Beranda / Young Adult / Kalau Cinta Kejar Aku! / Perjodohan Dari Masa Lalu

Share

Perjodohan Dari Masa Lalu

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 23:44:08

Perjalanan berlangsung selama setengah jam. Mereka sampai di depan rumah mewah keluarga Wiguna yang ternyata telah menunggu di depan pintu rumahnya. Dharma terasa diistimewakan oleh si tuan rumah. Setahu dirinya, keluarga Wiguna jarang kedatangan tamu selain keluarganya apalagi disambut dengan hangat.

"Selamat datang pak Dharma. Silakan masuk." Adi Wiguna mengajak Dharma masuk ke dalam rumah lebih dulu. Diikuti oleh sang istri dan Hani serta anak-anaknya.

Sesampainya di ruang makan, mereka duduk di tempat yang telah ditentukan. Tak lama kemudian seorang pria tampan tinggi besar datang membawa anak dan istrinya. Itu adalah Haris Wiguna, putra pertama Adi Wiguna yang telah menikah dan memiliki satu putri yang cantik.

"Selamat malam," sapa Haris sambil menyalami satu persatu tamu di ruang makan. "Wah, sudah kumpul semua. Maaf terlambat. Loh, Aksa dan Lita mana?" tanya Haris yang kebingungan mencari dua adiknya lagi.

"Biasa, lagi dandan. Aksa ada operasi katanya sekaligus diskusi sama direktur rumah sakitnya. Soalnya ada promosi bulan depan. Jadinya dia harus siapin pembekalan apalah itu," jawab Adi membanggakan putra keduanya.

"Wah, Aksa jadi dokter ya? Duh, dulu tuh pas aku kesini masih kecil banget. Masih SMP kalau enggak salah," ujar Farah.

"Iya. Dulu ke sini pas Vano umur 5 tahun kan?"

Kedua keluarga itu terhanyut dalam obrolan santai. Elvano hanya diam saja, kadang tersenyum jika ada hal yang membuatnya tertawa. Obrolan orang dewasa sungguh membuatnya canggung.

Hingga akhirnya, satu suara membuat Elvano mengerutkan dahinya. Ia seperti pernah dengar suara itu.

"Ma..."

Elvano menoleh ke belakang. Matanya terbelalak melihat sesosok gadis yang berjalan pelan ke arahnya dengan gaun cantik pilihan ibunya.

'Cantik.'

"Sela—" Elsa, gadis yang tadi berteriak memanggil ibunya ikut membelalakkan matanya. "Kok lo ada di sini?"

Mata Elvano tak berhenti menatap Elsa yang malam ini begitu cantik. Hanya riasan sederhana tapi sukses membuat jantung sehat Elvano berdebar keras.

Elvano yang mematung membuat Elsa tak nyaman. Ditatap begitu dekat dengan mata berbinar-binar hingga membuat wajah Elsa bersemu merah menjadi tanda jika dirinya tersipu malu ditatap seperti itu. Beraneka pikiran liar berkejaran di kepalanya.

'Ehem'

Suara deheman dari bibir Adi Wiguna membuat keduanya melengos. Elsa duduk di sebelah Elvano karena hanya itu satu-satunya yang tersisa. Atau lebih tepatnya sengaja disisakan untuk dirinya.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Farah yang diangguki keduanya. Wanita cantik itu tersenyum penuh maksud. Tatapan matanya beralih pada Hani yang sepertinya juga memiliki pemikiran sama.

"Ini kan si cowok galak tadi pagi. Ngapain ke sini?" Elsa memelototi Elvano dengan mata bulatnya. Hani sedikit bingung dengan tingkah anaknya, mengapa raut wajahnya nampak marah?

"Eh, enggak boleh begitu anak cantik."

Bibir Elsa merengut. "Tapi, ma—"

Hani yang tak mengindahkan tatapan Carla segera mengalihkan pembicaraan. "Wah, berarti tinggal peresmiannya ini. Bagaimana, jeng? Sudah siapkan?"

Farah yang berada di seberang Hani menganggukkan kepalanya. "Kalau para ayahnya bagaimana nih?"

"Sesuai perjanjian, kita bisa resmikan secepatnya. Bagaimana pak Dharma?" ujar Pak Adi yang tentunya dibalas senyuman dan anggukan mantap darinya.

"Cari hari baiknya saja dari sekarang."

Elsa dan Elvano terdiam mendengar ocehan kedua orangtuanya. Mereka masih belum paham apa yang tengah dibicarakan. Elvano sempat melirik sekilas pada Elsa yang duduk di sebelahnya. Senyum manis tercetak jelas di pipi merah muda itu. Melihat Elsa yang duduk seperti anak manis membuatnya ingin sekali mencubit pipinya. Gemas dan lucu.

