Share

Konflik Pertemanan

Aku dan Ilham kembali ke kelas dan dosen Ani juga datang ke kelas kami. 

"Semangat belajar, Ilham." Kataku. 

"Kamu juga, Ayuna. Semangat belajar dan terima kasih sudah mendukung saya." Kata Ilham. 

"Kenapa kamu memberi dia semangat, Ayuna? Apa kamu tidak akan memberi aku semangat juga Ayuna?" tanya Daffa. 

"Benar, aku juga ingin kamu memberi semangat kepada aku." Kata Rafael. 

"Aku akan mengucapkan selamat kepada kalian juga. Tapi kalian langsung bertanya kepada aku." Kataku. 

"Benarkah?" tanya Daffa. 

"Semangat belajar Daffa dan Rafael. Kalian pasti akan mendapat nilai yang bagus." Kataku. 

"Terima kasih, Ayuna!" Kata Daffa. 

"Terima kasih, Ayuna!" Kata Rafael. 

"Selamat siang semuanya!" Kata dosen. 

"Selamat siang,  dosen Ani!" Kata semua mahasiswa. 

"Hati ini kita akan membahas masalah ekonomi. Apa ada yang ingin memberi pendapat tentang ini?" tanya dosen. 

"Ada, dosen." Kata mahasiswa. 

"Daffa dan Ilham, kalian maju ke depan dan beri pendapat kalian sendiri." Kata dosen. 

"Jadi itu pendapat menurut saya, dosen Ani." Kata Daffa. 

"Bagus saya menyukai pendapat kamu, Daffa. Tapi saya juga menyukai pendapat Ilham. Dia memberi pendeta dan sepertinya dia sangat memahami arti dari pendapat dia sendiri." Kata dosen. 

"Terima kasih, Dosen Ani!" Kata Ilham. 

Dosen Ani pergi dari kelas kami. 

"Ada yang kalah dari Ilham, tidak akan sangka seorang Daffa bisa dikalahkan oleh Ilham." Kata Rafael. 

"Aku tidak kalah dari dia, aku hanya mengalah saja. Lagipula pendapat yang akan dipilih oleh dosen Ani adalah pendapat yang diucapkan besok. Aku sudah memiliki pendapat terbaik supaya dosen Ani menerima pendapat aku." Kata Daffa. 

"Kamu yakin?" tanya Rafael. 

"Tentu saja, aku akan mengalahkanmu dia." kata Daffa. 

"Ini adalah belajar bukan untuk bersaing." kataku. 

"Tentu saja ini bentuk persaingan, dia selalu kamu bela. Aku harus mengalahkan dia." kata Daffa. 

"Aku juga akan ember pendapat yang bagus supaya aku dapat mengalahkan Daffa dan Ilham." Kata Rafael. 

"Kamu mimpi? Tidak mungkin seorang Rafael mengalahkan Daffa. Nilai kamu saja dibawah rata rata." Kata Daffa. 

"Kamu merendahkan aku! Aku akan buktikan bahwa aku dapat mengalahkan kalian berdua. Lihat saja nanti! Jika Rafael menginginkan sesuatu dia akan memenangkan itu." Kata Rafael. 

"Baik, kita lihat besok pendapat siapa yang akan dipilih." Kata Daffa. 

"Sudah kalian selalu saja meributkan hal yang sepele dan tidak penting." kataku. 

"Ini penting suapay kamu bangga terhadap aku. Aku akan tunjukkan bahwa aku bisa jika aku mau. Aku memang tidak mendapatkan Juara atau nilai yang tinggi tapi saat aku berusaha dan menginginkan itu aku akan mencapainya." Kata Rafael. 

"Baik, aku akan mendukung kamu, Rafael. Jangan menyerah!" Kataku. 

"Apa? Masa hanya Rafael yang didukung aku tidak. Ini tidak adil, Ayuna." Kata Daffa. 

"Baik, aku juga akan mendukung kamu Daffa." kataku. 

"Terima kasih, Ayuna!" kata Rafael. 

"Terima kasih, Ayuna!" Kata Daffa. 

"Baik, aku akan melanjutkan belajar lagi. Kalian juga harus belajar sebentar lagi ada kuis." Kataku.

"Kuis? Pelajaran dosen siapa?" tanya Rafael. 

"Dosen Budi." Jawabku. 

"Dosen Budi! Aku malas kalau pelajaran dia." Kata Daffa. 

"Kenapa?" tanyaku. 

"Karena dia itu selalu cerewet terkadang membicarakan hal yang tidak penting." Kata Daffa.

"Jangan begitu, dosen Budi itu baik sekali. Dia juga selalu menjelaskan kembali terhadap mahasiswa lain." Kataku. 

