"Ncus... Ncus Sari!!!" teriak Sarasvati setelah mendengar kabar bahwa Daniel masuk ke unit gawat darurat di RSUD Mangusada. Ibu satu anak yang masih terlihat awet muda itu berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
Ncus Sari menoleh, ia mengeringkan tangannya pada celemek masak, lantas menghampiri tuan rumah, "Ada apa Nyonya?" tanya Sari.
"Bantu packing baju, saya harus ke Bali. Daniel kecelakaan!" ujar Sarasvati. Wajahnya sudah panik dan tak bisa diajak kompromi.
"APA! Ayang Daniel kecelakaan? Saya harus ikut Nyonya, saya mau merawat Ayang Daniel!" seru Sari, ia ikut panik seperti Sarasvati ketika mendengar kabar dari general manager hotel di Bali.
Sarasvati menggeleng, "Kamu dirumah! Ayang Daniel tambah sakit kalau kamu yang mengurusnya!" ujar Sarasvati bercanda.
"Nyonya." Sari cemberut.
"Sudah-sudah ayo cepatan ke atas, satu jam lagi saya harus berada di bandara."
*
Meskipun sebel dengan Daniel, Andina tidak tega me
Suram sepertinya masih senang berada di dekat Andina. Hidupnya kini lebih nelangsa setelah Bli Wijaya memutuskan untuk memecatnya dengan hormat, belum lagi luka-luka cakaran dari kuku panjang Aurelie menimbulkan bekas yang sulit untuk hilang---kecuali dengan perawatan kulit atau laser yang membutuhkan biaya yang cukup banyak.Bli Wijaya sangat menyayangkan keputusannya. Tapi, semua ia lakukan demi keberlangsungan karyawan lainnya yang menggantungkan hidupnya di restoran.Sarasvati merasa lega. Hari ini putranya sudah di perbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Luka di kepalanya sudah cukup membaik, hanya perlu beberapa kali untuk kontrol dan pemeriksaan lanjutan."Ma... Bagaimana perkembangan kasusnya?" tanya Daniel setelah mereka menyelesaikan proses administrasi rumah sakit."Dari bukti-bukti yang di peroleh penyidik, Aurelie bisa di tetapkan sebagai tersangka. Ehm... besok kamu menjadi saksi sekaligus pihak penggugat di pengadilan!" ujar
Andina menekuk kedua lututnya seraya menggerutu kesal karena harus menunggu laki-laki itu terbangun dari tidur siangnya. Ia merasa dibodohi oleh Sarasvati dan putranya. Daniel tertidur setelah Andina memberinya secangkir teh hangat dan menyuruhnya untuk istirahat. Betapa senangnya Daniel, ia bisa menikmati kasur wanita yang membuatnya kesengsem."Semoga mimpi buruk dan terbangun dari tidurnya." batin Andina, ia cekikikan, lalu memutuskan untuk keluar kamar. Andina lapar, menghadapi Daniel dan Sarasvati ternyata membutuhkan energi ekstra.Di dapur, Andina hanya memiliki satu telur ayam dan satu ikat sayur kangkung.Statusnya yang pengangguran membuatnya harus berhemat. Sedangkan untuk beras, Ni Luh Ayu sering memberikan jatah beras dua puluh kilogram perbulan untuk persediaan anak-anak kost-kostan.Andina memutuskan untuk membuat cah kangkung pedas dan satu telur ceplok. Bibirnya melengkung senyum saat kudapan mantap itu selesai ia buat.Ia menyiapk
Kasus kekerasan yang dilakukan oleh model terkenal Aurelie Cynthia Putri berimbas pada pembatalan sepihak oleh pihak agensi modelling yang dinaungi oleh Aurelie. Meski begitu ia tidak memusingkan diri, kekayaan yang dimiliki keluarga Naladewa cukup membuatnya tenang sampai ia menemukan agensi baru yang ingin menggunakan jasanya.Aurelie hanya butuh kepastian bahwa ia tidak ditetapkan sebagai tersangka setelah ia merendahkan dirinya di hadapan awak media dan menjelaskan bahwa dirinyalah yang melakukan kekerasan terhadap Andina dan Daniel karena cemburu buta. Aurelie mengaku khilaf dan meluruskan jika Daniel tidak melakukan perselingkuhan.Berkat kerendahan hatinya yang ia paksakan, pengadilan memutuskan untuk tidak melanjutkan perkara hukum terkait dengan pihak penggugat yang membatalkan proses penyidikan. Sarasvati dan Daniel kini bisa bernafas lega. Nama besar keluarga Sanjaya sudah bersih dari tuduhan-tuduhan yang membuat nilai saham di perusahaan merek
