Share

Kami Yang Kau Buang
Kami Yang Kau Buang
Penulis: Lia fr

Bab 1 Infeksi Usus

Penulis: Lia fr
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-06 20:07:05

"A-apa, Dok? Pe-pemotongan usus?" tanyaku tak percaya.

Betapa terkejutnya aku mendengar Anakku yang baru berusia tiga bulan harus menjalani operasi. Jantungku seketika tak bedegup, tubuhku lemas sepeti tak bertulang. Tak ku sangka MPASI dini yang dilakukan ibu tanpa sepengetahuanku dulu bakal berbuntut panjang.

"APA liat-liat? Jangan salahkan saya ya, emang dasar anak kamu saja yang penyakitan!" Ibu melotot saat aku menatapnya.

''Huh, Sabar ..., Sabar ....'' ucapku dalam hati.

kalau saja aku tidak mengingat Raffa yang saat ini sangat membutuhkanku ingin rasanya aku membunuh Ibu sekarang juga. Aku berbalik menatap suamiku, dia hanya diam tak bergeming.

"Kalau boleh tau, Dek Raffa ini sama siapa saja dirumah?" tanya dokter Danu, nama yang tertera di bajunya.

"Sama saya, Dok,"

"Apa Dek Raffa tidak ASI ekslusif?"

"Asi eksklusif, Dok!" jawabku berbohong.

"Ibu, jangan bohong kalau ASI eksklusif gak mungkin usus anak Ibu terkena infeksi!"

Aku hanya diam dan tertunduk.

"Baiklah saya tidak akan bertanya lagi. Tanpa Ibu bilang saya sudah tau jawabannya, saya cuma ingin Ibu jujur,"

"Disini saya akan menjelaskan kondisi anak Ibu seperti apa? Usus Dek Raffa terkena infeksi dan ini sudah sangat parah, harus segera dilakukan operasi. Kalau tidak, infeksinya akan menyebar dan dampaknya akan lebih fatal lagi,"ujar dokter Danu

"Lakukan yang terbaik untuk anak saya Dok!" pintaku padanya

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Bu. Tapi yang namanya operasi pasti ada resikonya dan resiko terburuknya nyawa anak Ibu bisa melayang, apalagi usia pasien masih sangat muda!"

Mendengar nyawa anakku bisa melayang tubuhku seketika bergetar.

''ya Allah tolong jangan ambil nyawa anakku, aku masih ingin melihatnya tumbuh sehat, aminnn!" aku berdo'a didalam hati.

Tess tess tess! Air mataku jatuh ke telapak tangan.

Aku keluar dari ruang Dokter, dengan langkah gontai, ku pukul-pukul dadaku untuk menghilangkan sesak yang datang menyeruak. Tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menolong anakku.

Sesampainya di ruang rawat inap, ku lihat anakku sedang tertidur pulas. Selang infus sudah terpasang di tangan kirinya.

Lagi-lagi air mata ku lolos begitu saja memadang wajah mungil anakku.

"Maafin Ibu Nak, Ibu lalai menjaga mu. Tidak seharusnya Ibu menitipkan mu pada Simbah, apapun alasannya," sesal ku.

Kini tangisku makin terisak membayangkan bayi mungil ku ini harus merasakan dinginnya ruang operasi dan harus merasakan tajamnya pisau operasi.

Teringat dulu saat aku menitipkannya pada ibu ....

"Bu ... titip Raffa ya, sebentar,"

"Lah, emangnya kamu mau kemana, Tia?" jawabnya ketus.

"Aku mau kekamar mandi dulu, Bu. Sebentar ..., saja,"

" Ya, sudah jangan lama-lama," jawabnya sambil menerima Raffa dalam gendongan.

Belom berapa lama aku dikamar mandi aku mendengar Raffa menangis kencang, tidak pernah dia menangis sekencang itu sebelumnya.

Buru-buru aku menyelesaikan hajatku. Aku berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi pada anakku.

"Astaghfirullahhal'azim Ibuuu! Apa yang sudah Ibu lakukan?" teriakku

Aku melihat ibu sedang memasukkan sesuatu ke mulut Raffa dengan paksa, sedangkan anak itu sudah meronta-ronta merasa tidak nyaman.

"Apa itu, Bu? Aku langsung mengambil Raffa dari pangkuannya.

"Ini pisang, masak ini saja kamu gak tau," jawabnya santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Iya aku tau itu pisang, tapi kenapa Ibu kasihkan ke Raffa. Dia masih tiga bulan, Bu. Belum waktunya makan," kesal ku.

