Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)
*****
❤ Rina
Kini, hanya tertinggal aku dan Damar yang ada di ruang tengah.
Shinta mengantar Ibu ke kamar untuk istirahat. Sedangkan Mas Rezky dan Cahyo sedang ke kamar Elysia untuk memasang rumah barbie super besar yang tadi dibawakan oleh Cahyo.
Aku duduk di sofa dan meminum tehku yang masih tersisa.
"Rin."
Aku langsung mengangkat wajahku karena mendengar panggilan pelan dari Damar, "Iya Dam."
Damar terlihat menarik napa
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** 💙 Mas Rezky Aku menuruni tangga, dan melihat Rina duduk sendirian di ruang tengah kediaman Bu Widya. Aku segera berjalan ke arah Rina, dan mendudukan diriku di sofa yang ada di seberangnya. "Damar udah pulang?" tanyaku sedikit penasaran. "Iya Mas. Baru aja." Aku menganggukan kepalaku ke arah Rina, lalu meninum sampai habis tehku yang tadi masih tersisa. "Kenapa Mas Rezky turun? Padahal aku baru aja mau nyusu
❤ Rina - Hari pertama Mas Rezky di Bali - Aku berjalan bergandengan tangan memasuki butik bersama Elysia. Hari ini, putri kecilku sudah mulai libur sekolah, jadi tentu saja Elysia akan ikut bersamaku ke mana saja aku pergi, sejak pagi sampai petang nanti tiba. Sebentar lagi, aku dan Elysia sampai di depan meja kasir di mana Lia berada. Dan sepertinya, Lia sudah siap menyambut kami berdua. Karena buktinya, saat ini, Lia sudah berdiri dengan senyuman yang kelewat cerah di wajahnya. "Selamat pagi Bu Bos," sapa Lia dengan senangnya saat aku dan Elysia telah sampai di depan meja kerjanya. Aku terkekeh pelan, "Selamat pagi. Kamu kenapa? Kok hari ini kelihatan seneng b
❤ Rina - Hari Kedua Mas Rezky di Bali - Tok tok tok "Assalamu'alaikum. Mba Rina, ini Lia." "Wa'alaikumsalam. Iya Lia, masuk aja." Lia membuka pintu ruang kerjaku, dan langsung berjalan cepat dengan kotak kado besar di tangannya. "Kamu bawa apa itu? Kok gede banget?" tanyaku penasaran. Dengan senyum cerahnya, Lia langsung meletakkan bingkisan yang ia bawa di atas meja. "Mba Rina dapet kado lagi dari Pak Bos," kata Lia dengan cengiran lebar di wajahnya. "Pak Bos? Siapa?" tanyaku tak mengerti. Lia makin cengengesan, "Dari Mas Rezky lagi, Mba." Aku mengerutkan keningku. Mas Rezky? Lagi? Astaga. Apa lagi yang Mas Rezky kirimkan kali ini? Dua hari di Bali, Mas Rezky sama sekali belum menghubungiku. Pesan yang kukirimkan kemarin siang, juga belum ia balas sampai hari ini. Mungkin Mas Rezky benar-benar sedang sibuk di sana. Jadi i
❤ Rina - Hari Ketiga Mas Rezky di Bali - Aku dan Elysia baru saja selesai sholat zuhur berjamaah di butik. Baru saja masuk ke dalam ruang kerjaku, aku langsung mendengar ponselku berdering tanda ada satu telepon yang sedang masuk untukku. Aku berjalan cepat ke tengah ruangan, untuk meraih ponselku yang tadi kuletakkan di atas meja. Senyumku langsung merekah, ketika tahu siapa yang sedang ingin meneleponku siang ini. Elysia menarik dress yang sedang kukenakan, "Mama, yang telepon, siapa?" Aku menundukan kepala, dan langsung tersenyum
❤ Rina "Mama, El udah selesai makan." Aku mengangkat kepalaku dan langsung tersenyum saat melihat Elysia telah berganti baju dengan stelan piyama panjangnya. Aku terkekeh di tempat dudukku, "Ya ampun Lia, ini masih sore, kenapa kamu udah pakein El piyama kaya gitu?" Lia ikut terkekeh bersamaku, "Nggak papa lha Mba. Lucu tahu, warna pink. Mana ada kupingnya juga. Kan El jadi makin mirip kaya kelinci." Aku masih terkikik geli karena melihat putri kecilku yang kini sedang berjalan ke arahku memakai piyama berwarna merah muda, dengan ekor di bagian celana, dan juga kuping kelinci di bagian tudung kepalanya. Astaga. Aku benar-benar ingin tertawa karena melihat Elysia lucu sekali dengan ekor kelinci di celananya yang bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti arah jalannya. "Ya ampun Lia, kamu ini ada-ada aja. El baru mandi sore, udah kamu dandanin begitu." Lia sudah duduk di kursi yang ada di depan meja kerjaku, sambi
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****💙 Mas RezkySelesai sholat magrib seorang diri, senyumku belum juga mau luntur sejak tadi.Masih teringat dengan sangat jelas di otakku saat bangun tadi, bagaimana aku sudah disambut dengan raut wajah kentara sekali sedang khawatir dari Rina dan juga Elysia. Melihat hal itu, benar-benar membuat hatiku jadi langsung merasa sangat disayangi oleh mereka berdua.Astaga.Aku benar-benar ingin segera menjadikan Rina dan Elysia sebagai istri dan juga putri tersayangku di dunia.Lamunan manisku tentang Rina dan Elysia harus terputus karena ponselku yang tadi kusimpan di atas nakas samping tempat tidurku berdering.Kuambil, ternyata Ibu yang sedang ingin meneleponku saat ini."Assalamu'alaikum Bu."
💙 Mas Rezky Sudah seminggu berlalu. Dan Rina masih saja belum menjawab satu pun telepon dariku. Bahkan, pesan yang kukirimkan padanya juga sama mengenaskannya seperti diriku. Karena Rina tak mau memberikan satu pun balasan pesan untukku. Aku menghela napas cukup keras. "Kenapa lagi?" Aku mengangkat wajahku. Dan sudah bisa melihat siapa orang yang saat ini sedang bertanya seperti itu padaku. "Mboten nopo-nopo, Bu." (Tidak apa-apa, Bu) "Mikirin Rina sampai kusut begitu? Katamu, dia wanita baik. Tapi kok kamu sampai pusing begitu hanya karena mikirin dia?"
❤ Rina Siang ini, aku kembali bertemu dengan Bu Yanti untuk membahas baju seragam keluarga yang beliau pesan. Alhamdulillah, semua sudah selesai dijahit, dan hari ini siap untuk Bu Yanti bawa pulang. "Wah, bajunya bagus, Mba Rina. Ukurannya juga pas. Nggak kebesaran, juga nggak kekecilan. Enak untuk dibawa gerak," kata Bu Yanti yang saat ini masih berdiri di depan kaca besar yang ada di ruanganku. Bu Yanti sedang mencoba baju seragam yang telah beliau pesan di butikku. Aku yang sedang berdiri di belakang Bu Yanti jadi tersenyum puas karena mendengar ucapan senang yang tadi beliau ungkapkan, "Alhamdulillah kalau cocok, Bu. Kalau ada yang mau dirubah atau ditambah, bisa langsung disampaikan nggih Bu. Supaya nanti bisa segera kami perbaiki."