Sudah lewat tengah malam Andina masih mematut dirinya di depan cermin. Ia melihat bekas luka cakaran yang terlihat berwarna coklat gelap. Andina mendesah lelah, "Butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat bekas-bekas luka ini pudar. Sedangkan tabunganku tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanku selama bertahun-tahun tersebut. Tidak ada yang mau menerimaku sebagai pegawai kalau wajahku saja terlihat tidak menarik." gumam Andina. Pikirannya kembali lagi pada surat perjanjian yang tergeletak di atas meja. Andina gundah gulana sekarang. Isi surat perjanjian itu menguntungkan semua pihak. Baik Daniel ataupun ia. Ajakan itu seperti kesempatan langka bagi Andina. Namun, ia dibuat bimbang untuk memilih. Ia risau. Tetap di pulau Bali dengan status pengangguran, atau ikut ke Jakarta menjadi bagian hidup Daniel? Sedangkan perasaannya kepada Daniel masih hambar dan belum ada manis-manisnya. Pikirannya kacau. Tapi, keberuntungan tidak terjadi berkal
Kemewahan yang dimiliki keluarga Daniel membuat jiwa miskin Andina meronta-ronta. Ia terpesona dengan lampu gantung yang sangat indah dan aestetik. Sofa-sofa berukuran besar sanggup dijadikan tempat tidur pengganti kasur Andina di kost-kostan. Pernak-pernik dinding di tata sedemikian rupa agar terlihat cantik dan berkelas. Begitu juga guci keramik yang bertengger di atas meja membuat Andina takut untuk menyentuhnya. "Harganya pasti fantastis, melebihi gajiku sebagai pelayan restoran." gumam Andina, ia melihat dengan jeli detail guci tersebut. Belum lagi, aquarium besar berisi ikan arwana merah membuat ruang tamu memiliki kesan menenangkan. Sesampainya di kamar yang berada di lantai dasar, Andina menarik koper dan membukanya. Beberapa baju yang biasa-biasa saja sengaja Andina tinggal di kost-kostan. Gadis itu hanya membawa baju yang layak dipakai di ibu kota. Ia menata baju-bajunya ke dalam almari sembari bersenandung kecil. Kenekatannya me
Andina menoleh, "Iya..." balas Andina."Siapa kamu?" tanya Sari penasaran. Ia memincingkan matanya, meneliti tubuh Andina dari atas ke bawah."Kamu cacat, ya? Wajahmu jelek banget!"Andina tersenyum, dan menggeleng."Enggak cacat. Ini hanya bekas luka cakaran seorang macan betina!" jelas Andina, ia ingin berkelakar dengan seseorang yang masih menggunakan baju tidur dengan rambut yang tak kalah berantakan dengan dirinya."Siapa kamu? Pembantu baru? Kamu mau saingan dengan ku?" Suara Sari tampak menantang.Andina ingin menyeletuk. Tapi ia masih menghormati orang-orang di rumah ini.Sari terlihat gusar sekaligus tidak suka dengan wanita di depannya. Sari menyipitkan mata. Nyonya besar tidak pernah membicarakan soal perekrutan asisten rumah tangga baru dengan dirinya. Sekarang ia seakan terancam dengan hadirnya Andina di rumah Sanjaya."Jawab siapa kamu!" bentak Ncus Sari.Dari tangga paling atas, Sarasvati menggelindi
Hari kedua di rumah Sanjaya, tak ada bedanya dengan hari pertama. Andina masih di buat senewen dengan kelakuan Daniel. Laki-laki itu tidak mau bangun sebelum Andina mengucapkan selamat pagi dengan kalimat mesra.Mulut Andina terasa kelu, jantungnya terpompa dengan cepat. Wajahnya tampak seperti penderita flu ketimbang seperti gadis tengil nan galak.Daniel membuka matanya sedikit, ia ingin tertawa melihat wajah Andina seperti ingin terkencing-kencing. Padahal yang ia minta bukanlah sesuatu yang sulit, melainkan hanya untuk membiasakan diri agar Andina tidak terlihat seperti patung selamat datang.Andina menghela nafas panjang, "Akan saya permudah urusan saya!" ujar Andina sembari menarik selimut yang menutupi tubuh Daniel.Ia terbelalak... Hampir saja mulutnya mengumpat kata-kata kotor saat melihat Daniel hanya menggunakan boxer briefs yang justru mempertontonkan kakinya yang jenjang, berotot dan berbulu."Uh.... sabar. Masih empa
"Saya tidak mau merubah rambut saya Nyonya. Begini saja, jangan diluruskan!" tolak Andina tegas saat Sarasvati mengajaknya ke salon perawatan rambut. "Kenapa? Kalau lurus kan cantik." Andina menggeleng cepat, "Jangan apa-apakan rambut saya. Biar begini saja!" Kesulitan dalam merayu Andina, akhirnya Sarasvati mendengus pasrah. "Kamu itu mau aku ubah menjadi Cinderella. Malah tetap pengen jadi Upik Abu!" gerutu Sarasvati yang membuat Andina menahan tawa. "Kata Bapak rambut ini yang membuatku cantik. Jadi biarkan saja menjadi Upik abu, asalkan tidak mengubah apa yang membuatku slalu percaya diri." Si pria dengan tangan lemah gemulai ini terkekeh manja. "Jadi mau diapain rambutnya, Sis?" "Creambath and blow. Dandani yang cantik selagi saya mencarikan baju ganti untuknya." tuntut Sarasvati. Andina berdiri dengan tegak saat Sarasvati hendak keluar dari salon, "Mau kemana, Nyonya? Jangan tinggalkan saya sendiri!"