"Ya, biar Raffa kenyang lah! Gak rewel terus!"

"Bu, bayi rewel itu bukan hanya karena lapar. Bisa saja dia rewel karena gerah atau ngantuk atau popoknya basah. Banyak alasannya, Bu. Gak cuma lapar,"

"Halahh ... Kamu itu tau apa Tia? Kamu baru kemaren sore punya anak, jelas Ibu lebih berpengalaman dari kamu!

Ibu tau mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk Raffa!"

"Bu, MPASI dini itu berbahaya kenapa sih Ibu gak ngerti-ngerti," sungut ku kesal.

"Jangan sok tau kamu! Itu si Irvan suamimu dari umur tiga hari sudah Ibu kasih pisang. Nyatanya sehat-sehat saja, kan? masih hidup sampai sekarang,"

Susah memang ngomong sama ibu.

"Semoga saja gak tejadi apa-apa sama kamu nak," gumamku. Sambil berlalu pergi.

"Emangnya apa yang akan terjadi? Kalau ngomong itu yang baik-baik saja!" teriaknya.

''Maafin Ibu, Nak! Ibu menyesal ..., Sangat menyesal. Kini kamu harus menderita karena kesalahan Ibu,"

Tubuhku ambruk ke lantai. Ku tutup mulutku dengan tangan agar tak mengeluarkan suara. Aku takut Raffa terbangun mendengar suara tangisanku.

Drrtt drrtt drrtt!

Handphoneku berbunyi sepertinya ada pesan masuk dari aplikasi hijau. Ku buka handphoneku, ternyata pesan dari Mas Irvan.

["Dek, Mas pulang dulu ya nganter Ibu, nanti Mas ke rumah sakit lagi bawain salin buat kamu dan Raffa,"]

Pesan dari mas Irvan hanya kubaca, tidak kubalas. "Bagaimana bisa dia pergi tanpa melihat dulu keadaan anaknya," gumamku.

****

Tok tok tok!

"Assalamualaikum Ibu, ini dengan pasien bernama Raffa?"

"Wa'alaikumsalam Mba, iya benar,"

"Perkenalkan saya suster Ratna, saya suster jaga hari ini. Dek Raffa akan kami bawa ke ruang operasi sekarang ya, Bu,"

"S-sekarang, Mbak? tanyaku gugup.

"Iya, Bu! Dokternya sudah menunggu di ruang operasi. Bukankah lebih cepat lebih baik? Biar Dek Raffa juga cepat pulih, Bu,"

"Tapi, Ayahnya belum datang Mbak,"

"Gak papa ibunya saja yang nunggu. Tadi sudah tanda tangan persetujuan tindakan, kan?"

"Sudah, Mbak," jawabku.

"Ya sudah, Yuk!" Ajaknya.

Jujur saat ini aku sangat takut jantungku berdegup sangat kencang.

Aku mencoba menghubungi nomor telepon mas Irvan tapi gak diangkat.

"Kamu dimana sih Mas, kenapa belum datang juga," rutukku kesal.

Aku mengekor mengikuti para perawat yang membawa Raffa ke ruang operasi.

Dalam hatiku tak henti-hentinya beristighfar.

'Ya Allah, kuatkanlah anaku berikanlah kesembuhan, aku berjanji akan menjaga titipanMu lebih baik lagi, amiinnnn ...."'doaku dalam hati.

Sendiri aku terduduk didepan ruang operasi. Dadaku terasa sesak bagai ditimpa beban yang sangat berat. Seandainya aku bisa memilih, biar aku saja yang menggantikan posisi anakku didalam. Sayangnya itu tidak mungkin terjadi

Aku terus saja bersholawat dalam hati.

Untuk menenangkan pikiranku.

Dari kejauhan tampak mas Irvan berjalan ke arahku.

"Sudah ada kabar, Dek?" tanyanya seraya mendudukkan pantatnya di sebelahku.

"Belum, Mas,"

"Sudah jangan nangis lagi! Kita do'akan saja semoga operasi cepat selesai, Raffa baik-baik saja,"

"Amiiinn ...."

Kami sama-sama terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Sampai akhirnya.

Ceklekk! Pintu ruang operasi terbuka. Aku sama mas Irvan buru-buru mendekat kearah dokter yang keluar dari ruang operasi.

"Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" ucap mas Irvan ketika sudah berhadapan dengan Dokter.

"Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar. Tinggal nunggu Dek Raffa siuman saja,"

"Alhamdulillah ...." ucapku bersamaan dengan Mas Irvan.

"Tolong ya Bu, jadikan pelajaran jangan sekali-kali memberikan makanan pada bayi sebelum usia enam bulan. Lagian kenapa juga buru-buru, 'kan dikasih kesempatan enak gak usah pusing-pusing mikirin anak mau makan apa? Gak usah susah-susah masak cukup susuin aja terus," pesannya.

"Iya, Dok! Makasih, Dok!" jawabku singkat.

"Mari Bu, kami antar ke kamar lagi," ucap suster Ratna.

Kini kami sudah di ruang rawat inap. Aku ikut berbaring di samping Raffa. Dia masih tertidur karna pengaruh obat bius. Ku tatapi wajah polosnya, lagi-lagi air mataku mengalir begitu saja.

"Terimakasih sudah mau berjuang dan bertahan anakku," ucapku sambil kucium pipinya kiri dan kanan, keningnya, hidungnya, dagunya tak ada yang lolos dari ciuman ku. Kupeluk erat tubuhnya.

"Terimakasih ya Allah Engkau masih mempercayakan aku untuk merawatnya." Sujud syukurku kehadirat Allah SWT.

***

Tiga hari sudah Raffa dirawat pasca operasi. Luka bekas operasinya pun sudah mulai mengering. Sekarang dia sudah ceria lagi. Hanya saja masih belum boleh tengkurep. Sebenarnya kasihan apalagi saat ini dia masih senang-senangnya tengkurep tapi mau gimana lagi itu yang terbaik.

Tok tok tok!

Dokter Danu datang melihat keadaan Raffa.

"Dek Raffa gimana kabarnya hari ini?"

"Sudah baikan, Dok," jawabku bersemangat.

"Hari ini Dek Raffa sudah boleh pulang. Di rumah perbannya sering-sering diganti ya, Bu. Lukanya juga dibersihkan biar gak infeksi!"

"Alhamdulillah ... Siap, Dok!" aku sangat bahagia mendengar kabar ini.

Segera aku mengirim pesan ke mas Irvan.

["Mas, Raffa sudah boleh pulang,"] isi pesanku

["Alhamdulillah ..., iya Dek nanti Mas jemput, Mas ijin dulu sama atasan ya,"] balasnya.

Mas Irvan memang cuma dibolehin cuti sehari pas hari Raffa di operasi. Tapi malamnya dia datang.meenemaniku nungguin Raffa di rumah sakit.

****

"Pulang juga kamu anak penyakitan!" Sergah ibu yang berdiri didepan pintu sambil melipat tangan di dada.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kami Yang Kau Buang   bab 56

    "ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang

  • Kami Yang Kau Buang   bab 55

    "Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su

  • Kami Yang Kau Buang   bab 54

    "ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri

  • Kami Yang Kau Buang   bab 53

    "Septia Aprianti bersediakah engkau menikah denganku? Bersediakah engkau Menua bersamaku, mengarungi suka dan duka dalam biduk rumah tangga? Bersediakah engkau kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Danu berucap dengan lantang dan tegas.Semua mata kini tertuju pada Tia. Wanita itu menundukkan wajahnya sejenak lalu mengangkatnya kembali. "Ya, saya bersedia!" jawabnya singkat"Allhamduillah!" Semua orang yang ada di ruangan itu mengucap syukur saat mendengar jawaban dari Tia."Alhamdulillah ya Allah, tinggal selangkah lagi Tia akan menjadi milikku seutuhnya," Danu berucap dalam hati.Matanya berkaca-kaca karena bahagia. Dia tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Tia sudah merubah segalanya dalam hidupnya. Rasa yang dulu dia pikir Hanya sebatas rasa kagum atas perjuangannya kini sudah berubah menjadi cinta."Tia aku berjanji tidak akan ada lagi tangisan kesedihan dalam hidupmu. Yang ada hanyalah tangisan kebahagiaan. Apa yang diperbuat papaku pada aku dan Mama, aku jamin tidak akan terj

