Share

Pergi Ke Kampus Bersama

"Perkampungan apa?" tanya Rafael. 

"Aku juga belum tahu apa namanya tapi kampung itu belum pernah kita datangi karena dosen Budi bilang itu banyak misteri yang harus dipecahkan." Jawabku. 

Aku dan mereka pergi dari kafe itu. Kami pulang bersama. Saat pagi hari temanku semua sudah berada di depan rumah aku. Mereka sudah menunggu dan ingin pergi bersama dengan aku. 

"Kalian semua ada di sini?" tanyaku. 

"Benar, kami ingin menunggu kamu dan ingin pergi ke kampus bersama.  Apa kau sudah siap?" tanya Rafael. 

"Sudah, ayo kita pergi nanti kita terlambat kalau lama." Kataku.

"Ayo kita pergi sekarang!" Kata Daffa. 

"Bagaimanamana kemarin kamu senang tidak makan dengan kami semua?" tanya Rafael. 

"Senang sekali, terima kasih sudah menegakkan aku pergi ke sana." Kataku. 

"Tidak masalah, justru kami sangat senang kamu bisa bergabung karena sekarang kamu selalu sibuk di rumah dan tidak bisa diajak ke luar. Apa yang kamu lakukan, Ayuna?" tanya Daffa. 

"Aku sedang orang tua aku, mereka sedang mulai usaha yang baru jadi aku ikut menangani juga. Supaya tau saja bagaimana rasanya." Jawabku. 

"Begitu, aku pikir kamu tidak ingin sering berkumpul dengan kami." kata Rafael. 

"Tidak mungkin itu, aku senang dengan kalian semua." Kataku.

"Benarkah?" tanya Daffa. 

"Tentu saja, kenapa kalian berpikir seperti itu?" tanyaku. 

"Tidak, hanya saja kami selalu kesepian saat kamu tidak ikut bergabung dengan kami. Itu saja." Kata Rafael. 

"Kalian bisa saja, tidak mungkin kesepian karena kita selalu bertemu setiap hari di kampus. Ayo kita ke rumah Vita dan Ilham!" Kataku. 

"Ayo!" Kata Daffa sambil tidak semamgat.

"Kenapa tidak semangat?" tanyaku. 

"Tidak apa apa, hanya saja.." Kata Rafael. 

"Hanya saja apa?" tanyaku.

"Tidak ada, ayo kita ke rumah mereka berdua!" Kata Rafael. 

"Benar, nanti mereka pergi kalau kita lama sampai di sana." kata Daffa. 

"Benar,  kalian berdua." Kataku.

Kami pergi ke rumah Vita.

"Ayo kita pergi ke kampus, Vita!" Kataku.

"Ayo, aku senang sekali kamu mengantar aku ke kampus. Daffa, apa kamu sudah sarapan?" tanya Vita. 

"Sudah." Jawab Daffa sambil tidak semangat. 

"Aku juga sudah tapi kalau kamu belum sarapan. Aku kena mengajak kamu sarapan bersama di kantin kampus." Kata Vita. 

"Tidak perlu, aku sudah kenyang." Kata Daffa. 

Kami pergi ke rumah Ilham. 

"Ilham, ayo kita pergi ke kampus!" Kataku. 

"Ayo, Ayuna." kata Ilham. 

"Cepat masuk, jangan lama." Akta Rafael. 

"Baik, Rafael." Kata Ilham. 

"Kenapa kamu begitu?" tanyaku. 

"Tidak apa apa, aku hanya takut terlambat saja ini sudah hampir jam 10." Kata Rafael. 

"Benar Ayuna, kita nanti terlambat." Kata Daffa. 

"Begitu, ayo kita jalan ke ke kampus. Semua sudah ada di mobil, bukan?" tanyaku. 

"Benar Ayuna, Ayo kita pergi!" Kata Rafael. 

"Terima kasih sudah membawa aku juga, Rafael." kata Ilham. 

"Tenang saja, tidak masalah." Kata rafael

Kami pergi ke kampus dengan cepat dan saat perjalanan kami melihat ada basuh. Dan baru itu menghampiri mobil Rafael. 

"Aku takut sekali dengan badan." Kata Vita. 

"Apa kamu sangat takut? Tenaga Vita, aku ada di sini." kata Ilham.

"Kenapa kamu ikut campur saja? Aku ingin berpegangan dengan Daffa. Aku takut sekali, Daffa." kata Vita memegang tangan Daffa. 

"Kamu kenapa, Vita? Lepas tangan aku! Kamu terlalu berlebihan, tahu tidak?" tanya Daffa sambil melepaskan tangan Vita. 

"Kenapa aku tidak boleh megang tangan kamu, Daffa?" tanya Vita.

"Tentu saja, aku tidak suka kamu selalu pegang tangan aku saja. Ini sungguh mengganggu aku. Kamu sedikit jauh dari aku." Kata Daffa. 

"Apa ini sangat mengganggu kamu, Daffa?" tanya Vita. 

