❤ Rina
Selang beberapa menit setelah Mas Rezky pulang, ternyata dokter datang untuk memeriksa keadaan Ibu sekarang. Dan bersyukur sekali karena kondisi Ibu sudah stabil, jadi sore ini sudah diperbolehkan untuk pulang.
Elysia ikut bersama Shinta untuk mengurus administrasi rumah sakit. Sedangkan aku tetap di ruangan menjaga Ibu, sekaligus merapikan semua barang-barang selagi menunggu Cahyo datang untuk menjemput.
"Rina," panggil Ibu tiba-tiba.
Aku yang sedang memasuk-masukan makanan dan alat makan ke dalam tas besar lekas menoleh dan berjalan menuju bed di mana Ibu berada. Aku duduk di kursi yang berada di samping ranjang rawat Ibu, dan tersenyum kepadanya. "Dalem Bu." (Iya Bu)
❤ Rina"Gimana? Mas Gilang jadi ke sini?" tanyaku pada Gita yang sepertinya sudah selesai dengan acara teleponnya.Gita langsung mengangguk, "Iya Rin. Jadi. Sebentar lagi, kayaknya Mas Gilang udah sampai sini.""Uwu banget si kalian. Pulang kerja nggak lihat kamu, langsung disusulin ke sini."Mendengar godaan dariku, Gita langsung memberikan dengusannya padaku."Ledek aja terus, Rin. Yang penting kamu bahagia, aku nggak papa kok," jawab Gita tanpa mau melihat ke arahku. Karena saat ini dia sedang sibuk menyuapi Chayra, putri kecilnya yang berusia 3 tahun.Aku terkekeh, "Lagian kalian lucu si. Pasangan gemes. Emang tadi kamu nggak iz
💙 Mas RezkyAku baru saja ingin keluar dari sebuah mall setelah membeli sepasang sepatu.Tapi ternyata di pintu utama, aku bertemu dengan Gilang, teman seangkatanku semasa SMA dulu."Lang," sapaku, saat Gilang sudah hampir tiba di hadapanku.Gilang tersenyum, lalu berhenti tepat di hadapanku. "Hai Ky. Habis ngapain di sini?"Kini, kami berdua sedang bersalaman singkat ala laki-laki.Mendengar pertanyaan yang Gilang ajukan padaku, aku langsung mengangkat tas belanjaanku. "Mampir cari sepatu, Lang. Kamu ngapain ke mall? Mau ketemu client di sini?""Ini aku mau nyus
❤ RinaAku dan Gita sedang duduk di kursi panjang yang ada di depan area time zone.Tadi, setelah mengantarkan Mas Rezky, Mas Gilang, Elysia, dan juga Chayra masuk ke area trampolin, aku dan Gita memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar melihat-lihat skincare atau pernak-pernik lainnya yang mungkin saja akan memanjakan mata kami berdua. Awalnya cuma ingin melihat-lihat saja, tapi pada akhirnya, kami membelinya juga.Memang dasar wanita.Selesai dengan kegiatan belanja, kami mampir untuk membeli minuman penghilang dahaga. Dan setelahnya, kini kami sudah duduk di sini untuk menunggu dua pria dewasa dan juga dua gadis cilik selesai dengan permainan mereka.Dan
❤ RinaSelesai bermain, ternyata anak-anak merasakan lapar kembali. Jadi kami memutuskan untuk makan siang yang kedua kali. Karena waktu memang masih sore hari, jadi tak mungkin kalau kami menyebutnya sebagai makan malam yang lebih awal untuk hari ini.Kami sudah mulai menyantap makanan kami. Dengan Gita yang bergantian antara menyuapkan makanan untuk dirinya sendiri, dan juga untuk Chayra yang memang duduk di pangkuannya sejak tadi.Melihat Gita yang sepertinya sedang kerepotan, akhirnya aku mengajukan diri untuk memberikan sebuah bantuan."Gita. Sini, biar aku aja yang nyuapin Chayra."Gita mengangkat wajahnya untuk melihat ke arahku, "Tapi makanmu juga belum habis, Rin."
❤ RinaAku terdiam di atas tempat tidurku setelah berhasil menidurkan putriku tercinta, Elysia.Aku tatap wajah tenang Elysia yang sepertinya sudah sangat lelap dalam tidurnya. Kuusap pelan pipi Elysia, dan kusingkirkan sedikit rambut yang saat ini jadi menutupi wajahnya.Melihat tidur Elysia yang terlihat tenang sekali, membuat pikiranku jadi kembali berkelana pada obrolanku dan Elysia malam tadi sebelum ia tertidur dalam pelukanku seperti saat ini.- Flashback -Selesai sholat isya tadi, aku dan Elysia sudah berbaring di atas tempat tidur setelah selesai dengan kegiatan kami untuk cuci muka dan sikat gigi.
💙 Mas RezkySelesai sholat subuh, aku termenung di atas tempat tidurku menatapi ponselku yang tetap tak menyala sejak tadi malam.Rina benar-benar tak membalas pesanku sama sekali. Teleponku sebanyak tiga kali juga tak ia terima saat pagi tadi.Aku menghela napas pasrah.Hanya bisa berharap, bahwa semoga saja tak ada yang berubah setelah ini. Sebab aku benar-benar tak siap jika harus kehilangan Rina lagi.Aku sungguh tak siap.Karena aku rasa, aku baru saja bersiap untuk mendekatinya. Aku baru saja berusaha. Jadi aku tak ingin semua jadi berakhir sia-sia."Ya Allah. Semoga aku mas
❤ RinaHari ini, Elysia ikut aku ke toko sejak tadi pagi.Cukup lama Elysia bermain di butik bersama Lia, kini gadis kecilku itu sedang sibuk mewarnai dengan setoples astor coklat di hadapannya. Dan tenang saja, karena kami sudah selesai makan siang dan juga sholat zuhur berjamaah bersama."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam," jawabku dan Elysia di waktu yang bersamaan."Masuk aja," kataku mempersilahkan.Pintu terbuka. Dan ternyata, tamu yang sejak tadi ditunggu telah tiba."Hai Dam," sapaku, sambil memberikan senyumanku."Halo
❤ RinaPagi ini aku sudah sampai di toko, menunggu Damar selesai menjemput kaos seragam yang ia pesan untuk acara di kantornya."Mba Rina, bajunya beres, udah masuk semua ke mobil Mas Damar," kata Faiz, salah satu pegawai laki-laki dari bagian konveksi."Oke Iz, makasih ya."Faiz menganggukan kepalanya, "Iya Mba, sama-sama. Kalau gitu, aku balik ke sablonan lagi ya Mba. Mau ngerjain pesenan untuk sponsor acara.""Iya. Nanti siang atau sore, aku main ke sana ya."Faiz mengangkat ibu jarinya, "Siap Bos. Udah banyak yang jadi juga, Mba. Jadi nanti Mba Rina bisa cek kalau ke sana."Aku