"ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang
"A-apa, Dok? Pe-pemotongan usus?" tanyaku tak percaya. Betapa terkejutnya aku mendengar Anakku yang baru berusia tiga bulan harus menjalani operasi. Jantungku seketika tak bedegup, tubuhku lemas sepeti tak bertulang. Tak ku sangka MPASI dini yang dilakukan ibu tanpa sepengetahuanku dulu bakal berbuntut panjang. "APA liat-liat? Jangan salahkan saya ya, emang dasar anak kamu saja yang penyakitan!" Ibu melotot saat aku menatapnya. ''Huh, Sabar ..., Sabar ....'' ucapku dalam hati. kalau saja aku tidak mengingat Raffa yang saat ini sangat membutuhkanku ingin rasanya aku membunuh Ibu sekarang juga. Aku berbalik menatap suamiku, dia hanya diam tak bergeming. "Kalau boleh tau, Dek Raffa ini sama siapa saja dirumah?" tanya dokter Danu, nama yang tertera di bajunya. "Sama saya, Dok," "Apa Dek Raffa tidak ASI ekslusif?" "Asi eksklusif, Dok!" jawabku berbohong. "Ibu, jangan bohong kalau ASI eksklusif gak mungkin usus anak Ibu terkena infeksi!" Aku hanya diam dan tertunduk. "Baiklah
Belum sempat Tia mengucapkan salam bahkan kakinya belum menginjak teras rumah. Ibu Sutri sudah berdiri tegak didepan pintu. "Pulang juga, kamu anak penyakitan!" sergahnya sambil melipat kedua tangannya. "Assalamualaikum ...." ucap Tia sambil berlalu pergi tak menghiraukan Ibu Sutri yang mengomel. Hatinya sedang bahagia Raffa sang anak sudah sembuh, Dia tidak mau merusak moodnya dengan pertengkaran. "Hehh! Diajak ngomong malah nyelonong saja. Dasar gak tau diri!!" teriak Ibu Sutri. "Buu, sudah gak usah marah-marah terus nanti darah tingginya kambuh lagi," tegur Irvan. "Istri kamu itu loh Van, gak ada sopan-sopannya sama orang tua. Kamu juga ngapain bela-belain gak masuk kerja buat jemput mereka harusnya kamu biarin saja mereka jadi gembel, dah anaknya yang penyakitan paling bentar lagi juga mati!" "Astaghfirullahhal'azim Ibu! Mereka itu anak dan istri Irvan, Bu! Raffa itu cucu Ibu jug-" "Aku gak punya cucu penyakitan," potong
Braakkkk!!!Tia buka pintu dengan kasar.Matanya melotot melihat Raffa yang ada digendongan sang mertua. Dimulutnya terdapat botol susu yg isinya sudah hampir habis. Air susu itu meleleh kepipi bercampur dengan air mata sang bayi"Raffaaaaa!!! Tia berteriak histeris.Dia berlari sekencang mungkin mengambil Raffa dari gendongan bu Sutri. Tubuh tua itu hampir saja terjengkang karena terdorong, untung saja tidak terjatuh."Raffa ...." Panggilnya lagi ketika bayi itu sudah berada dalam gendongannya. Dirabanya badan sang bayi ternyata sudah basah kuyup terkena air susu.Tubuh Tia langsung merosot kelantai, dibawanya tubuh mungil itu kedalam pelukan. Tangisnya pecah saat itu juga."Arrrgggghhhh!!!" Tia menjerit sekeras-kerasnya. Dia tumpahkan rasa sesak dalam dadanya."APA YANG KALIAN LAKUKAN TERHADAP ANAKKU?? Haahhh!" Bentaknya.Hosshh!! Hosshh!! Hosshh!! Dadanya naik turun menahan emosi.Dia menatap wajah sang suami dan mertua secara bergantian."Apa salahku pada kalian? Kenapa nyawa anak
