Home / Fantasi / Kakak iparku yang terlalu sempurna / Bab 103 – Doa di Balik Senja

Share

Bab 103 – Doa di Balik Senja

Author: Diky
last update Last Updated: 2025-09-04 09:20:00

Senja menurunkan cahaya keemasan di desa kecil itu. Padi yang mulai menguning bergoyang ditiup angin sore, menciptakan suara lirih yang menenangkan. Burung-burung pipit beterbangan mencari tempat bertengger, sementara langit mulai beralih dari jingga ke merah lembut.

Di tepi sawah, Rani duduk termenung. Tangannya menggenggam erat sebuah syal tenunan ibunya yang dulu ia berikan pada Bima sebelum berangkat. Meski syal itu sudah usang, warnanya pudar, namun di matanya benda itu menjadi pengingat sekaligus pengikat. Setiap kali ia memegangnya, seolah hatinya kembali terhubung dengan lelaki yang kini entah sedang berjuang di mana.

Sudah berbulan-bulan tidak ada kabar resmi dari medan perang. Hanya sesekali para kurir kerajaan datang membawa berita singkat: kemenangan kecil, kekalahan yang menyakitkan, atau sekadar pesan singkat bahwa pertempuran belum usai. Tidak ada satu pun kabar khusus tentang Bima.

“Rani…” suara lembut it
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 115 - Bisikan dari jarak jauh

    Malam itu, udara di kampung begitu hening. Rumah-rumah sudah tertutup rapat, hanya suara jangkrik dan sesekali gonggongan anjing yang terdengar. Di biliknya yang sederhana, Rani duduk di atas sajadah. Matanya sembab, namun tidak kunjung berhenti menengadah dan memanjatkan doa.Ia merasa ada sesuatu yang aneh. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, seolah tubuhnya ikut merasakan ancaman yang sedang dihadapi Bima di tempat yang jauh.“Ya Allah… apa yang terjadi padanya sekarang? Kenapa hatiku gelisah sekali malam ini?” bisiknya lirih.Ia menutup mata, mencoba menenangkan diri. Namun tiba-tiba telinganya berdengung, seperti ada suara samar memanggil dari kejauhan. Suara itu tidak jelas, tapi ia yakin itu suara Bima.“Rani…”Rani terperanjat. Ia membuka matanya, menoleh ke kanan dan kiri, namun tentu tidak ada siapa-siapa. Ruangan itu tetap sepi, hanya lampu minyak yang berkelip pelan.“Bima?” bisiknya penuh ragu.Ta

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 114 - Bayangan yang mengintai di hutan

    Angin malam berembus dingin menusuk tulang, membuat nyala api unggun kecil di tengah perkemahan sesekali bergoyang. Bima duduk termenung dengan mata yang berat, tapi pikirannya jauh dari kata tenang. Masih terngiang jelas pertemuannya dengan Rani di alam bawah sadar—terlalu nyata untuk disebut mimpi.Ia memandangi telapak tangannya sendiri, masih bisa merasakan hangatnya genggaman Rani. Senyum tipis sempat terukir di bibirnya, tapi seketika itu juga sirna saat suara ranting patah terdengar dari balik kegelapan.“Bima, kau dengar itu?” bisik salah satu temannya, Arif, dengan wajah tegang.Bima menoleh cepat. Ia mengangguk. “Ya. Seperti langkah kaki… tapi terlalu berat untuk binatang biasa.”Mereka berempat—Bima, Arif, Danu, dan Joko—langsung siaga. Api unggun dipelankan dengan menimbun sebagian kayu bakar agar cahaya tidak terlalu terang. Suasana berubah mencekam, hanya suara dedaunan yang berdesir dan desiran napas mereka yang terdengar jelas.

