Share

Bab 2 Hasutan Ibu Mertua

Belum sempat Tia mengucapkan salam bahkan kakinya belum menginjak teras rumah. Ibu Sutri sudah berdiri tegak didepan pintu.

"Pulang juga, kamu anak penyakitan!" sergahnya sambil melipat kedua tangannya.

"Assalamualaikum ...." ucap Tia sambil berlalu pergi tak menghiraukan Ibu Sutri yang mengomel. Hatinya sedang bahagia Raffa sang anak sudah sembuh, Dia tidak mau merusak moodnya dengan pertengkaran.

"Hehh! Diajak ngomong malah nyelonong saja. Dasar gak tau diri!!" teriak Ibu Sutri.

"Buu, sudah gak usah marah-marah terus nanti darah tingginya kambuh lagi," tegur Irvan.

"Istri kamu itu loh Van, gak ada sopan-sopannya sama orang tua. Kamu juga ngapain bela-belain gak masuk kerja buat jemput mereka harusnya kamu biarin saja mereka jadi gembel, dah anaknya yang penyakitan paling bentar lagi juga mati!"

"Astaghfirullahhal'azim Ibu! Mereka itu anak dan istri Irvan, Bu! Raffa itu cucu Ibu jug-"

"Aku gak punya cucu penyakitan," potong Bu Sutri

"Bu, jangan begitu lah Bu lagian Raffa sakit juga gara-gara Ibu ngasih dia pisang,"

"Ehhhh, mau durhaka kamu nyalahin Ibu," sungut Bu Sutri gak mau disalahkan.

"Maksud Irvan bukan gitu Bu, Ibu boleh marah sama Irvan dan Tia tapi jangan sama Raffa, Bu. Dia masih kecil belom ngerti apa-apa,"

"Kamu ingin Ibu kasih tau sesuatu gak?" Bu Sutri tiba-tiba mengecilkan volume suaranya.

"Apa, Bu?" tanya Irvan penasaran.

"Sini Ibu bilangin," bisik Bu Sutri pada Irvan sambil celingukan melihat kearah kamar, takut Tia mendengar.

"Ada apa sih Bu? Kenapa harus sembunyi segala?" tanya Irvan bingung.

"Ibu curiga ASI istri kamu itu gak enak, pahit, beracun makanya anak kamu sakit-sakitan. Kamu ingat, kan? sebelum Raffa masuk rumah sakit, dia muntah-muntah gak mau minum ASI? Nah, itu karena ASI istrimu gak enak,"

"Tapi kata Dokter kemarin karena MPASI dini, Bu. Ibu kan dengar sendiri Dokter bilang begitu,"ujar Irvan

"Omongan Dokter kamu dengarin Van ..., Van! Dokter bilang begitu biar dia cepat kaya.

"Lah apa hubungannya Bu, Dokter cepat kaya sama MPASI dini?"

Plakkk!! kepala Irvan dipukul Bu Sutri.

"Apaan sih Bu? kenapa Irvan dipukul?"

"Soalnya kamu bodohnya gak ketulungan. Dokter bilang begitu biar Tia terus-menerus memberikan ASI kepada Raffa dengan begitu Raffa jadi sakit-sakitan. Nah, kalau Raffa sakit kan periksanya sama Dokter jadilah dia tambah kaya, gitu saja gak ngerti," jelas Bu Sutri.

"Ohh begitu, terus rencana Ibu apa?" tanya Irvan.

"Kamu kasih saja Raffa susu formula, biar gak nyusu sama si Tia lagi,"

"Tapi Bu kalau minum susu formula otomatis nambah pengeluaran lagi, Ibu kan tau gaji Irvan kecil," tolak Irvan

"Kalau Raffa sudah gak nyusu sama si Tia, suruh aja dia kerja buat bantu kamu,"

"Terus yang jagain Raffa siapa, Bu?"

"Biar Ibu yang jagain Raffa tapi kamu harus bayar, Ibu gak mau kalau gratisan,"

"Nanti Ibu kasih pisang, lagi. Dulu aja ditinggal sebentar sama Tia, Raffa ibu paksa makan pisang, bagaimana seharian," ledek Irvan

"Nyalahin Ibu lagi!! Kamu mau Ibu kutuk jadi batu,"

"Nanti Irvan pikirkan lagi, BU. Lagian Ibu gak bisa kecapekan nanti darah tinggi Ibu kumat lagi. Momong bayi itu capek Bu, Irvan gak mau Ibu sakit," tutur Irvan sambil berlalu pergi.

Irvan menyusul Tia dan Raffa kekamar dalam hatinya ada keraguan antara dengerin omongannya sang Ibu atau tidak.

Tokkk tokkk tokkk!

