Semua warga kampung ini dan semua teman aku menuruti perkataan Nyai Sri. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mencegah mereka semua. Lalu, Vita mendadak menyerang aku. Aku menahan dia sebab aku tidak ingin melukai dia.
"Kendalikan diri kamu, Vita. Sadar! Ini aku Ayuna, teman kamu." kataku sambil menahan tangan Vita.
"Lepaskan!" teriak Vita.
"Tidak akan!" Kataku.
"Lepaskan! Kamu berada berada di hati Daffa. Aku tidak akan membiarkan kamu hidup. Kamu selalu menjadi penghalang untuk hubungan aku dan Daffa." Kata Vita.
"Apa? Ini masalah Daffa lagi!" Kataku.
"Bagaimana anak pembawa perdamaian? Bagaimana rasanya saat sahabat kamu sendiri menginginkan kematian kamu." Kata Nyai Sri.
"Saya yakin ini bukan keinginan Vita. Ini pasti dikendalikan oleh anda, Nyai Sri. Saya tidak akan mati begitu juga semua teman saya. Kami akan kembali ke tempat kami berasal. Apa salah saya?" tanyaku.
<Saat itu, aku tahu alasan aku tidak ingin datang ke sini. Dan alasan aku mendadak meneteskan air mata sebab aku akan kehilangan orang yang aku cintai. Rasanya sangat sakit dan pedih sekali. Andai waktu bisa aku putar kembali. Aku akan menahan inilah semua supaya tidak terjadi. Aku sangat menyesal datang kemari. Aku hanya bisa menangis melihat Rafael menutup mata di sisi aku. Aku takut ini adalah kenyataan. Sampai aku tidak dapat berhenti meneteskan air mata. Lalu Nyai Sri bertanya kepada aku."Kenapa? Apa ini terlalu sakit untuk kamu? Ini tidak seberapa dengan apa yang aku rasakan?" tanya Nyai Sri sambil tersenyum."Kenapa? Apa salah aku?" tanyaku."Tidak ada." Jawab Nyai Sri.Lalu, semua teman aku tersadar juga."Rafael!" Kata Daffa sambil terkejut."Rafael! Kenapa?" tanya Vita sambil merasa heran."Rafael, ada apa ini?" tanya Ilham sambil terkejut."Kalian sudah sadar juga tapi
Sampai di kampus, aku sudah ditunggu oleh Daffa, Rafael, Vita dan Ilham. Mereka adalah teman aku sejak saat SMA. Kami sudah bersahabat sangat dekat. Dan aku juga tidak menyangka akan satu universitas dengan mereka berempat."Ayuna!" Teriak Daffa."Daffa." kataku sambil menghampiri Daffa."Kenapa kamu terlambat datang? Semua orang sudah berada di kelas." Kata Daffa."Tadi aku terlambat bangun dan mengalami macet saat di perjalanan." Kataku."Begitu, aku sudah menduga itu." Kata Daffa."Ayo kita masuk ke kelas." Kataku.Aku dan Daffa masuk ke kelas. Semua mahasiswi melihat ke arahku. Mereka pasti tidak suka aku berada didekat Daffa. Ada dua mahasiswa yang membicarakan sebuah kampung."Kamu tahu tidak ada sebuah kampung yang menakutkan dan berisi banyak keanehan yang terjadi. Di sana ada air putih menjadi merah seperti darah dan makanan juga berubah menjadi ulat bulu dan kaki seribu.
Aku dan Ilham kembali ke kelas dan dosen Ani juga datang ke kelas kami."Semangat belajar, Ilham." Kataku."Kamu juga, Ayuna. Semangat belajar dan terima kasih sudah mendukung saya." Kata Ilham."Kenapa kamu memberi dia semangat, Ayuna? Apa kamu tidak akan memberi aku semangat juga Ayuna?" tanya Daffa."Benar, aku juga ingin kamu memberi semangat kepada aku." Kata Rafael."Aku akan mengucapkan selamat kepada kalian juga. Tapi kalian langsung bertanya kepada aku." Kataku."Benarkah?" tanya Daffa."Semangat belajar Daffa dan Rafael. Kalian pasti akan mendapat nilai yang bagus." Kataku."Terima kasih, Ayuna!" Kata Daffa."Terima kasih, Ayuna!" Kata Rafael."Selamat siang semuanya!" Kata dosen."Selamat siang, dosen Ani!" Kata semua mahasiswa."Hati ini kita akan membahas masalah ekonomi. Apa ada yang ingin memberi pendapat ten
