Share

Ada Rahasia

Author: Rachel Bee
last update Last Updated: 2024-11-04 23:42:46

Elvano lelah. Ia baru saja pulang setelah melewati satu hari yang cukup sibuk di sekolah. Hari pertama di sekolah cukup membuatnya menguras energi. Menyebalkan tapi menyenangkan juga.

Niat Elvano ingin segera merebahkan tubuhnya sejenak namun deringan telpon membuyarkan semuanya. Ia melirik sejenak. Tak lama kemudian ia mendecih tak suka tapi tetap saja ia menjawab panggilan tersebut.

"Ya, kenapa?" jawab Elvano ketus.

Suara di seberang sana mendengus tak suka dengan jawaban yang diucapkan Elvano. Sejak lima bulan lalu, perangai pemuda itu tak pernah berubah. Selalu saja ketus dan berusaha menghindar.

[Kenapa sih galak banget sama aku?]

"Maya, aku lagi capek. Jangan ganggu aku dulu ya." Elvano mengusap wajahnya yang lelah. Sungguh, ia ingin segera tertidur agar nanti malam tak mengantuk saat bekerja.

Banyak yang tak tahu apa yang dilakukan Elvano saat malam hari. Sudah lima bulan pemuda itu sering keluar masuk klub malam untuk bekerja sebagai DJ. Temannya yang juga anak seorang pengusaha terkenal menawarkannya pekerjaan itu untuk melepas kepenatan.

Tak setiap hari, karena Elvano masih takut jika orangtuanya mengetahui pekerjaan malamnya.

[Aku minta antar ke mall hari ini. Bisa enggak?]

Sambil melepas seragam sekolahnya, Elvano menatap ke arah lemari pakaian. Ia menjawabnya dengan teriakan cukup keras.

"Aku enggak bisa. Capek, mau istirahat," jawabnya masih dengan nada ketus.

[Ya sudah. Nanti aku mampir ke rumah kamu selesai kuliah. Perginya besok saja.]

"Aku enggak terima tamu!"

Elvano mematikan ponselnya lalu melemparkannya ke atas ranjang. Tubuh lelahnya segera direbahkan di atas kasur empuk itu. Matanya memberat, ia pun tertidur dengan lelapnya.

Di lain tempat, Elsa yang juga baru pulang sekolah segera melepas seragam dan sepatunya. Ia ingin segera membantu ibunya yang tengah sibuk memasak di dapur untuk makan malam. Walaupun mereka adalah orang kaya, khusus untuk memasak harus dilakukan oleh nyonya rumah.

Katanya, hari ini akan ada tamu yang datang.

"Siapa tamunya?" tanya Elsa penasaran. Hani, ibu Elsa tersenyum mendengar pertanyaan anaknya.

"Tante Farah. Dia mau datang sama anaknya yang laki-laki. Katanya satu sekolah sama kamu di SMA Angkasa. Mama punya rencana menjo—" Hani menutup mulutnya lalu menepuk dahinya. "Ups, mama lupa kalau ini harusnya rahasia."

Elsa mencebikkan bibirnya. Rahasia sebesar apa memangnya, sampai harus dirahasiakan.

"Sekarang mainnya rahasia. Awas saja bikin Elsa ngamuk." Hani tertawa mendengar ancaman putri semata wayangnya. Dibandingkan dengan Aksa yang terkenal pendiam, Elsa lebih banyak bicara seperti dirinya. Rumah tidak akan pernah sepi dan inilah yang selalu membuat Hani selalu tersenyum setiap hari.

Selesai masak, Hani menyuruh Elsa untuk mandi dan bersiap-siap. Elsa menuruti perintah ibunya. Ia pun kembali ke kamarnya untuk segera mandi.

***

Tok tok

Farah berdiri di depan pintu kamar anak sulungnya yang sejak siang tak menampakkan batang hidungnya. Geram, sudah tujuh kali ia mengetuk tapi tak ada sahutan, terpaksa pintu itu dibukanya dengan kunci cadangan.

Begitu pintu dibuka, satu pemandangan di dalam sana membuatnya berdecak kesal. Putra pertamanya itu tidur dengan bertelanjang dada sambil melakukan gerakan erotis yang membuatnya menggelengkan kepala.

'Mimpi apa anak ini?'

Farah mengambil sapu lidi yang terletak di sudut kamar. Dengan satu kali sabetan, Elvano yang tengah nyenyak bermimpi segera terbangun sambil memegangi pahanya yang perih.

"Auww...." Elvano duduk di tepi ranjang. Matanya masih terpejam, rambutnya berantakan dan tangannya menggaruk-garuk pantat dari belakang.

"Vano. Buruan siap-siap. Mama mau ajak kamu ke undangan makan malam." Farah menarik lengan anaknya lalu menyeretnya ke kamar mandi. Setengah terbangun, Elvano sempat menepis tangan ibunya yang sedikit memaksa.