Tok tok tok! "Assalamualaikum, Bu! Selamat pagi! Bagaimana keadaan Dek Raffa hari ini?" tanya dokter Danu "Waalaikumsalam Dok, untuk diarenya sudah mendingan tapi sesak napasnya belum ada perubahan. Bagaimana hasil laboratorium dan foto Rontgennya Dok," tanya Tia. "Untuk hasil laboratoriumnya, Dek Raffa alergi protein susu sapi dan untuk hasil foto Rontgennya Dek Raffa positif pneumonia, Bu," "Pneumonia?? Penyakit apa Dok? "Pneumonia adalah Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan atau nanah," Jelas Dokter Danu. "Apa penyebabnya, Dok?" "Penyebabnya adalah virus, bakteri atau jamur.kalau Faktor penyebab dari lingkungan adalah perokok pasif,rumah dengan minim ventilasi, rumah penuh sesak dan asap dari bakaran sampah atau kotoran hewan," "Aku jadi teringat Mas Irvan sering sekali merokok didekat Raffa. Kalau saja aku tahu dampak buruknya seperti ini. Ahh, sudahlah menyesal pun sudah terlambat. Kasihan sek
"Rencananya kapan kamu mau melamar selly, Van?" Ibu mendekat saat aku memasang sepatu mau berangkat kerja. "Belum tau Bu, lagian kita juga baru saja jadian masih butuh banyak waktu untuk saling kenal," Ya, aku sekarang lagi dekat dengan seseorang yang bernama selly dia rekan kerjaku. Orangnya cantik modis rambut panjang, kulit putih beda jauh lah sama si Tia yang kucel,bau enggak pernah dandan sama sekali, liatnya saja eneg. Aku sangat bersyukur dia pergi dari rumah membawa Raffa anaknya yang penyakitan itu. Jadi aku gak perlu repot-repot lagi untuk mengusirnya! Lagian Ibu juga enggak pernah suka sama dia. Dari awal aku memang sudah ingin menceraikan Tia cuma aku lagi mikirin cara buat ngambil Raffa darinya. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang buat apa juga aku ngambil Raffa toh anak itu tidak bisa diharapkan, penyakitan hanya merepotkan saja. Sekarang aku sudah punya Selly, dia lebih baik segalanya dibandingkan Ti
"Apa tidak ada cara lain Dok? Kasihan dia msih sangat kecil!" jawab Tia dengan berlinangan air mata. Tia enggak tega jika harus menyiksa anaknya. "Tidak ada Bu! Ya, sudah saya berikan waktu untuk Ibu berfikir sejenak baik buruknya, tapi jangan lama-lama karena kami tidak tahu seberapa lama Dek Raffa akan bertahan,"tegas dokter Ryan "Ba-baiklah Dok saya setuju," dengan sangat terpaksa Tia menyetujuinya "Kalau begitu silahkan tanda tangani surat persetujuan pemasangan alat ventilator!"Tia pun menandatangani surat tersebut."Maafin Ibu ya Nak, Ibu terpaksa biar Raffa cepat sembuh." Tia memeluk tubuh anaknya seakan-akan anak itu akan pergi jauh darinya. Lagi-lagi Tia harus mendengar jeritan kesakitan sang anak saat pemasangan alat ventilator tersebut, Raffa sudah dibius total tapi tubuhnya masih tetap bisa merasakan sakitnya alat itu. Bisa dibayangkan bagaimana jika tidak dibius. Setelah pemasang
"kamu datang, Mas!" Tia langsung berdiri, ada sedikit senyum kebahagiaan tampak di bibirnya. Dia mengira kedatangan sang suami untuk melihat keadaan Raffa, putra mereka."Heh, Kamu jangan bahagia dulu, kami kesini bukan untuk melihat anakmu yang penyakitan itu!" Ibu Sutri berbicara dengan lantang.Mendengar ucapan sang mertua seketika senyum di bibir Tia memudar."Maksud Ibu apa? Tia melihat kearah bu Sutri terus berbalik menatap sang suami."Ini ada apa Mas? kenapa ada koperku disini? Dan siapa wanita ini?" Rona kebingungan nampak jelas diwajahnya."Ibu benar Tia, kami kemari bukan untuk menjenguk Raffa tapi unt ....""Untuk apa Mas?" sahut Tia yang mulai tersulut emosi."Kita kesini untuk mengantarkan ini!" Irvan menyerahkan koper yang tadi dia bawa."Apa ini? Ini maksudnya apa, Mas? "Ini sisa pakaianmu dan Raffa dirumah. Aku ingin kita bercerai!""Be-bercerai? Kamu tidak sedang bercanda kan, Mas?""Aku serius Tia, aku ingin kita bercerai!""Tapi kenapa, Mas? Apa salahku? Apa masi