"Perkampungan apa?" tanya Rafael."Aku juga belum tahu apa namanya tapi kampung itu belum pernah kita datangi karena dosen Budi bilang itu banyak misteri yang harus dipecahkan." Jawabku.Aku dan mereka pergi dari kafe itu. Kami pulang bersama. Saat pagi hari temanku semua sudah berada di depan rumah aku. Mereka sudah menunggu dan ingin pergi bersama dengan aku."Kalian semua ada di sini?" tanyaku."Benar, kami ingin menunggu kamu dan ingin pergi ke kampus bersama. Apa kau sudah siap?" tanya Rafael."Sudah, ayo kita pergi nanti kita terlambat kalau lama." Kataku."Ayo kita pergi sekarang!" Kata Daffa."Bagaimanamana kemarin kamu senang tidak makan dengan kami semua?" tanya Rafael."Senang sekali, terima kasih sudah menegakkan aku pergi ke sana." Kataku."Tidak masalah, justru kami sangat senang kamu bisa bergabung karena sekarang kamu selalu sibuk di rumah dan tidak bi
"Kita masuk ke kelas sekarang juga." kataku."Baik, nanti dosen Budi bertanya lagi kepada kita." kata Rafael."Benar, sekali." acara Daffa."Vita, kita masuk ke kelas." Kata Ilham."Baik, aku ingin duduk." Kata Vita sambil terdengar lelah."Kenapa kamu seperti sehat lelah? Dari tadi aku, Rafael, dan Ilham yang membersihkan ruangan itu." Kata Daffa."Aku lelah karena aku tidak memakai baju yang terbaik." kata Vita sambil cemberut."Baju saja jadi masalah?" tanya Rafael."Tentu saja, aku itu sangat mengikuti tren masa kini. Jadi, tidak boleh ada yang menyaingi aku." Kata Vita."Berasa paling sempurna sekali padahal tidak terlalu bagus yang kamu pakai." Kata Rafael."Tentu saja bagus, kamu tidak tahu saja apa yang bagus saat ini." Kata Vita."Benarkah?" tanya Rafael."Tentu saja." Jawab Vita."Sudah, ayo kita masuk ke k
Mahasiswa informasi yang sudah menumpahkan minuman kepada baju Vita. Vita langsung memarahiku dia. Dan dia meminta maaf kepada Vita. "Sudah Vita aku memiliki baju ganti, kamu bisa memakai baju milik aku." kataku. "Bagus kalau begitu." Kata Vita. Aku mengambil baju ke tempat loker dan membawa kembali ke toilet. Vita ingin memakai baju aku. Dia berpikir dari pada memaksa baju basah lebih baik memakai pakaian aku. "Bagus juga pakaian kamu, Ayuna. Meski tidak semarak pakaian aku. Tapi terima kasih." kata Vita. "Tentu saja, aku seneng kamu ingin memakai baju aku." Kataku. "Dari pada pakai baju yang basah lebih baik pakai baju kamu, Ayuna." Kata Vita. "Ayo kita kembali ke kantin." Kataku. "Baik." kata Vita. Aku dan Vita kembali ke kantin dan aku mendengar Daffa dan Rafael sesang ribut lagi. Mereka bersaing tentang pelajaran dosen Ani. Mereka berpikir pendapat
Kami pergi ke mall dan bersenang bersama. Memainkan banyak permainan sampai puas. "Bagaimana dengan permainan ini? Apa kamu ingin bermain ini?" tanya Daffa. "Aku ingin mencobanya." kata Vita. "Aku tidak bertanya kepada kamu, aku bertanya kepada Ayuna. Kamu ingin, bukan?" tanya Daffa. "Aku.." kataku. "Udah kamu main permainan itu saja dengan aku?" tanya Rafael. Aku bingung ingin bermain apa karena adanya dan Rafael menawarkan permainan yang berbeda. Tapi aku tidak ingin membuat Vita marah kepada aku. Lebih baik aku bermain dengan Rafael. "Aku bermain permainan ini dengan kamu, Rafael." Kataku. "Kamu bermain dengan aku? Aku seneng sekali, ayo kita main." Kata Rafael. "Benar, ayo." Kataku. "Kenapa kamu tidak ingin bermain dengan aku? Ini permainan kesukaan kamu." Kata Daffa. "Aku sedang ingin bermain itu. Maaf nanti saja setelah aku selesai berma
"Ayo kita pergi sekarang kalau begitu." kataku. Kami makan roti kurus spesial itu. "Benar kata kalau berdua, ini sangat enak. Aku suka sekali." kataku. "Apa aku bilang ini sangat enak, karena jarang yang memasak ini dengan saus yang berbeda." kata Rafael. "Benar, saus ini berbeda pasti ini rahasia dari enak makanan ini." kataku. "Benar sekali, kalau kamu suka kamu dapat memesan lagi. Apa kamu ingin memesan lagi, Vita?" tanya Ilham. "Tidak perlu, nanti aku bisa gendut jika makan dengan porsi yang banyak." kata Vita. "Tidak akan secepat itu, masa makan roti dua saja langsung gendut. Itu tidak masuk akal." kataku. "Tentu saja benar, itu karbohidrat jadi kita tidak boleh makan terlalu banyak." kata Vita. "Kamu benar, Vita. Kalau begitu biar kau saja yang memakan roti ini. Apa boleh?" tanyaku. "Tentu saja, kamu suka sekali Ayuna." Kata Rafael.