Dalam beberapa Minggu saja. Daniel mulai terbiasa dengan keadaannya dan semua hal asing yang tak pernah ia lakukan sebelumnya, ia mulai terbiasa menjalani semua job desc tambahan yang di berikan oleh istrinya. Ia senantiasa menjaga keutuhan rumah tangga dengan menuruti perintah Andina. Apapun itu tak terkecuali mencuci baju.
Awalnya ia ngeri menatap tumpukan baju kotor di dalam ember hitam. Tapi menurutnya ada yang lebih mengerikan ketimbang setumpuk pakaian kotor dan pemakaman umum yang menjadi latar dimana ia harus menjemur pakaian di halaman belakang rumah. Yaitu melihat istrinya marah.
Sebagai gantinya, Andina akan memanjakannya. Siang malam ia akan mendapat kecupan manis sebagai bentuk apresiasi dan dukungannya terhadapnya. Istrinya sudah tidak canggung lagi, apalagi setelah malam terakhir saat Daniel diantara oleh Lolita. Andina lebih memanjakannya, meskipun belum seutuhnya berkurang kadar kegalakannya.
Tapi masalahnya sekarang bukan itu. Meski
Daniel memandangi dada Andina yang terbuka, lalu memindahkan tatapannya ke wajah Andina yang merona. Sentuhannya terhenti sejenak ketika mereka kembali berciuman. Ciuman kali ini terasa lebih menggelora dan seksi. Andina sudah profesional, ia sudah tidak lagi canggung dalam mengekspresikan dirinya dan cintanya kepada suaminya.Andina menahan tangan Daniel ketika laki-laki itu mengelus perutnya dan turun langsung ke dalam celana dalamnya untuk bermain dengan celah kenikmatannya. Ia menoleh, menatap Daniel dengan mata sayunya. Bibirnya yang terbuka karena lenguhan panjang membuat Daniel sekali lagi menciumnya tanpa jeda.Daniel tergugu saat Andina masih memegangi tangannya dengan erat, wajahnya yang sudah mupeng seketika berubah menjadi masam dan tak menyenangkan."Tunggu apa lagi, Dina? Ini sudah nanggung banget!" ujar Daniel dengan suara parau dan terdengar lebih dalam. Pasalnya sedaritadi Andina tidak menolak saat ia terus meremas payudaranya
Jika Cinderella kehilangan sepatu kacanya dan kembali berubah menjadi upik abu ketika malam hendak berganti hari. Daniel kehilangan kekayaannya begitu juga martabatnya sebagai laki-laki sempurna. Tampan, mapan dan memiliki segalanya bagi seorang perempuan untuk menjadikannya pendamping hidup seolah lenyap dari hidupnya dalam waktu cepat. Beruntung ia memiliki Andina yang tidak terlalu mempermasalahkan ekonominya. Wanita itu jugalah yang menguatkannya sampai sekarang.Tapi Dewi Fortuna sepertinya sedang berpihak kepadanya kali ini. Ia diterima sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta. Jelas, itu lebih mudah dari pekerjaannya sebagai direktur utama dulu. Maka, ia hanya perlu bekerja sama dengan baik dengan karyawan lainnya. Daniel jelas mumpuni dengan job desc yang harus ia tangani oleh divisinya."Sebagai karyawan baru, yang harus anda lakukan adalah mengerjakan tugas sesuai jadwal yang ditetapkan, harus tepat waktu dan rajin. Satu lagi,
Malam terasa berbeda di dalam kamar ini. Dua manusia masih menikmati pelukan hangat di atas kasur busa. Menyerap aroma tubuh masing-masing yang menjadi candu keduanya.Daniel membelai lembut rambut Andina, membuat sentuhan-sentuhan yang menenangkan.Andina tersenyum, dengan canggung ia membelai wajah suaminya. Seringai Daniel terlihat, ia sangat tahu apa yang akan ia lakukan malam ini. Terlebih sekali sejak awal ia kembali bekerja, Andina sudah memberikan kode yang begitu kentara. Bahasa tubuh yang membuat Daniel kehilangan akal sehatnya.Hidung mereka saling bersentuhan, kemudian mata mereka bertemu. Bibir keduanya saling bertaut, seolah memang sangat tahu keduanya menginginkan pelepasan."Izinkan aku menyentuhmu, Dina." Andina mengangguk. Tidak munafik jika ia juga senang dengan sentuhan Daniel. Daniel tersenyum, ia mengecup kening Andina.Jiwanya lantas melayang ke udara. Jadi inikah yang dirasakan Sarasvati jika suaminya
