat

    Di atas phoenix yang terbang dengan santai, Zera melihat semua pemandangan yang berada di bawah. Nampaklah semuanya telah hancur yang diakibatkan oleh peperangan yang berkepanjangan antara iblis dan semua ras yang berada di benua ini. Hingga akhirnya perang itupun telah usai, yang dimenangkan oleh mereka yang berusaha untuk menjaga keseimbangan. Adapun peperangan ini, walaupun dimenangkan oleh mereka yang menjaga keseimbangan, namun juga menjadi kerugian tersendiri bagi semua ras. Karena telah banyak memakan korban dari pihak yang menang. Bukit kesaksian telah hancur, begitu juga dengan Desa Kutau dan Kota Panja. Bahkan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 50 juta jiwa. Raja dan dua jenderal kerajaan Maqdis pun menjadi korban dari perang ini. Sehingga raja baru pun langsung dinobatkan dalam perang yang sedang berlangsung. Adapun dari tiga kerajaan yang lain, semua jenderalnya telah mati pula dalam perang ini. Sedangkan dari pihak Elves pun tidak luput dari korban perang ini. K

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 64. Danau Pemurnian

    Enes merasa bingung dengan apa yang terjadi. Dan dia hanya bisa mengingat hal-hal yang lama. Vrey telah selesai mengobati Enes dan Ryu. Ketika dalam kebingungan itu, terjadi kembali getaran yang kuat dari tanah. Enes merasakan dua energi yang sedang bertarung dari jauh. Enes berusaha untuk berdiri dan mencari sumber dari energi yang ia rasakan. "Jangan buat gerakan yang sia-sia, Enes. Jika tidak pedangku akan memutuskan kepalamu." Kata Azzura sambil meletakkan pedang di leher Enes. "Bocah, kamu hanya perlu diam di sini." Kata Vatsal sambil membuat kurungan barier kepada Enes dan mengunci gerakannya dengan sihir naga. Terpaksa Enes pun harus diam dan duduk sambil merasakan pertarungan dari dua energi dahsyat, yang selama ini belum pernah ia rasakan. * Di Hutan Kematian Gunung Cimuri. Zera dan Razor bertarung dengan semua yang mereka miliki. Pergerakan laju pertempuran menjadi semakin mencekam. Tampaklah Zera, telah terluka dan berdarah, begitu juga keadaan yang telah diterima

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 63. Pertarungan Penentuan

    Zera berusaha menghindari serangan Razor yang berat itu. Ia pun berusaha menyerang balik. Namun, serangannya tidak memberikan efek yang kuat bagi lawannya. "Apa hanya segini kekuatanmu? Sungguh mengecewakan." Kata Razor sambil berdecak. "Lanjutkan saja seranganmu itu. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku." Balas Zera. "Siapa yang mengkhawatirkan dirimu." Kata Razor sambil melakukan serangan. "Lingkaran Cincin Pedang Iblis Kegelapan." Terbentuklah lingkaran hitam pekat yang berisi ratusan pedang mengarah dengan sangat cepat kepada Zera. "Pedang Tak Berperasaan Tujuh Matahari." Zera pun menangkis serangan yang berisi ratusan pedang yang mengarah kepadanya. Ketika serangan itu beradu, bergoncanglah tanah, dan nampak terbelah langit serta mengeluarkan energi kejut yang besar. Sehingga tempat bentrokan itu berubah menjadi lubang besar, karena kedua serangan itu. "Langkah Angin," Zera pun melesat melaju untuk menebas Razor. "Teknik Pedang Ganda, Tebasan Badai Taring Petir." Ia pun membe

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 62. Kaisar Iblis Sesungguhnya

    Zera dan Enes masih berdiri tegak dan saling bertarung habis-habisan. Mereka saling merasakan dan mencoba memahami diri lawannya dari beradu tinju dan pedang. Sementara itu, teman-teman Zera masih melawan para iblis yang berada di bawah komando Enes. "Melihatmu yang mahir menggunakan pedang, maka akan tidak sopan jika aku tidak melakukan hal yang sama." Kata Enes sambil mengeluarkan Blackmoon dari ruang penyimpanannya. "Kesopanan itu hanya milik mereka yang tidak menjual jiwanya untuk sebuah kekuatan." Timpal Zera sambil menguatkan pegangannya pada Levin. "Perkataanmu masih sama saja dengan pertama. Kamu harus bersyukur karena aku menggunakan pedang ini untuk membunuhmu. Karena sudah lama sekali aku tidak memakainya." Kata Enes sambil memperlihatkan Blackmoon kepada Zera. "Dulu ayahmu juga sering beradu pedang denganku. Dia biasanya memakai pedang ganda yang bermana Bluelight dan Windlight. Tapi, kematian terlalu cepat menghampirinya." Kata Enes sambil memasang muka yang mengejek.

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 61. Bentrokan Dua Kaisar

    Serangan mereka berdua saling beradu, sehingga membuat langit seolah-olah terbelah dua disebabkan bentrokan kekuatan mereka. Zera menghadapi Enes dengan kekuatan yang sepadan dengannya. Zera sama sekali tidak takut tentang apa yang terjadi di depannya. Dia sudah siap secara mental maupun kekuatan melawan Enes Sang Kaisar Iblis Kegelapan. Begitu juga dengan Enes, ia sudah siap bertarung habis-habisan untuk melenyapkan halangan yang berdiri di depannya. Entah apa yang terjadi dengan mereka berdua, setelah serangan pertama yang mereka lancarkan, mereka berdua diam sejenak tanpa bergerak sedikit pun. Seperti merasakan dan menghayati serangan pertama tadi. Setelah beberapa saat mereka pun memulai pertarungan kembali. Bentrokan serangan mereka membuat langit menggelegar, dan petir pun saling menyambar. "Aku akui kamu cukup hebat, bocah. Tetapi, itu saja tidak akan bisa mengalahkanku." Kata Enes. "Sama halnya denganmu, seranganmu itu hanya membuat gatal." Jawab Zera sambil mengorek kuping

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 60. Bertemunya Dua Kaisar 2

    Enes begitu terkejut sampai tidak sadar bahwa serangannya ditepis dengan mudahnya. "Siapa kamu!? Beraninya menghalangiku." Tanya Enes. "Bukankah kita telah pernah bertemu, Bulan Gelap?" Jawab Zera dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan itupun membuat Enes semakin penasaran. "Hanya beberapa orang yang mengetahui julukanku yang dulu." Kata Enes sambil mengingat semua hal yang telah pernah dia lalui. "Tidak perlu kamu mengingat hal yang sudah lama dilupakan. Karena hal itu tidak akan menjadi kebaikan bagimu, begitu juga denganku. Pertanyaanku sekarang, maukah kamu kembali seperti dulu lagi, Enes?" Tanya Zera. "Kembali seperti dulu? Omong kosong apa yang kamu katakan. Kembali seperti dulu? Sungguh arogan, seperti kamu tahu tentangku. Jawab pertanyaanku, siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu mengetahui julukanku? Jika tidak kamu jawab, maka kematianlah yang akan kamu dapati." Kata Enes dengan sangat marah. "Baik aku jawab ataupun tidak, kamu berencana akan membunuh semua orang yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status