  • Kami Yang Kau Buang   Bab 52

    Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert

  • Kami Yang Kau Buang   bab 51

    "Maaf pak dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan testis Bapak mengalami cidera yang membuat terjadinya kerusakan dan malfungsi pada testis Bapak,""Lalu apa yang harus di lakukan, Dok?" Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskannya.Kami harus segera melakukan operasi pengangkatan kedua testis bapak. Untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang berkelanjutan,""A-apa? Pengangkatan testis? Apa itu arti saya tidak akan memilih anak lagi Dok?" Aku sangat terkejut bagaimana bisa seorang laki-laki bisa hidup tanpamu testis."Dengan sangat menyesal saya jawab, iya! Kenapa apa Bapak belum punya anak?""Alhamdulillah sudah, Dok! Satu. Apa tidak ada cara lain, Dok?" Aku sangat berharap masih bisa mempertahankan Karena aku Masih pengen punya anak kelak jika aku kembali bersama Tia."Sayangnya tiga ada, pak! Kerusakannya sudah sangat parah. Jaringan testis bapak sudah mati karena terlambat penanganannya.""Ya Allah, apakah ini karma? Karena aku sudah menyia-nyiakan titipan

  • Kami Yang Kau Buang   bab 50

    "Makasih ya, Mas! Mas sudah melindungi aku sama Raffa. Mas datang di waktu yang tepat," ucap Tia saat mereka sudah berada di dalam mobil. Danu duduk di belakang kemudi sedangkan Tia duduk di sampingnya. Raffa, Danu letakan di car seat tepat di belakang Tia. Car seat ya Ia beli khusus untuk calon anaknya. Ia sudah membayangkan jika nanti mereka menikah. Ia akan membawa Tia dan Raffa jalan-jalan kemana pun yang mereka mau."Iya, sayang! Mulai sekarang kamu gak perlu takut lagi, ada aku yang akan selalu melindungi kalian. Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menangis karena laki-laki itu." Danu menggenggam tangan Tia. ia berharap Tia bisa hidup tenang mulai sekarang."Oh, iya! Sebenarnya, Mas mau membawa kita kemana?" tanya tia karena Danu tidak memberi tahu sebelumnya."Kamu ikut aja, aku mau ngenalin kamu dan Raffa sama seseorang!" Danu menoleh kearah Tia lalu tersenyum. Sesekali ia melihat Raffa lewat kaca spion. Anak itu tengah asyik melihat keluar jendela."Semoga saja kejadian ta

  • Kami Yang Kau Buang   bab 49

    Empat bulan sudah Tia menempati rumah barunya. Rumah dengan empat kamar didalamnya, memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Danu. Jarak rumah ini tidak terlalu jauh dari rumah mantan suaminya, bedanya rumah Irvan masuk gang sedangkan rumah Tia dipinggir jalan. Meski begitu Tia berharap irvan tidak menggangu kehidupannya.Tia setuju membeli rumah itu karena halamannya luas. Letaknya juga strategis diapit dua PT garmen dan dekat dengan sekolah SMA. Sangat cocok dengan bisnis yang Tia jalani.Di depan rumahnya, Tia membangun resto yang menyajikan makanan khas Palembang. Saat ini usaha tia sudah berkembang pesat, ramai pengunjung yang datang silih berganti. Karyawannya saat ini sudah bertambah menjadi sepuluh orang, ia memperkerjakan warga sekitarnya.Tia juga sudah resmi bercerai dengan Irvan dan sudah terlepas dari masa Iddah. Proses perceraiannya Hanya dua Minggu karena pihak Irvan tidak ada yang datang saat persidangan. Ditambah lagi bukti-bukti yang Tia miliki sud

  • Kami Yang Kau Buang   bab 48

    "apa yang kalian lakukan disini? Ayo turun Bapak sama Nak David sudah menunggu sejak tadi!" Bu Anisa memutuskan untuk tidak membahas apa yang dia dengar. Setelah mendengar cerita Danu tidak adil rasanya kalau dia membenci hubungan mereka sedangkan mereka berdua saling mencintai. Tugasnya hanya mengawasi jangan sampai mereka terbuai bujuk rayuan setan. Godaan hawa nafsu tidak pandang usia dan status. Jadi sebagai orang tua dia harus melindungi anaknya apalagi sekarang Tia kembali menjadi tanggung jawabnya.Tia dan Danu berjalan di belakang Bu Anisa. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu. Tia menyerahkan syarat-syarat pengajuan gugatan cerai beserta bukti perselingkuhan Irvan ke david. Video saat Irvan dan Selly memeriksa kandungan pun Tia serahkan juga."Kira-kira memakan waktu berapa lama , Nak David?" tanya bu Anisa. Ketika melihat David menata semua berkas-berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja."Saya perkirakan tidak akan lama, Bu! Bukti-bukti yang kita punya sudah cukup

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status