"Bagaimana? Kalian setuju kan?" pertanyaan Dharma, ayah Elvano membuyarkan lamunan pemuda tampan itu. Tanpa tahu apa yang tengah ditanyakan padanya, ia hanya mengangguk saja sedangkan Elsa malah melotot padanya. Wajahnya terlihat geram dengan jawaban Elvano.

"Ish, kenapa malah setuju sih?" Elsa memukul lengan Elvano lalu mencubitnya.

"Auw, ini sakit." Elvano meringis mengusap lengannya yang dicubit keras oleh Elsa.

"Biarin. Rasain tuh! Makanya dengerin orang ngomong!"

Elvano menoleh pada ayahnya yang hanya tersenyum lebar melihat interaksi antara keduanya. Tidak hanya ayahnya, keluarganya yang lain pun sama. Melihat keanehan itu Elvano pun memberanikan diri bertanya pada mereka.

"Memang tadi ngomongin apa?" tanya Elvano dengan wajah polosnya.

"Begini, menurut perjanjian kakek kalian di masa lalu, anak keluarga Wiguna dan Erlangga setidaknya ada satu yang menikah di masa depan. Nah, kebetulan diantara saudara ayah dan pak Adi tidak ada yang umurnya hampir sama seperti kalian berdua," ujar Dharma panjang lebar.

Penjelasan ayahnya membuat Elvano mengerutkan dahi.

"Maksudnya, Pa?" Elvano masih belum mengerti. Perjanjian menikah? Siapa yang akan menikah?

"Kamu dan Elsa telah kami jodohkan. Dan rencananya, menjelang semester akhir kalian akan menikah." Farah tersenyum senang sambil menepuk tangannya. Begitupun dengan Hani. Mereka sudah tak sabar ingin mendapatkan menantu laki-laki di rumah ini.

"Jeng, seneng banget ya jeng. Nanti kita bisa jalan-jalan bareng sama anak dan menantu," seru Farah yang diangguki oleh Fani.

"T-tapi kita kan masih kecil, Ma. Aku sama Elvano malah belum lulus sekolah," protes Elsa.

Tahun ini memang keduanya telah berumur 17 tahun. Tak masalah bagi keduanya menikah. Namun, Elsa merasa masih sangat muda jika harus memiliki keluarga sebelum waktu yang tepat.

Elvano hanya mendengus kesal melihat tingkah laku kedua orangtuanya dan juga orangtua Elsa. Dirinya setuju dengan ucapan gadis manis di sebelahnya. Mereka masih kecil, belum waktunya untuk menikah muda.

"Ma, please. Kita masih muda. Okelah kalau memang dijodohkan, tapi untuk menikah? Apa tidak seharusnya dipertimbangkan ke depannya?" kini giliran Elvano yang protes. Ia juga tidak mau jadi korban keegoisan orangtua mereka sendiri.

Farah menggelengkan kepalanya. Tanda jika Ia tak menerima protes dari kedua anak muda itu. Sepertinya akan sulit untuk dibantah, mengingat reputasi keluarga dan juga koneksi mereka di luar sana.

"Mama sudah urus semuanya. Kamu dan Elsa menikah secara agama terlebih dahulu baru mendaftar pernikahan setelah lulus. Ini hanya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau kamu tidak mau, tetap mama paksa," ujar Farah dengan ultimatumnya.

"Ma..."

"Begini loh nak Vano, supaya kalian tidak menyukai atau melewati batas dengan orang lain, ya kalian harus dinikahkan," tambah Hani sebagai penyulut kalimat api Farah.

"Astaga..." Elvano menggaruk kepalanya. Ia bingung dengan pemikiran orang dewasa. Kalau memang mereka dijodohkan, sudah pasti tidak akan berselingkuh bukan?

"Ma, Elsa masih mau kuliah kayak abang Aksa," rengek Elsa dengan bibir mengerucut.

"Kamu tetap bisa kuliah. Tenang saja."

Elsa masih mengerucut sebal lalu menoleh ke arah Elvano yang duduk tenang tak terpengaruh apapun. Sepertinya ia sudah pasrah akan nasibnya.

"Vano, kamu setuju?" tanya Elsa meyakinkan pemuda di sebelahnya yang hanya diam.

"Setuju lah," jawabnya sambil mendengus kesal. Diam-diam Elvano berbisik di telinga Elsa. "Siap-siap aja lo gue bully tiap malem," ancam Elvano. Setelahnya, Elvano mengedipkan matanya.

Elsa bergidik ngeri.

