Home / Romansa / Kala Cinta Menggoda / Gulat jalanan.

Share

Gulat jalanan.

Author: Skavivi
last update Last Updated: 2021-06-19 19:36:13

Pagi itu Andina terbangun lebih pagi dari biasanya. Sebagai anak kost, ia terbiasa untuk mencuci baju terlebih dahulu sebelum membersihkan tubuhnya dan menjemur baju di belakang kost-kostan.

Andina mengeringkan rambutnya dan menyisirnya dengan rapi. Ia mempercantik wajahnya dengan makeup flawless. Selesai bermakeup ria, Andina mengganti piyama handuknya dengan seragam kerja. Ia rindu dengan rutinitasnya, ia rindu menghabiskan sebagian waktunya di restoran.

Dari balik jendela, cahaya matahari mulai membiaskan rona cerianya. Badung, pagi ini sangatlah cerah, secerah hati Andina yang bahagia. Ia menyaut kunci dan tas kerjanya. Sembari menutup pintu kamar, gadis itu bersiul riang.

"Kerja lagi, Din." seru Sinta, SPG rokok itu menguap sesaat lalu menyandarkan tubuhnya di tembok. Rasa kantuk masih merayapi matanya.

"Kerja dong. Badai sudah berlalu!" kata Andina, semangatnya sedang menggebu-gebu. Ia memakai stiletto, lalu meninggalkan Sinta yang menggelengkan kepalanya, "Bisa-bisanya dia masih percaya diri untuk datang ke restoran." gumam Sinta, "Gosipnya bahkan masih tersebar di sosial media." Sinta tak percaya dengan tingkah garang Andina masih berharap bisa bekerja dengan tenang di restoran. Gosip tidak mungkin memudar begitu saja. Entah apa jadinya saat ia tahu bahwa dia dan Daniel menjadi bahan perbincangan hangat seluruh staf dan pegawai hotel.

Andina melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ia menikmati setiap panorama indah yang slalu orang-orang agungkan saat berkunjung ke Badung, Bali.

Beruntung Andina mengenal Ni Luh Ayu Sukmawati. Mereka berdua di pertemuan secara tidak sengaja saat keduanya sedang berada di pura. Ni Luh Ayu sembahyang, sedangkan Andina duduk murung sembari menatap orang-orang dengan linglung. Ni Luh Ayu yang merasa kasian dengan Andina mengajaknya pulang ke griya. Secara langsung, Andina berhutang Budi kepada Ni Luh Ayu dan keluarganya. 

Andina berhenti di parkiran khusus karyawan. Langkahnya pasti masuk ke dalam restoran melewati lobi hotel. Seperti biasanya, Andina menyapa satpam dan staff lainnya. Tapi yang Andina dapati justru tatapan tidak suka.

Andina tersenyum kikuk, ia melanjutkan langkahnya dengan pandangan yang menerawang. Menerka-nerka apa yang terjadi selama tiga hari yang ia lalui dengan jengah dan gelisah.

Tiba di dalam restoran, Andina langsung menuju ruangan Bli Wijaya.

"Bli..." sapa Andina.

"Ya."

Andina menggigit bibirnya, tatapan Bli Wijaya menyiratkan keseriusan. Membuat Andina sulit untuk bernafas normal.

"Kejadian kemarin cukup menghebohkan ya?" tanya Bli Wijaya, "Maaf jika masih berasa imbasnya."

"Saya cukup rasional dengan keadaan ini. Tapi Bli tahu sendiri bagaimana kejadiannya. Bukan saya yang menggoda bos Daniel. Saya di sini hanya korban!" jelas Andina tegas. Gadis itu mengepalkan tangannya. Geram tidak terima. 

"Saya tahu. Maka dari itu, kamu harus menjelaskan bahwa kamu memang menjadi korban atas kesalahpahaman antara kamu, Aurelie dan bos Daniel."

Andina berdecih, "Saya tidak salah! Saya tidak mau! Harusnya bos yang klarifikasi untuk membersihkan nama saya!" tukas Andina yang dibalas senyuman oleh Bli Wijaya.