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 113 - Pertemuan di Antara Dua Dunia

    Rani akhirnya tertidur menjelang dini hari. Bukan tidur yang tenang, melainkan tidur penuh resah setelah semalaman berjaga dengan Al-Qur’an dalam pelukan. Ia merasa tubuhnya begitu lelah, tapi pikirannya tetap berputar. Setiap kali mata terpejam, wajah Bima hadir. Ia tidak tahu apakah itu mimpi, ataukah kenyataan lain yang sedang terbuka untuknya.Ketika kesadarannya mulai mengambang, ia mendapati dirinya berdiri di suatu tempat asing. Di sekelilingnya hanya ada kabut putih yang pekat, menutupi pandangan hingga beberapa langkah ke depan. Udara dingin menusuk tulang, sunyi, tapi juga penuh gema samar, seolah banyak suara bergema sekaligus tanpa bisa dimengerti.Rani melangkah perlahan, mencoba mencari arah. “Halo? Ada orang di sini?” suaranya menggema panjang.Tak ada jawaban. Hanya suara detak jantungnya sendiri yang terasa terlalu keras.Namun tiba-tiba, dari balik kabut, terdengar suara langkah kaki mendekat. Pelan, berat, namun teratur. Rani me

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 112 - Ikatan tak terlihat

    Malam itu, Rani masih duduk di ruang kecil rumah kayu peninggalan orang tuanya. Lampu minyak di depannya nyaris habis, sumbu mulai menghitam, cahayanya berkelip-kelip seperti lilin yang sekarat. Di luar, suara angin menderu melewati sela-sela bambu, menghasilkan bunyi panjang yang menyeramkan.Ia belum beranjak tidur. Dari tadi, dadanya berdebar tak karuan. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, ada perasaan aneh yang membuatnya gelisah. Seolah-olah ada sesuatu yang sedang mengintai, menunggu waktu untuk muncul.Tiba-tiba, dari kejauhan terdengar suara lolongan panjang. Bukan lolongan anjing biasa, melainkan suara berat dan nyaring, membuat bulu kuduk Rani berdiri seketika. Ia menutup mulut dengan tangan, menahan teriakan.“Ya Allah…” bisiknya pelan.Lolongan itu menggema, lalu disusul suara ranting patah dari arah pekarangan. Rani memberanikan diri menoleh ke jendela. Gelap pekat menyambutnya, hanya terlihat bayangan pohon pisang yang bergoyang

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 111 - Bayangan di perkemahan

    Api unggun yang semula menyala terang mulai meredup, hanya menyisakan bara merah yang sesekali menyemburkan percikan kecil. Malam semakin larut, dan hutan tempat rombongan Bima berkemah perlahan menampakkan sisi kelamnya. Suara jangkrik yang biasanya menjadi teman malam menghilang, digantikan oleh hening yang justru membuat telinga terasa berdengung.Bima duduk sedikit menjauh dari tenda, menatap ke arah hutan yang gelap. Dari kejauhan, ia bisa melihat bayangan pohon-pohon tinggi berdiri kokoh, seperti raksasa yang mengawasi dari kegelapan. Angin malam bertiup, dingin menusuk tulang, membuat jaket tipis yang ia kenakan tidak banyak membantu.Teman-temannya sebagian besar sudah terlelap di dalam tenda. Hanya dua orang yang masih terjaga, duduk di dekat bara api sambil berbincang pelan, seolah berusaha mengusir rasa kantuk yang datang. Namun, perhatian Bima tidak tertuju pada mereka. Matanya terus menatap ke arah hutan, seakan ada sesuatu di sana yang menarik perhati

  • Kakak iparku yang terlalu sempurna   Bab 110 – Malam yang menegangkan

    Malam itu, suasana di rumah bambu kecil tempat Rani tinggal terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Angin berhembus lewat celah-celah dinding, menimbulkan bunyi lirih seperti bisikan yang tak jelas maknanya. Rani duduk bersimpuh di lantai beralaskan tikar pandan, lampu minyak di sampingnya berkelip redup, bayangan api menari-nari di dinding, menciptakan bentuk aneh yang membuat jantungnya semakin berdebar.Tangannya terkatup erat, matanya terpejam rapat. Bibirnya bergetar, menggumamkan doa-doa yang sama ia ulangi berkali-kali sejak sore tadi. Air mata yang tak lagi bisa ditahan jatuh satu per satu, membasahi punggung tangannya yang gemetar.“Ya Tuhan,” bisiknya lirih, “jika memang ada bahaya di luar sana, lindungilah Bima. Jangan biarkan mimpiku menjadi kenyataan. Jika ada yang harus menanggung, biarlah aku… bukan dia.”Suara lirihnya tenggelam bersama angin malam yang semakin kencang. Daun-daun di luar bergesekan, ranting berderak, seolah ada langkah-lang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status