Satu minggu kemudian Satria sudah diijinkan pulang tetapi masih harus bed rest selama satu bulan.Regan semakin hari kesehatan semakin menurun, sebelum menyadari itu ia meminta Dara, untuk mengantarkan pada wanita-wanita yang disakitinya pertama ia mendatangi ibunya Hugo seorang wanita yang ia kagumi. Namun justru menikah dengan sahabatnya. Lalu ia pergi ke rumah penampungan wanita korban pelecehan dirinya. Matanya sembab, inikah jejak kenakalan, ia benar-benar merasa menyesal, bahkan andai mereka tidak memaafkannya dia akan ikhlas.Setelah meminta maaf kepada keempat wanita yang ada di sana ia pun pulang ke rumah di antar oleh Dara."Dara, Daddy, mau menitipkan sesuatu padamu dan tolong berikan pada Yuda setelah Daddy tidak ada," ucap Regan sambil meminta Dara mendorong kursi rodanya ke ruangan kerjanya.Ia membuka laci lalu mengambil surat dan diberikan pada Dara, "Berikan itu pada Yuda saat aku sudah tidak ada lagi dan sampaikan maafku padanya," pintanya sambil tersenyum."Dad,
Setelah beberapa saat pemakaman sudah sepi, tinggal Yuda dan Dara berdiri di pusara itu, Dara, menghampiri Yuda. "Daddy memberikanmu Amplop besar dan surat ini padamu. Aku hanya boleh memberikan saat dia sudah tiada," ucap Dara dan Yuda mengangguk."Maafkan Dia adikku," ucap Dara lalu pergi meninggalkan pria itu. Setelah Kepergian Dara, Yuda membuka Surat hanya dua baris kalimat kalimat yang terdapat didalamnya [Ibumu adalah wanita yang ada di hatiku tetapi aku tidak pernah ada di hatinya. Maaf telah membuatmu ada Dunia, your Dadd]Yuda menghembuskan napasnya. Ia membuka amplop besar ternyata berisi sebuah sertifikat atas nama dirinya sebuah rumah sakit besar yang di bangun di sebuah desa di mana Naila tinggal dalam persembunyiannya duluh.Dia menatap pusara itu. "Aku tak menginginkan semua ini, Dadd. Aku hanya mendambakan hidup dengan keluarga utuh yang diawali dengan benar.Seseorang menepuk punggungnya dari belakang, ia menoleh. "Mas Hugo, Bu!"Pria yang memeluk wanita paruh baya
Naila terkejut saat tiba di rumahnya. Banyak sekali orang berdatangan dan ada mobil ambulan yang baru saja keluar dari pintu gerbang serta ada bendera warna kuning di depan rumahnya.Hatinya berdegup kencang. 'Apa yang terjadi sebenarnya,' pikirnya. Ia berjalan pelan masuk ke dalam rumah dengan menggeret kopernya. Beberapa mata menatap iba kepadanya.Naila terpaku melihat dua jenazah yang terbungkus kain kafan dan siap disholatkan. Air mata menetes, tungkai kakinya terasa lemas seperti tidak bertulang. Seorang gadis berlari memeluknya. Dia adalah Jelita sahabat Naila yang telah lama tidak bertemu.Naila menyibakkan tubuh gadis itu, berjalan dengan gontai menghampiri jenazah kedua orang tuanya ingin melihat wajah dari kedua orang tuanya untuk terakhir kalinya. Namun, tidak diperbolehkan. Gadis itu sedih dan terduduk lemas tidak berdaya, sudah bisa di bayangkan bagaimana bentuk jenazah mereka hingga tidak boleh di buka sama sekali.Naila menoleh pada sahabatnya, meminta penjelasan. Sang
Bayu benar-benar sangat terkejut sebab ternyata sahabat adiknya itu adalah mantan kekasih yang telah meninggalkannya lima tahun yang lalu.Naila pun sama terkejutnya ia bergumam lirih. "Mas Bay!"Gadis itu mematung matanya terbelalak lebar bagai melihat hantu, jantungnya berdetak kencang, lelaki itu berjalan dengan langkah lebar menghampirinya."Tidak usah mempertahankan rumah ini jika keselamatanmu yang menjadi taruhannya!" ucapnya sambil meraih dan menarik tangan gadis itu melangkah pergi keluar dari rumah itu. Kemudian, ia menoleh pada segerombolan pria sangar itu."Katakan pada Bosmu, gadis ini tidak memerlukan rumah ini, silakan saja ambil!"Sementara itu jelita berjalan dibelakang mereka dengan membawa koper Naila yang baru diambilnya dari dalam rumah.Bayu membuka pintu mobil dan mendorong gadis itu dengan pelan kedalam. Ia pun duduk di belakang kemudi lalu menoleh keluar. "Ayo cepat masuk!" perintahnya pada Jelita yang masih di luar setelah menyimpan koper Naila di bagasi."A