"Baik. Jika kamu yang meminta bos Daniel untuk bertanggungjawab, kita harus ke ruangannya sekarang untuk membicarakannya. Keadaan akan semakin genting dan kamu semakin di pandang sebelah mata karena Aurelie tidak tinggal diam dengan masalah ini." jelas Bli Wijaya tanpa menanggalkan wajahnya yang serius.

Andina mengangguk mantap, ia hanya menginginkan namanya kembali bersih dan tidak di cap sebagai wanita penggoda.

Supervisor dan pelayan restoran tersebut berjalan menuju lift, mereka menuju lantai  enam, tempat dimana Daniel menunggu Andina dengan senang.

Pintu lift terbuka, secara bersamaan Aurelie juga baru saja keluar dari lift yang berbeda. Mereka berdua saling melempar pandang. Pandangan permusuhan.

Dari sisi kecantikan, tinggi badan, otak yang encer dan kemapanan, Andina jelas kalah telak dengan Aurelie. Tapi Andina masa bodoh. Ia tidak ada hubungannya dengan retaknya pertunangan Daniel dan Aurelie.

"Masih berani datang ke sini!" Suara Aurelie menukik tajam. Ia mencengkram lengan kiri Andina.

Andina tersenyum miring, "Siapa yang saya takutkan? Tidak ada!" ujar Andina dengan gegabah.

Hari juga masih pagi, orang sedang semangat-semangatnya memulai aktivitas, begitu juga Andina dan Aurelie. Keduanya terlibat aktivitas fisik yang menyebabkan terjadinya rambut rontok dan bekas cakaran kuku di wajah, lengan, dan leher.

Tak ada yang melerai keduanya. Perkelahian kedua wanita itu justru menjadi tontonan menarik staf dan office boy yang sedang membersihkan lantai. Jarang-jarang ada gulat jalanan perempuan di hotel. Apalagi keduanya tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Andina menumpahkan kekesalannya kepada Aurelie, Aurelie menumpahkan amarahnya kepada Andina.

Bli Wijaya berlari ke kamar Daniel saat keadaan sudah chaos. Kedua wanita itu sama-sama memegang vas keramik. Satu hantaman saja bisa berakibat fatal untuk keduanya.

Bli Wijaya memencet bel pintu. Berkali-kali hingga membuat Daniel yang sedang menyisir rambutnya berdecak kesal.

"Ada apa?" tanya Daniel saat pintu sudah terbuka.

"Andina dan Aurelie berkelahi!" jelas Bli Wijaya, panik.

Daniel melangkahkan kakinya lebar-lebar, ia melihat suasana di depan lift sudah berantakan.

Aurelie menggeram. Amarah, kecewa dan dendam telah membuatnya membabi buta. Ia mengangkat vas keramik untuk menghantam kepala Andina. Dengan cepat Daniel meringkuk, melindungi tubuh Andina yang gemetar ketakutan.

Mata Aurelie terbelalak saat darah merembes keluar dari kepala Daniel. Seketika langkah kakinya berangsur mundur, ia menutup mulutnya.

"Panggil ambulans! Panggil polisi! CEPAT!" teriak Bli Wijaya yang menggema di koridor hotel. Beberapa staf langsung tergopoh-gopoh menuju lift untuk meminta resepsionis menghubungi polisi dan ambulans.

Tubuh Daniel terhuyung lemas ke badan Andina. Dalam ketakutan, Andina berusaha tersadar saat ada laki-laki yang mendekap erat tubuhnya, membebaninya dengan berat.

"BLI..." Tanpa buang waktu, Andina berteriak meminta Bli Wijaya untuk membantunya memapah Daniel.

"Sang Hyang Widhi." gumam Bli Wijaya sembari memapah tubuh Daniel. Sedangkan Andina tertatih-tatih mengikuti mereka masuk ke dalam lift.

Sampai di lobi hotel, suasana begitu menghebohkan saat suara sirene ambulans dan polisi saling bersautan.

Kemeja Daniel berlumuran darah. Andina menangis ketakutan memeluk tubuh Daniel yang mulai tak sadarkan diri.