"Tapi Elsa mau ajukan satu hal yang harus dipenuhi oleh Vano," seru Elsa dengan suara lantang.

"Apa itu, Elsa?"

Elsa menoleh lagi pada Elvano yang menyunggingkan senyum misterius. Elsa kembali bergidik ngeri.

"Elvano tidak boleh menyentuh Elsa sampai waktu yang tidak ditentukan." Elsa membusungkan dadanya. Ia menantang Elvano yang tadi telah mengintimidasinya.

"Tapi kalau cium, boleh kan?"

'Uhuk uhuk'

"Elvano! Ada anak kecil di sini. Put, jangan didengar ya." Farah mengusap punggung Putri yang tadi tersedak.

Elsa melirik sadis lalu melengos.

"Ogah!"

Elvano menyeringai kecil. Gadis yang ditemuinya tadi pagi sepertinya bisa dijadikan tameng olehnya agar menghindar dari kejaran Maya selama bertahun-tahun.

"Saya mau acaranya dipercepat, tante." Elvano menyeringai ke arah Elsa yang kini membelalakkan matanya. Elsa tahu, laki-laki itu sedang merencanakan sesuatu di kepalanya.

"Ah, tante senang sekali. Kalau begitu, kita cari tanggal yang bagus buat harinya," sorak Hani gembira.

"Bagaimana kalau menjelang libur semester. Kan ada waktu tuh untuk mempersiapkannya. Yah, walaupun hanya pesta kecil saja," usul Dharma yang diangguki oleh Adi Wiguna.

"Yah, saya setuju. Nanti untuk peresmiannya menunggu mereka lulus sekolah," jawab Adi Wiguna.

"Ditunggu tanggalnya, jeng Farah."

"Tenang saja jeng Hani."

Sementara itu, Elsa masih merasa kesal dengan laki-laki yang berada di sebelahnya. Dirinya tak bisa menolak, karena ini keinginan kakeknya. Dalam hatinya berkata, jangan-jangan Elvano sengaja menyetujui perjanjian itu agar bisa menjahilinya.

'Argghhh....'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Aku Tahu Kamu Adalah Dia

    Bagas tak sanggup menatap mata Elsa yang terlihat berkaca-kaca. Mata yang sering ikut tersenyum jika melihatnya, kini ia buat bersedih. Bagas tak bermaksud menyakiti hati kesayangannya. Hanya saja tadi siang dia tak sengaja mengatakan hal burukl padanya untuk pertama kali. "Elsa, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan hal itu sama kamu." Bagas mengulurkan tangannya mengajak Elsa untuk bersalaman. Elsa menoleh perlahan lalu menyambut tangan itu. "Iya, sudah aku maafkan kok." sambutannya dingin. Setelah itu, Elsa langsung pergi dari hadapan Bagas tanpa berkata apa-apa. Ia menyusul Mia yang sudah lebih dulu berjalan ke luar kelas. Bagas mengikutinya, ingin memastikan Elsa masih seperti biasa. Ternyata dugaannya salah. Di luar kelas, Elsa dan Elvano sedang bercengkrama hingga tak sadar mereka tengah diperhatikan oleh Bagas. Lagipula, sepertinya mereka tidak peduli dengan kehadirannya. "Laptopnya dibawa kan?" Elsa

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Aku Tidak Bodoh

    Elsa membuka lagi buku diarynya setelah sekian lama ia tak melihat apalagi menulis sesuatu di dalamnya. Terakhir, ia menuliskan betapa ia sangat mengagumi sosok Bagas yang terkenal ramah dan baik hati. Saat itu, Elsa menyukainya. Ia sangat menyukai Bagas yang begitu perhatian dan selalu mengerti apa yang dia inginkan. Lembaran terakhir yang ia baca seketika membuatnya termenung memikirkan sosok Bagas yang akhir-akhir ini sangat membuatnya kesal. Bukan hanya karena sikapnya tapi juga cara dia menyelesaikan masalah. Semuanya terkesan ada yang disembunyikan. Elsa semakin yakin jika Bagas dan Serly memiliki hubungan. "Bagas sepertinya sudah susah untuk diraih. Dia benar-benar dekat sama Serly," gumam Elsa sembari membuka lembar selanjutnya. Ia mengambil spidol warna-warni dan menulis sesuatu yang berbeda di halaman kosong itu. Bukan tentang Bagas, tapi tentang Elvano. 'Elvano, seseorang yang tiba-tiba datang entah dari mana. Dia yang dul