"Mama mau ngapain sih? Vano masih ngantuk." Elvano menolak perintah ibunya. Ia ingin sekali merebahkan tubuhnya lagi di atas ranjang. Matanya masih mengantuk sulit terbuka.

"Ayo ikut mama ke rumah tante Hani. Daripada kamu direcoki Maya terus," bujuk Farah yang membuat Elvano berpikir ulang untuk menolaknya.

"Mau ngapain emang ke sana?" tanya Elvano sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Ibunya yang masih berada di dalam kamar malah sibuk mencarikan pakaian formal untuk anaknya. Sudah dipastikan acara malam ini adalah acara resmi selain makan malam biasa.

"Ada deh. Pokoknya kamu harus ikut."

Malas untuk bertanya lagi, Elvano memilih masuk ke dalam kamar mandi. Tak ingin mengecewakan ibunya yang banyak memberi semangat padanya, ia lebih baik menuruti perintahnya. Toh, hanya makan malam saja kan?

Setelah siap, Elvano turun ke bawah menemui orangtua dan juga adiknya yang telah siap lebih dulu. Mata Farah terbelalak tak percaya melihat penampilan Elvano yang sangat memukau. Putranya itu sangatlah tampan. Persis seperti ayah dan kakeknya saat masih muda.

"Aduh, pantas saja si Maya itu deketin kamu terus. Kamu ganteng banget sih." Farah mencubit pipi anaknya. Rasanya masih sama seperti saat dia masih kecil dulu.

"Papa mana?" tanya Elvano. Pasalnya, ia tak melihat ayahnya yang biasa duduk di sofa tengah.

"Papa manasin mobil. Si Putri lagi ke dapur. Yuk, kita duluan." Farah menoleh ke belakang lalu berteriak memanggil anak bungsunya. "Putri, ayo berangkat."

"Iya, Ma." Putri keluar dari arah dapur membawa sebotol air minum. Putri jarang sekali minum air berperasa. Ia juga tak terbiasa minum air kemasan.Katanya, rasanya aneh. Untuk itu ia sering membawa botol air minum sendiri agar tidak kehausan lalu membelinya di jalan. Kebiasaan itu terbawa hingga remaja seperti sekarang.

"Duh, di rumah jeng Hani kan juga ada minum."

"Ini untuk di jalan, Ma."

Setelah semuanya siap, mobil yang dikendarai keluarga Erlangga melaju dengan tenang di jalanan ibukota. Di kursi depan ada ayah Elvano dengan ibunya. Sedangkan di kursi belakang ada Putri dan juga Elvano yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Aku Tahu Kamu Adalah Dia

    Bagas tak sanggup menatap mata Elsa yang terlihat berkaca-kaca. Mata yang sering ikut tersenyum jika melihatnya, kini ia buat bersedih. Bagas tak bermaksud menyakiti hati kesayangannya. Hanya saja tadi siang dia tak sengaja mengatakan hal burukl padanya untuk pertama kali. "Elsa, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu sama kamu." Bagas mengulurkan tangannya mengajak Elsa untuk bersalaman. Elsa menoleh perlahan lalu menyambut tangan itu. "Iya, sudah aku maafkan kok." sambutannya dingin. Setelah itu, Elsa langsung pergi dari hadapan Bagas tanpa berkata apa-apa. Ia menyusul Mia yang sudah lebih dulu berjalan ke luar kelas. Bagas mengikutinya, ingin memastikan Elsa masih seperti biasa. Ternyata dugaannya salah. Di luar kelas, Elsa dan Elvano sedang bercengkrama hingga tak sadar mereka tengah diperhatikan oleh Bagas. Lagipula, sepertinya mereka tidak peduli dengan kehadirannya. "Laptopnya dibawa kan?" Elsa

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Aku Tidak Bodoh

    Elsa membuka lagi buku diarynya setelah sekian lama ia tak melihat apalagi menulis sesuatu di dalamnya. Terakhir, ia menuliskan betapa ia sangat mengagumi sosok Bagas yang terkenal ramah dan baik hati. Saat itu, Elsa menyukainya. Ia sangat menyukai Bagas yang begitu perhatian dan selalu mengerti apa yang dia inginkan. Lembaran terakhir yang ia baca seketika membuatnya termenung memikirkan sosok Bagas yang akhir-akhir ini sangat membuatnya kesal. Bukan hanya karena sikapnya tapi juga cara dia menyelesaikan masalah. Semuanya terkesan ada yang disembunyikan. Elsa semakin yakin jika Bagas dan Serly memiliki hubungan. "Bagas sepertinya sudah susah untuk diraih. Dia benar-benar dekat sama Serly," gumam Elsa sembari membuka lembar selanjutnya. Ia mengambil spidol warna-warni dan menulis sesuatu yang berbeda di halaman kosong itu. Bukan tentang Bagas, tapi tentang Elvano. 'Elvano, seseorang yang tiba-tiba datang entah dari mana. Dia yang dul