"Tentu saja, aku tidak nyaman. Lebih baik kamu pegang tangan Ilham saja. Sepertinya dia sangat menginginkan itu." Kata Daffa. 

"Tidak perlu nanti kamu tidak nyaman dengan itu." Kata Ilham. 

"Tentu saja, kamu pikir kau ingin memegang tangan kamu?" tanya Vita. 

"Aku mengerti, Vita." Kata Ilham. 

"Jangan begitu, Vita. Kasihan ilham dia hanya ingin supaya kamu tidak takut itu saja." Kataku. 

"Tidak perlu lebih baik aku tidak pegang tangan siapa pun." Kata Vita. 

Di perjalanan kami terkena lampu merah. 

"Ini sudah jam 10 dan kita terkena lampu merah. Ini sungguh menyebalkan sekali. Pasti kita akan terlambat sampai di kampus." Kata Rafael. 

"Benar, Kita pasti akan dihukum oleh dosen Budi ini." Kata Daffa. 

"Kita tunggu saja dan saat lampu menyala kita langsung cepat pergi." Kataku. 

Lalu, kami melakukan perjalanan kembali dan sampai di kampus. Ternyata kami sudah terlambat dan dosen Budi sudah berada di kelas. Dia langsung memarahi kami. 

"Kenapa kalian terlambat? Ini sudah lebih dari jam 10. Saya tidak suka dengan mahasiswa yang suka terlambat. Itu membuat saya tidak nyaman. Kalau saya hukum membersihkan ruangan yang kosong. Sekarang juga!" Kata dosen. 

"Baik, pak Budi." Kata Daffa. 

Kami pergi ke ruangan kosong itu dan di sana sangat kotor. Kami langsung membersihkan ruangan itu. 

"Kotor sekali ini." Kata Vita. 

"Kalau kamu tidak ingin terkena kotor, kamu di luar saja biar aku yang membersihkan ini semua." Kata Ilham. 

"Kamu serius, Ilham?" tanya Vita. 

"Tentu saja, kamu bisa ke luar." Kata Ilham. 

Aku melihat bahwa Ilham sangat menyukai Vita. Bahkan dia menyuruh Vita ke luar supaya dia tidak terkena kotor. Lalu, Daffa dan Rafael melakukan hal yang sama. 

"Kamu juga ke luar saja, Ayuna. Biar kita yang membersihkan ini semua. Kamu di sana saja." Kata Daffa. 

"Benar nanti kamu terkena debu ini sangat membuat kamu sesak kalau tercium." Kata Rafael. 

"Baik, terima kasih kalian berdua sungguh baik terhadap aku." Kataku. 

"Tentu saja, apa pun untuk kamu Ayuna." Kata Rafael. 

"Tidak masalah, Ayuna." Kata Daffa. 

"Kalau begitu aku di luar kalau kalian butuh sesuatu bisa panggil aku saja." Kataku. 

"Baik, kami akan melakukan itu." Kata Daffa. 

"Ayuna, kamu kalau tersenyum cantik sekali tahu." Kata Rafael. 

"Bisa saja kamu, Rafael." kataku sambil tersenyum. 

"Benar kata aku juga." kata Rafael sambil tersenyum. 

"Sudah, nanti kita tidak selesai juga karena terluka banyak bicara." Kataku. 

"Baik, Ayuna." Kata Daffa. 

Setelah selesai membersihkan ruangan itu, kami langsung pergi.

"Aku haus sekali, Ayuna." Kata Rafael. 

"Aku juga, Ayuna." Kata Daffa. 

"Baik, aku akan membelikan kalian minuman yang enak." Kataku. 

"Asik, terima kasih Ayuna." Kata Rafael. 

"Apa kamu juga ingin minuman, Ilham?" tanyaku. 

"Boleh kalau kamu menawarkan aku." Kata Ilham. 

"Tentu saja aku ini sedang menawarkan kamu minuman. Jadi aku akan memberikannya." Kataku. 

"Terima Kasih, Ayuna!" Kata Ilham. 

"Tidak masalah, aku sangat melakukan ini." Kataku. 

Aku membeli minuman untuk mereka bertiga. Lalu, aku kembali ke tempat mereka. 

"Ini minuman untuk kaliam semua. Ini juga untuk kamu, Vita." kataku sambil memberi mereka minuman. 

"Terima kasih, Ayuna!" kata Daffa. 

"Terima kasih, Ayuna!" kata Rafael. 

"Terima kasih, Ayuna!" kata Vita dan Ilham. 

"Sama sama, aku juga membeli untuk aku sendiri. Kita minum di sana saja." kataku. 

"Benar, kita minum sambil duduk." Kata Daffa. 

"Ini segar sekali." Kata Ilham. 

"Menyebalkan sekali dosen Budi itu, masa menyuruh kita membersihkan ruangan yang tidak terpakai. Ini sangat aneh sekali." Kata Rafael. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status