Beberapa orang perawat membantu Daniel dan Andina masuk ke dalam mobil ambulans. Mereka diberikan pertolongan pertama, sedangkan Bli Wijaya menghampiri polisi untuk menjelaskan kronologi kejadian menyeramkan di lantai enam.

Aurelie masuk ke dalam kamar, ia membanting pintu dan cepat-cepat mengunci pintunya. Kakinya terasa lemas. Tubuhnya gemetar, ia meringkuk ketakutan, ia tidak menyangka bahwa ia bisa menjadi pembunuh jika Daniel tidak terselamatkan. Ia tak tahu harus melarikan diri ke mana, kepalanya hanya berisi dengan kekacauan dan ketakutan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Junaedi Juna
ngawur tenan iki
goodnovel comment avatar
Fazli Avana
seru banget
goodnovel comment avatar
Nia Kurniawati
yehhh Aurelie dendam si dendam kok malah salah sasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kala Cinta Menggoda   Epilog.

    Proses melahirkan sukses membuat Daniel hampir pingsan. Bagaimana tidak? Selama proses terlahirnya manusia kecil yang sedang melakukan inisiasi menyusui dini itu, Andina terus mencengkeram suaminya. Meremas semua yang bisa ia jangkau dari untuk melampiaskan rasa sakitnya, atau tepatnya membagi rasa sakit.Andina bahagia, begitupun Daniel yang sempat menangis haru sepanjang hari kemarin."Masih sakit, yang?" tanya Daniel sambil mengamati sang anak yang masih menyusu dengan mata yang terpejam. Bayi merah yang diberi nama Dayana Dimitri tanpa Putri Adelard Sanjaya itu terlihat menikmati asi eksklusif dari Andina."Masih dong, kamu kira sulap! Di obati langsung sembuh!" seru Andina kesal.Daniel tersenyum seraya mengambil sisir untuk merapikan rambut Andina."Udah jangan marah-marah! Nanti Dayana sedih lho denger suaramu." sindir Daniel."Habis kamu lucu mas! Orang baru melahirkan kemarin kok ditanyain masih sakit apa eng

  • Kala Cinta Menggoda   Miracle.

    Di pesawat yang mengudara menuju Jakarta, Andina terus bertahan dengan hati yang begitu ketar-ketir memikirkan kandungannya. Ia takut terjadi apa-apa saat kemarin hasil check up menunjukkan sedikit risiko jika melakukan penerbangan. Namun, Daniel terus mengingatkan bahwa ia akan baik-baik saja asal jangan tegang."Gimana gak tegang, mas! Mama pasti bawel kalau cucunya kenapa-kenapa." sunggut Andina.Daniel mengusap perut Andina dengan pelan selama perjalanan yang hanya memakan waktu satu setengah jam itu."Rilex, sayang. Jangan takut! Aku bakal nyanyiin lagu anak-anak untuk Dayana putri kita. Lagu kita dulu, konyol tapi sampai sekarang aku masih ingat."Andina mengangguk pasrah dan berusaha memejamkan mata saat Daniel mulai menyanyikan lagu Barney."I love you, you love me. We are happy family. With a great big hug. And a kiss from me to you, won't you say you love me too..."Daniel tersenyum lega saat det

  • Kala Cinta Menggoda   Cukup sekali saja.

    Butuh waktu hingga satu bulan untuk membujuk Andina agar mau melepas orangtuanya pulang ke rumah masing-masing. Meski berat, Andina tetap mengantar ibunya dan Feng ke Bandara Ngurah Rai setelah beberapa hari yang lalu Feri terlebih dahulu pulang ke Surabaya bersama kedua anaknya. Kirana masih tinggal di hotel untuk mengikuti job training dengan petinggi perusahaan. "Dimana rumah ibu?" tanya Andina setelah cukup puas menangis dan merengek sembari menarik ujung baju ibunya agar tidak pergi darinya lagi."Aku masih kangen, masih mau ibu ada disini!" lanjutnya tetap dengan nada merengek, seolah satu bulan ini tidak cukup untuk melepas kerinduan bersama. Feng yang 'mungkin' menganggap Andina aneh memasang wajah tak acuh. Ia bergumam dengan bahasa Mandarin yang pasti Larasati mengerti jika itu adalah peringatan. "Dina... Ibu harus pulang ke Hongkong. Ibu harus kerja, kalau kamu kangen sama ibu, Daniel sudah tahu dimana rumah ibu. Kamu bisa data

  • Kala Cinta Menggoda   Utuh.