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Bingung Memilih

    Elsa belum paham soal cinta, belum paham bagaimana bentuk cinta yang sesungguhnya. Elsa hanya tahu bahwa saat ia menyukai seseorang, itu adalah cinta. Layaknya seorang ibu yang mencintai anaknya, itu yang ia pikirkan. Namun sekarang setelah mengetahui semuanya, ia berpikir ulang. Ternyata cinta itu sangatlah rumit. Baginya, lebih baik memecahkan soal matematika dengan segala rumus daripada memahami arti perasaan seseorang. Bagas, pria yang pertama kali disukainya adalah pria pertama yang mematahkan hatinya. Mereka belum berhubungan resmi tapi rasanya bagai dikhianati pasangan yang telah menemaninya bertahun-tahun. Rasanya sakit. "Enggak fokus?" Elsa mengangguk. "Ngantuk atau lapar?" Elsa tersenyum. Elvano membuka sebungkus permen mint lalu disuruhnya Elsa untuk membuka mulutnya. "Nih, biar enggak ngantuk." Suasana perpustakaan yang sepi dan dingin membuat keduanya sayup-sayup hampir mengatupkan mata. Elsa tampaknya tak pedu

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Rencana Pertunangan

    Rencana pertunangan itu sudah ada di depan mata. Dua bulan lagi ujian tengah semester dan setelah itu mereka akan bersiap untuk ujian akhir. Entah mengapa kedua keluarga tak sabar untuk menjodohkan mereka berdua. Padahal usia mereka masih terlampau muda. Tapi tenang saja, Elvano adalah remaja yang sudah matang pemikirannya. Ia lebih mementingkan perasaan orangtuanya dibanding dirinya sendiri. Lagipula, siapa yang bisa menolak Elsa. Gadis cantik, pintar dan juga baik perilakunya. Dia adalah harta berharga keluarga Wiguna. Siapa saja pasti tak akan berani menolaknya. Termasuk Elvano, yang sejak lama tak pernah terpikirkan menjalin cinta dengan seorang gadis. "Keluarga Wiguna sudah setuju untuk mengadakan acara pertunangan secara tertutup. Kamu tidak masalah kan?" tanya Farah yang dibalas anggukan oleh Elvano. "Elvano harus sembunyikan atau terus terang sama teman sekolah?" tanya Elvano. Pasalnya, ia tak mau kejadian seperti Bagas kembali terjadi

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Jaga Hati Yang Lain

    "Elvano, sini lo!" teriak Bagas. Elvano yang sedang duduk di bawah pohon bersama teman-temannya menoleh ke belakang. Dahi Elvano berkerut lalu terkekeh tak mempedulikan panggilan Bagas. "Punya telinga kan lo?" teriak Bagas sekali lagi. "Ada apa, bro? Gue lagi ngadem sama temen-temen gue." Bagas yang tak terima karena diabaikan langsung menyeret tangan Elvano. Tangannya terlihat mengepal ingin melayangkan tinju ke arah pria di depannya yang terkekeh akan tindakannya tadi. Ken dan Niko berjaga-jaga di belakang mereka berdua. Takut kalau ada perkelahian antara kedua ketua geng itu. "Lo mau ngapain? Soal Elsa lagi?" tantang Elvano."Gue tahu, lo bohong mengenai hubungan lo dan Elsa. Apa maksud lo?" Elvano terkekeh lagi. "Bro, gue ngomong gitu karena mau lihat kesungguhan lo sama Elsa. Gue lihat lo suka sama dia, tapi sama sekali enggak ada perubahan." "Jangan ikut campur," ancam Bagas. "We

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Ayo Kita Ribut!

    Bagas terlihat murung. Sejak tadi pagi tak ada setitik cahaya pun nampak di wajahnya yang tampan. Biasanya ia akan banyak bicara jika berhadapan dengan Elsa ataupun Mia, kini sebaliknya. Mereka berdua kompak membuat jurang pemisah. "Bagas, nanti rapat ya. Jangan lupa," ujar Serly mengingatkan. Bagas mengangguk. Serly menelisik lekuk wajah Bagas, ada semburat kesedihan tercetak jelas di matanya. "Kamu kenapa masih disini?" tanya Bagas tiba-tiba. "Bagas lagi sedih?" "Bukan urusan kamu," ketus Bagas. Serly tak habis akal, ia malah ikut duduk di kursi samping Bagas lalu mulai mengganggunya. Bagas tak terusik sama sekali. Ia memilih untuk berkonsentrasi dengan pelajaran tanpa menghiraukan Serly. "Bagas, kamu jangan sedih. Senyum dong." Bagas menepis tangan Serly yang mulai berjalan di sekitar lengannya. Bagas risih. "Bisa pergi dari kelas aku enggak? Serius, hari ini aku lagi enggak mau bercanda." Bagas menoleh lalu me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status