"Dek, ini Mas bukain pintuny!"

Ceklekkk!! Suara pintu dibuka.

"Kok lama banget Mas? Raffa dari tadi nyariin kamu loh, mungkin dia kangen," ujar Tia.

"Emang Raffa gak tidur, Dek?"

"Enggak Mas, tuh lagi main,"

Irvan pun mendekat kearah Raffa yang sedang asyik menghisap tangannya sampai mengeluarkan suara khas.

"Hallo anak ayah! Gimana kabar jagoannya ayah dah sehat kan?"

Raffa yang mendengar suara sang ayah langsung menggerakkan tangan dan kakinya naik turun dengan lincah sambil mengeluarkan suara jeritan khas ank bayi.

"Lihat itu Mas, Raffa sangat bahagia melihatmu," ujar Tia.

mereka berdua pun tertawa melihat tingkah lucu Raffa.

"Mas, aku titip Raffa ya! aku mau mandi dulu mungkin agak lama karena aku mau keramas sudah tiga hari gak keramas rambutku rasanya lengket banget," pamit Tia.

"Siaaapp, tuanku serahkan saja tugas ini kepada hamba," kelakar Irvan.

"Apaan sih, Mas" ucap Tia sambil tertawa lucu dengan lelucon yang Irvan berikan.

"Ya udah aku tinggal dulu, ya," pamit Tia.

Selepas kepergian Tia, Irvan lanjut bermain dengan Raffa. Melihat tingkah lucu Raffa, Irvan jadi teringat ucapan sang Ibu.

"Apa aku turuti saja ya, usulannya Ibu. Lagian Ibu Sangat membenci Tia. jika suatu saat kami bercerai, aku bisa dengan mudah mengambil Raffa dari Tia. Kan Raffa tidak lagi bergantung pada Tia," batin Irvan.

"Ya, aku harus bisa merayu Tia agar mau memberikan susu formula pada Raffa, bagaimanapun caranya.

Aku, bisa berpisah dengan Tia, tapi aku tidak bisa berpisah dengan Raffa. Dia darah dagingku, akan selalu bersamaku.

Tia pasti tidak akan menolak karena disini dia gak punya siapa-siapa, kerjaan pun tak punya mau dikasih makan apa jika Raffa bersamanya," Irvan bermonolog.

Ya, Tia dan Irvan menikah beda pulau. Tia asli sumatra sedangkan Irvan asli jawa. Mereka bertemu saat Irvan merantau ke sumatra, lalu menikah dan Tia ikut Irvan ke jawa. Bisa dibilang Tia tidak punya pengalaman apa-apa di pulau Jawa.

Krrreeettt!! Suara pintu kamar didorong dari luar.

"S-sudah selesai, Dek?" tanya Irvan gugup baru saja sadar dari lamunannya.

"Sudah Mas! Mas kenapa kok kayaknya gugup gitu?"

"Enggak Dek, Mas cuma kaget saja," jawabnya nyengir padahal dia takut kalau Tia mendengar ucapannya saat bermonolog tadi.

"Ya sudah Mas keluar dulu ya, Dek,"

"Iya Mas, aku juga mau mengelap badan Raffa kasihan pasti dia gerah sekali," jawab Tia.

"Mas pergi dulu ya Dek," pamit Irvan.

"Biarlah nanti saja aku bicarakan Dengan Tia nunggu waktu yang tepat. Sekarang rasanya waktunya belum pas lagian Raffa juga baru sembuh," batin Irvan seraya berlalu pergi.

****

Kini Raffa sudah semakin sehat luka bekas operasinya pun sudah benar-benar sembuh. Badannya pun sudah mulai berisi,sekarang dia sudah bisa merayap.

"Dek, Mas mau ngomong sesuatu," tutur Irvan.

"Mau ngomong ya ngomong saja Mas, kayak gak pernah ngomong saja," sahut Tia sambil melipat pakaian yang baru saja dia angkat dari jemuran.

"Bukan gitu Dek, Mas mau ngomong serius tapi Mas takut kamu gak setuju,"

"Belum juga ngomong kok Mas sudah tau aku gak setuju, memangnya Mas mau ngomong apa?" Kening Tia berkerut karena penasaran.

"Gimana kalau Raffa kita kasih susu sambung?" Tanya Irvan ragu.

"Buat apa Mas? Aku masih sanggup memberikan ASIku sampai usianya dua tahun," jawab Tia meyakinkan.

"Mas juga tau Dek, kalau kamu pasti sanggup 1menyusui Raffa sampai dua tahun. Cuma maksud Mas kalau kita lagi pergi-pergi biar kamu gak perlu bersembuny buat nyusuin, Raffa bisa minum dari botol. Begitu Dek maksudnya, Mas,"

Gak papa deh saat ini aku pake alasan pergi-pergi. Nanti kalau Raffa sudah merasakan susu sambung pasti dia gak mau menyusu pada ibunya lagi, batin Irvan.