    Suasana ballroom hotel terlihat sangat sejuk dengan hiasan bunga-bunga segar berwarna putih, begitu juga dedaunan yang di tata sedemikian rupa agar terlihat rapi dan indah. Balon-balon bertuliskan inisial DAYANA bergoyang-goyang diterpa angin dan kue tart penuh cream pandan buatan master chef Bisma menjadi pelengkap suasana pagi ini.Nuansa hijau dan putih masih menjadi pilihan Daniel untuk merayakan pesta kecil penyambutan calon bayi yang di kandung Andina. Begitupun seragam pesta hari ini.Hijau? Mungkin menjadi pilihan warna yang tidak biasa untuk gaun pesta. Namun, ya sudahlah. Daniel hanya menuruti keinginan sang istri. Beruntung Sarasvati mendapatkan desainer gaun pesta yang bagus, jadi gaun berwarna hijau itu bisa terlihat elegan dan mewah.Di kamar, Daniel memperhatikan penampilan Andina yang terlihat seperti gitar spanyol. Lekukan tubuhnya depan belakang begitu menonjol.Daniel menahan senyum saat Andina merengut dengan wa

  • Kala Cinta Menggoda   Full of love.

    Pesawat itu terbang semakin rendah di selatan, Bali. Lalu, mendarat dengan mulus di landasan pacu yang terletak tak jauh dari tepi laut itu. Seluruh keluarga Sanjaya tersenyum lega saat menginjakkan kaki di atas dasar bumi. Terlebih-lebih Daniel, bapak posesif itu benar-benar cerewet selama perjalanan ke pulau Dewata itu. Pulau yang mengubah hidupnya."Aku baik-baik saja, Mas! Dayana juga! Dia bilang, ibu kita naik burung ya? Aku jawab iya! Jadi yang tenang ya!" urai Andina menenangkan suaminya.Marco yang tak habis pikir mengapa Daniel bisa sekeren itu dalam mencintai istrinya menggelengkan kepalanya."Ayo gays... Kita harus ke hotel, istirahat sebelum pesta baby shower dan proses nikahan gue!" seru Marco penuh semangat.Sarasvati dan Sanjaya yang mendengar anak-anaknya berdebat sambil mengiringi langkah kaki mereka menuju gerbang kedatangan tersenyum lebar."Udahlah, Co! Jangan ganggu, Abangmu. Dia lagi bahagia sekali kare

  • Kala Cinta Menggoda   Burung.

    "Satu burung... Dua burung... Tiga burung."Suara berhitung itu berasal dari kamar bernuansa hijau dan putih. Beraroma khas cat baru yang baru saja melapis tembok itu. Kamar yang disiapkan untuk Dayana setelah satu bulan lamanya mempersiapkan begitu banyak printilannya termasuk baju-baju bayi yang baru saja kering setelah dicuci oleh Mbak Piah.Dan sekarang, kandungan Andina sudah berusia tujuh bulan lebih. Sudah terlihat tambah besar dari sebelumnya. Sudah sering kali berkata lelah dan semakin manja."Kenapa burungnya hanya tiga, mas?" tanya Andina."Gak tau, sayang! Tanya aja sama tulang catnya. Aku kan hanya terima beres.""Bisa gak mas kalau burungnya ditambah satu, biar genap. Jadi tidak seperti cinta segitiga gitu! Atau cinta dalam diam. Kasian!"Daniel memasang cengiran bodoh seperti biasanya saat Andina berkata sesuka hati lengkap dengan asumsinya sendiri."Tukangnya sudah pulang, sayang. Su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status