Jika saja ayam jantan milik tetangga Daniel paham, ia dan istrinya baru saja melalui malam panjang yang melelahkan. Mungkin ayam jantan itu akan berhenti berkokok lantang membangunkan semua orang dan memilih pergi mencari sarapan. Langit sudah cerah berawan, pedagang sayuran sudah berkeliling menawarkan belanjaan. Ia heran kenapa penghuni rumah dengan pohon mangga didepannya tidak mengejarnya dan menawar dagangannya. Andina yang pertama membuka mata.Karena ia memang sudah terbiasa bangun lebih awal. Ia menatap arah jam dinding yang membuatnya langsung terduduk. Pagi ini ia terlambat mengikuti obrolan pagi bersama ibu-ibu komplek. Obrolan yang menyenangkan bagi kaum wanita. Tubuhnya terasa kaku dan remuk, ia merenggangkan otot-ototnya cukup lama. Hingga selimut yang menutupi bagian tubuhnya melorot menunjukkan dua putingnya yang mengeras dan bekas-bekas kecupan mesra yang ditorehkan oleh bibir suaminya. Andina tersenyum tipis, ia menatap Daniel yan
Jika ada yang bertanya kepada Daniel tentang resolusi di usia tiga puluh tahunnya, jawabannya tidak muluk-muluk. Dia hanya ingin istrinya bangga dengan pencapaian kerjanya. Dahulu, ketika hidupnya belum berputar layaknya roda kehidupan dan mabuk daratan, ia hanya ingin posisinya sebagai direktur utama terpampang jelas di jidatnya sampai ia memiliki anak dan anaknya yang akan menjadi penerusnya. Semulus itu resolusinya. Meski semulus jalan tol Cipularang yang angker dan menyeramkan.Kini, ia sudah cukup bahagia dengan apa yang dimilikinya sekarang. Kehidupan sederhana sepasang suami-istri yang akur dan tak kekurangan sedikitpun kasih sayang. Walaupun begitu, ia belum puas karena ia belum bisa mementaskan keluarga kecilnya dari kontrakan kecil itu. Bahkan ia perlu memutar otaknya mencari akal bulus agar tidak buru-buru membawa pulang cucu dan kembali menjadi keluarga Sanjaya. Karena ia masih ingin menikmati hangatnya keluarga dalam kehidupan yang sederhana. Memulai dari n
Andina duduk di tepi tempat tidur, memandangi pigura foto pernikahannya. Foto yang baru saja ia cetak untuk memberikan kejutan ulangtahun kepada suaminya yang akan bertambah usia dini hari nanti. Dilihatnya gaun pengantin berhias Swarovski yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Seulas senyum yang dipaksakan kedua pengantin. Yang lebih parahnya lagi pernikahannya itu terlihat sederhana namun mengeluarkan biaya yang fantastis dan terbilang egois. Andina mengamati cincin platina dengan berlian kecil di jari manisnya.Ada seribu satu alasan yang bisa dicarinya agar tidak perlu mengubah takdirnya. Tapi, Tuhan selalu menyiapkan segala sesuatunya dengan rapi, terstruktur dan jelas-jelas akan terjadi pada umatnya. Tapi alasan paling sederhana adalah bahwa Tuhan selalu mempunyai efek baik bagi umatnya, entah sekarang atau dikemudian hari efeknya. Tapi bagi Andina sekarang, sejauh mana ia menyangkalnya. Ia bahagia dengan pertemuannya dengan
Fajar menyala, terus berputar bagaikan roda. Berpendar indahnya sinar surya laksana permata gemerlap yang menyihir raga.Beratnya beban tidak dirasakan Andina, ia dengan semangat memilih sayuran segar dan beberapa olahan daging sapi yang Daniel sukai."Tumben Mbak belanjanya banyak." ujar pedagang sayuran sambil tersenyum senang. Namun wajahnya terlihat curiga."Kenapa, bapak tidak senang dagangannya saya borong?" tanya Andina ingin tahu."Tapi Mbak gak ngutang kan?" ujar pedagang sayuran dengan nada skeptis.Andina tersenyum tipis, "Tidak, pak. tenang... Dompet saya masih tebal. bisa untuk bantalan rel kereta." ujar Andina bercanda. Ia sudah selesai memilih bahan-bahan masakan hari ini. Meski hanya akan memasak olahan rumahan. Ia yakin Daniel sudah senang karena nanti ia akan memberi bonus lain sebagai hadiah ulangtahunnya.Pedagang sayuran dengan teliti menghitung jumlah belanjanya Andina. Sesekali
Daniel langsung merasakan semangatnya redup ketika sang manager HRD dengan wajah menyebalkan itu menghardiknya dengan perkataan yang menohok."Baru dapat promosi jabatan aja sudah telat! Mau bikin perusahaan rugi karena punya karyawan pemalas sepertimu!"Nada menuduh yang membalut suara berat manager HRD itu menegaskan bahwa gadis dengan dagu yang diangkat angkuh itu memang layak menjadi manager HRD. Galak, tegas, tidak memiliki ekspresi hangat, dan blak-blakan."Hari ini saya ulangtahun, istriku memberi hadiah yang istimewa. Jadi, harap maklum jika saya terlambat karena tadi ada sedikit problem yang menyenangkan.""Saya tidak peduli! Yang saya mau semua karyawan yang sudah mendapatkan promosi jabatan harus datang tepat waktu!"Daniel memaksakan senyum tipis yang terkesan santai. Andai saja, ia mempunyai kuasa untuk menutup telinganya sekarang, ia akan melakukannya detik itu juga.Daniel beranjak berdiri,