Bayu mengetuk pintu semakin keras dan memanggil gadis itu berulang kali. Namun, tidak ada sautan. Akhirnya ia mendobrak pintu itu, satu kali, dua kali belum terbuka hingga ketiga kalinya pintu pun terbuka lebar, Naila tergeletak di lantai dengan pergelangan tangan bersimbah darah sebab Naila mencoba menyayat nadinya."Naila!" teriak BayuPria itu berlari kedalam kamarnya, untuk mengambil kotak obat. Pria yang pernah kuliah di kedokteran itu mulai melakukan pertolongan pada gadis itu. Setelah selesai, ia baringkan Naila di ranjangnya.Bayu duduk di bibir ranjang Naila sambil menatap wajah gadis itu yang pucat. "Kenapa kau lakukan ini, Nai? Apa kau tidak percaya bahwa aku bisa melindungimu?" gumamnya lirih."Papa, mama, Nai kangen. Tolong bawa aku bersamamu." Naila mengigau.Bayu menghela napas dan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa dia merebahkan tubuhnya di sana. Ia sengaja tidur di kamar Naila karena ia tidak ingin terjadi apa-apa lagi pada gadis itu.Malam semakin la
Naila terkejut dengan apa yang di lakukan Bayu ia takut sekali kalau pria itu melakukan hal yang tidak seharusnya pada dirinya."Mas, jangan lakukan itu, tolong jangan lakukan itu!" pintanya sambil memundurkan tubuhnya kebelakang."Seharusnya sejak dulu aku melakukannya, Nai, agar kau tetap berada di sisiku," katanya sambil melepaskan kemejanya dan mulai melepas ikat pinggangnya.Naila panik ia tidak ingin Bayu melakukannya dalam keadaan marah, sambil menyeka air matanya ia berteriak, "Tunggu, Mas Bay!"Bayu menghentikan aksinya, ia menunggu gadis itu berbicara bagaimanapun ia tidak mau menyentuh gadis tanpa ikatan pernikahan.Naila menenangkan dirinya. Setelah, jantungnya dibuat hampir lepas oleh pria itu."Baik! Kita akan menikah, dengan satu sarat, rahasiakan kalau kita sudah menikah, dan orang yang terlibat di dalamnya harus bisa menjaga rahasia itu dan Jelita tidak boleh tahu sampai kapan pun!" jelas Naila bernegosiasi.Bayu menatap sendu wanita yang berurai air mata itu. "Kau ti
Bayu terkejut ia termangu sesat, mobil di depan terdorong maju hingga beberapa meter dan Bumper belakang mengalami kerusakan begitu pula bumper depan mobilnya. Ia segera keluar dan menghampiri pemilik mobil itu."Maaf, Pak. Mari kita lihat apa yang rusak dari mobil Bapak, mohon maaf saya tadi buru-buru," ucap BayuBayu bernegosiasi sebentar dengan pemilik mobil itu lalu ia kembali melajukan mobilnya dengan sangat kencang, hingga hanya beberapa menit saja sampai di rumahnya.Bayu berjalan menuju kamarnya yang terlihat kosong dan hanya ada secarik kertas yang berada dia atas bantal lalu ia membaca serta meremasnya dengan sangat kuat. Dia tidak menyangka wanita yang begitu ia cintai meninggalkannya lagi. Setelah, menorehkan lukisan indah di hatinya, yang mungkin tidak akan pernah luntur sampai kapan pun.Pria itu luruh dan terduduk serta memukulkan tangannya ke lantai berulang kali. Jelita yang dari tadi berdiri hanya bisa terpaku melihat kepanikan dan kegusaran kakaknya, langsung menang
Naila terkejut saat tiba-tiba saja gelas air minum yang di pegangnya meluncur jatuh dan pecah berserakan di lantai dan saat ia memunguti pecahan kacanya ia tertusuk dan berdarah."Auw," teriaknya saat jemarinya terluka.Bik Darmi tergopoh-gopoh menghampiri majikannya itu. "Ada apa Nona?"Ia melebarkan matanya saat melihat tangan sang majikan berdarah dan pecahan kaca berserakan tidak jauh dari kaki majikannya."Nona, kemari lewat sini biar saya obati dan setelah itu saya bersihkan lantainya," kata bik Darmi."Maaf entah kenapa tangan saya itu licin dan hati saya juga merasa tidak enak, sebenarnya saya sudah menikah, Bik, tetapi karena saya takut suami saya terkena imbas dari masalah saya jadi saya pergi dari rumah meninggalkan suami saya, sebab lelaki itu selalu menteror saya setiap hari," jelas Naila."Ya, Allah, Nona. Maaf bukannya saya kurang ajar, tetapi sebaiknya ini dibicarakan dulu sama suami Nona, tetapi kalau itu keputusan Nona, saya dan suami saya akan berusaha menjaga Nona,