"Tetap saja dia itu menyebalkan." kataku. 

"Kalian Jangan seperti itu, dosen Budi itu baik orangnya." Kataku. 

Tak lama kami mendengar kabar jika dosen Budi tidak dapat hadir siang ini. Dan karena tidak ada pembelajaran lagi kami dipulangkan.

"Ayo kita pergi ke kafe!" kata Daffa. 

"Ayo, pasti seru ini." Kata Rafael. 

"Benar, sudah lama kita tidak ke kafe tempat biasa kita makan bersama." Kata Vita. 

"Baik, kita pergi sekarang." Kataku. 

"Aku juga diajak?" tanya Ilham. 

"Tentu saja, kamu diajak kalau tidak nanti Ayuna bisa pulang karena akidah ingin ikut juga." kata Rafael. 

"Aku seperti itu karena ingin melihat kalian semua kompak. Kita sudah lama berteman, jangan sampe pertemanan kita hancur." Kataku. 

"Baik, Ayuna." Kata Daffa. 

"Aku ingin makan makanan yang baru. Semua menu makanan sudah aku rasakan." Kata Vita.

"Kita tidak tahu apakah ada menu yang baru? Sudah kita makan saja di sana." kata Rafael. 

Kami sampai di kafe tempat biasa kami makan. 

"Semua terlihat enak makanan di sini." Kataku. 

"Tentu saja, ini tempat kesukaan kita berdua." Kata Rafael. 

"Benarkah? Ini juga tempat kesukaan kami bukan hanya kalian berdua, Rafael." Kata Daffa. 

"Benar Daffa, aku juga suka makan di sini apalagi makan dengan Daffa. Aku seneng sekali." Kata Vita. 

"Aku juga senang, Vita." Kata Ilham. 

"Aku tidak peduli kamu suka atau tidak makan di sini. Yang penting aku dan Daffa makan bersama." Kata Vita. 

"Kamu jangan bicara seperti itu, Vita. Ilham hanya menyampaikan pendapat dia saja. Apa salah dengan itu?" tanyaku. 

"Sudah, kamu selalu saja membela dia." Kata Daffa. 

"Benar, aku tidak suka kamu membela dia." Kata Rafael. 

"Memangnya kenapa? Apa ada yang slama dengan itu?" tanyaku. 

"Tentu saja, aku tidak suka kamu membela Ilham." Kata Rafael. 

"Baik, kita pesan makanan saja. Aku sudah lapar." Kata Vito. 

Kami memesan makanan dan langsung memakan itu. 

"Enak sekali makanan ini." kata Vita. 

"Benar, aku juga sangat suka." kataku. 

"Kakak suka? Pesan lagi saja." kataDaffa. 

"Biar aku yang bayar." kata Rafael. 

"Tidak perlu aku saja yang membayar semua makanan ini." Kata Daffa. 

"Sudah kalian makan saja, jangan ribut lagi." Kataku. 

"Baik, Ayuna." kata Rafael. 

"Ini enak, bukan?" tanya Ilham sambil melihat ke arah Vita. 

Vita langsung memarahi Ilham karena terus melihat dia. 

"Kenapa kamu melihat ke arahku?" tanya Vita sambil terlihat kesal.

"Tidak, maaf jika aku mengganggu kamu." kata Ilham. 

"Tidak apa apa, Ilham. Kamu jangan marah terhadap Ilham, Vita." kataku. 

"Terserah aku saja, aku tidak suka dia melihat ke arah aku terus. Itu sangat mengganggu aku." Kata Vita. 

"Sudah, Ayuna." kata Ilham. 

"Kamu menyebalkan juga, Ilham. Membuat mereka berdua bertengkar." kata Daffa. 

"Benar, itu membuat kami kesal." kata Rafael. 

"Maaf jika aku merusak suasana makan kita semua." kata Ilham. 

"Tidak apa apa, kamu tidak salah apa pun." kataku. 

"Kamu selaku saja bersikap seperti itu kepada Ilham. Kalau kamu terlalu baik kepada dia nanti dia dapat jatuh cinta kepada kamu, Ayuna." Kata Daffa. 

"Tidak mungkin! Ilham mencintai orang lain dan aku juga tidak menyukai siapa pun." kataku. 

"Memangnya kamu tidak menyukai aku?" tanya Rafael. 

"Tentu saja tidak, dia menyukai aku. Benar, bukan Ayuna?" tanya Daffa. 

"Hentikan kalian berdua! Aku dengar nanti tugas terakhir dari dosen Budi adalah meneliti tempat yang jauh dari kota. Katanya kita akan pergi ke sebuah perkampungan yang sangat jauh dan misterius." Kataku. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status