"Pergi-pergi?? Emang kita mau pergi kemana Mas? Dua tahun kita menikah, Mas belum pernah sekalipun mengajak aku pergi. Lagian kalau mau pergi aku bisa memerah ASIku dimasukkan ke botol gak perlu susah-susah bikin susu formula," jelas Tia..

Irvan menarik napas dalam-dalam,

Dia sudah menduga meminta izin sama Tia tidak akan mudah.

apa lagi semenjak Raffa habis operasi usus.

Tia sangat over protektif. Sang ibu mertua saja tidak boleh mendekat apa lagi berdua saja dengan Raffa. Sepetinya yang trauma bukan Raffa tapi Tia.

"Ya sudah, Dek kalau begitu Mas keluar dulu," pamit Irvan.

"Hmmm," jawab Tia tanpa menoleh ke arah Irvan dia masih melanjutkan pekerjaannya, sedangkan Raffa masih asyik bermain didekatnya.

Begitulah Tia tidak pernah lagi meninggalkan anaknya mau itu lagi masak, lagi nyuci, mandi pun Tia bareng sama Raffa. seandainya dia mau pergi sebentar tapi Raffa sedang tidur dia akan mengunci pintu kamar dari luar.

Baru saja keluar dari kamar tangan Irvan sudah ditarik oleh sang Ibu.

"Gimana?? Apa Tia setuju memberi susu formula pada Raffa? Tanya Bu Sutri tidak sabaran.

"Tia gak mau Bu, sekarang Tia susah dibujuknya," jawab Irvan frustasi.

"Ibu rasa istri kamu itu sudah gila, van,"

"Gak tau lah Bu Irvan pusing,"keluhnya

"Gini aja van, Ibu punya ide,"

"Apa itu, Bu? jawab Irvan penasaran.

Sini, Ibu bisikin," Bu Sutri mendekatkan bibirnya kearah telinga Irvan.

"Gimana?" tanya Bu Sutri

"Ok, Bu," Jawab Irvan sambil menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya berbentuk huruf O.

Merekapun tersenyum licik.

Irvan kembali ke kamar menemui Tia

"Dek, belikan Mas rokok di warung," pintanya.

"Baik Mas, sebentar ya aku ambil gendongan dulu," ucap Tia sembari mendekat ke arah Raffa.

"Raffa biar sama Mas saja, Dek. kamu pergi saja Mas pasti jagain Raffa dengan baik," bujuk Irvan.

"Taapiii, Mas," jawab Tia ragu meninggalkan Raffa dirumah.

"Mas ini ayahnya Raffa loh Dek, masak kamu gak percaya?

Tia terdiam ada perasaan gak enak menyeruak di hatinya. Entah kenapa dia berat meninggalkan Raffa dirumah.

"Percaya sama Mas, Dek! Raffa gak bakalan kenapa-kenapa, Mas jamin," imbuhnya.

"Baiklah Mas, aku titip Raffa sebentar jangan dikasihkan ke Ibu ya, Mas,"

"Siaapp Dek," ucap irvan seraya mengangkat Raffa ke pangkuanya.

Buru-buru Tia pergi kewarung yang ada didepan gang. Tia berjalan setengah berlari. Entah mengapa perasaannya tidak tenang nalurinya sebagai seorang Ibu mengatakan anaknya tidak baik-baik saja.

*

Pas perjalanan pulang sayup-sayup Tia mendengar jeritan bayi menangis. Tia berhenti sejenak untuk memastikan dari mana asal suara tersebut.

"Raffaaa!!" Pekikknya.

Tia sangat yakin itu suara bayinya yang sedang menangis. Jantung Tia berdegup dengan kencang, Bayangan perbuatan sang Ibu mertua dulu berkelibatan menghantuinya.

Tia berlari sekencang mungkin. Tubuhnya seakan-akan tidak menapaki bumi. Sesampainya Tia dirumah

Brrraakkkkk!! Tia mendorong pintu dengan kasar.

"Raffaaaaaaaa!!!!"

Bersambung..

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
iya bnr nih baru baca trs fikir kok cerita nya SPT anak kcl bgt ya... eh buka komen ada juga yg sepemikiran SM aku... maaf ya thor, aku gak lanjut.....
goodnovel comment avatar
Raffael Alleng
hai penulis yth.. aku tau lah novel atau cerpen itu cuma karangan penulis aja, tapi bisa nggak ceritanya yg lebih real gitu atau yg masuk di akal gitu loh jalan ceritanya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status