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Bingung Memilih

    Elsa belum paham soal cinta, belum paham bagaimana bentuk cinta yang sesungguhnya. Elsa hanya tahu bahwa saat ia menyukai seseorang, itu adalah cinta. Layaknya seorang ibu yang mencintai anaknya, itu yang ia pikirkan. Namun sekarang setelah mengetahui semuanya, ia berpikir ulang. Ternyata cinta itu sangatlah rumit. Baginya, lebih baik memecahkan soal matematika dengan segala rumus daripada memahami arti perasaan seseorang. Bagas, pria yang pertama kali disukainya adalah pria pertama yang mematahkan hatinya. Mereka belum berhubungan resmi tapi rasanya bagai dikhianati pasangan yang telah menemaninya bertahun-tahun. Rasanya sakit. "Enggak fokus?" Elsa mengangguk. "Ngantuk atau lapar?" Elsa tersenyum. Elvano membuka sebungkus permen mint lalu disuruhnya Elsa untuk membuka mulutnya. "Nih, biar enggak ngantuk." Suasana perpustakaan yang sepi dan dingin membuat keduanya sayup-sayup hampir mengatupkan mata. Elsa tampaknya tak pedu

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Rencana Pertunangan

    Rencana pertunangan itu sudah ada di depan mata. Dua bulan lagi ujian tengah semester dan setelah itu mereka akan bersiap untuk ujian akhir. Entah mengapa kedua keluarga tak sabar untuk menjodohkan mereka berdua. Padahal usia mereka masih terlampau muda. Tapi tenang saja, Elvano adalah remaja yang sudah matang pemikirannya. Ia lebih mementingkan perasaan orangtuanya dibanding dirinya sendiri. Lagipula, siapa yang bisa menolak Elsa. Gadis cantik, pintar dan juga baik perilakunya. Dia adalah harta berharga keluarga Wiguna. Siapa saja pasti tak akan berani menolaknya. Termasuk Elvano, yang sejak lama tak pernah terpikirkan menjalin cinta dengan seorang gadis. "Keluarga Wiguna sudah setuju untuk mengadakan acara pertunangan secara tertutup. Kamu tidak masalah kan?" tanya Farah yang dibalas anggukan oleh Elvano. "Elvano harus sembunyikan atau terus terang sama teman sekolah?" tanya Elvano. Pasalnya, ia tak mau kejadian seperti Bagas kembali terjadi

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Jaga Hati Yang Lain

    "Elvano, sini lo!" teriak Bagas. Elvano yang sedang duduk di bawah pohon bersama teman-temannya menoleh ke belakang. Dahi Elvano berkerut lalu terkekeh tak mempedulikan panggilan Bagas. "Punya telinga kan lo?" teriak Bagas sekali lagi. "Ada apa, bro? Gue lagi ngadem sama temen-temen gue." Bagas yang tak terima karena diabaikan langsung menyeret tangan Elvano. Tangannya terlihat mengepal ingin melayangkan tinju ke arah pria di depannya yang terkekeh akan tindakannya tadi. Ken dan Niko berjaga-jaga di belakang mereka berdua. Takut kalau ada perkelahian antara kedua ketua geng itu. "Lo mau ngapain? Soal Elsa lagi?" tantang Elvano."Gue tahu, lo bohong mengenai hubungan lo dan Elsa. Apa maksud lo?" Elvano terkekeh lagi. "Bro, gue ngomong gitu karena mau lihat kesungguhan lo sama Elsa. Gue lihat lo suka sama dia, tapi sama sekali enggak ada perubahan." "Jangan ikut campur," ancam Bagas. "We

  • Kalau Cinta Kejar Aku!   Ayo Kita Ribut!

    Bagas terlihat murung. Sejak tadi pagi tak ada setitik cahaya pun nampak di wajahnya yang tampan. Biasanya ia akan banyak bicara jika berhadapan dengan Elsa ataupun Mia, kini sebaliknya. Mereka berdua kompak membuat jurang pemisah. "Bagas, nanti rapat ya. Jangan lupa," ujar Serly mengingatkan. Bagas mengangguk. Serly menelisik lekuk wajah Bagas, ada semburat kesedihan tercetak jelas di matanya. "Kamu kenapa masih disini?" tanya Bagas tiba-tiba. "Bagas lagi sedih?" "Bukan urusan kamu," ketus Bagas. Serly tak habis akal, ia malah ikut duduk di kursi samping Bagas lalu mulai mengganggunya. Bagas tak terusik sama sekali. Ia memilih untuk berkonsentrasi dengan pelajaran tanpa menghiraukan Serly. "Bagas, kamu jangan sedih. Senyum dong." Bagas menepis tangan Serly yang mulai berjalan di sekitar lengannya. Bagas risih. "Bisa pergi dari kelas aku enggak? Serius, hari ini aku lagi enggak mau bercanda." Bagas menoleh lalu me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status