Pagi harinya, Yuna sudah menunggu yang lainnya, di depan rumahnya. Tidak lama kemudian, Erika dan Leon datang bersamaan. Erika dan Leon turun dari kereta kuda mereka masing-masing.
"Yuna!" seru Erika. Erika menggunakan gaun berwarna merah dengan pita berwarna hitam yang diikat di pinggangnya. Dia juga menggunakan sepatu berwarna hitam.
"Kamu sudah siap, Yuna?" tanya Leon. Sementara itu, Leon menggunakan kemeja berwarna putih dan dilapisi dengan jas berwarna hitam. Dan Leon menggunakan sepatu kulit berwarna coklat.
"Wah! Kalian semua bergaya sekali! Aku sampai pangling. Sekarang kita hanya perlu menunggu, Alex,"
Tepat setelah Yuna berkata, Alex tiga dengan kereta kudanya. Alex pun turun dengan gagahnya. Yuna yang melihat Alex, sampai tercengang melihat penampilan, Alex.
Alex menata rambutnya ke arah belakang. Dia menggunakan kemeja berwarna hitam dan dilapisi oleh jubah pendek ber
"Oh iya, benar juga. Aku dari kemarin penasaran, siapa sebenarnya pasangan yang berdansa denganmu di lukisan itu?" tanya Lira.Waduh, gimana nih? Aku harap Alex bisa menemukan alasan bagus untuk ini. Yuna cemas."Siapa kau yang berhak bertanya seperti itu, ha?" ujar kesal Alex dengan sorot mata yang tajam."Ma-maaf." Lira langsung menundukkan wajahnya.Huh ... Baguslah. Yuna lega."Haha, maafkan Alex ya. Dia hanya merasa gugup saja berada di sini. Alex sebenarnya ingin berteman dengan kalian semua," ujar Yuna asal.Alex langsung melihat Yuna. "Hoi, apa yang kamu katakan? cerita bohong dari mana itu?" Alex lalu melihat ke arah yang lain, dan terlihat di wajah mereka yang bingung, terkejut, dan seperti sangat berharap untuk bisa berteman dengan Alex."Ukh..." Alex memilih diam saja.Lalu Lira berdiri dan mendekati Alex. Lir
Lalu waktu berlalu begitu saja. Kelompok perempuan membicarakan banyak hal tentang dunia kecantikan, sedang kelompok laki-laki yang tadi berlomba. Pertandingan berhasil dimenangkan oleh tim Leon. Tentu saja Alex merasa kesal karena kekalahannya tersebut. Leon tertawa dan merasa sangat bangga di dalam hatinya.Karena sudah sore hari, akhirnya mereka semua bersiap untuk pulang. Kereta kuda milik keluarga Yuna sudah menunggu di depan gerbang. Yuna dan yang lainnya masuk satu persatu ke dalam kereta. Dan perjalanan yang cukup panjang, pada akhirnya mereka sampai di rumah. Erika dan Leon langsung bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing."Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya, Yuna," ujar Erika."Iya, kalau ada waktu, mari kita pergi bersama lagi," ujar Yuna."Siap." ujar Erika."Aku juga undur diri dulu, Yuna. Oh iya, bagaimana perasaanmu Alex setelah kalah tadi?" ujar Le
Keesokkan harinya pada pagi hari. Karena Yuna kemarin mengatakan bahwa dia akan menjemput Alex. Maka dia pun bangun lebih awal. Yuna langsung bersiap dan mengecek persiapan sekolahnya berkali-kali agar tidak ada yang tertinggal.Setelah semua selesai, Yuna langsung pergi menuju rumah Alex. Saat dia sampai di rumahnya. Tanpa basa-basi, Yuna langsung masuk ke dalam rumah. Karena pengawal dan orang rumah di rumah Alex sudah biasa dengan kehadiran Yuna. Mereka pun memaklumi hal itu.Sebelum pergi menemui Alex, Yuna terlebih dahulu pergi menemui ayah dan ibu Alex di ruangan kerja.Tok-tok. Yuna mengetuk pintu."Siapa?" tanya ayah Alex mendengar ketukan pintu."Ini aku, Yuna," jawab Yuna."Oh Yuna. Silahkan masuk, nak," ujar ayah Yuna.Yuna pun membuka pintu. "Permisi,""Ada apa kamu ke sini, Yuna?" tanya ibu Alex."Oh itu, kema
Selagi Yuna melihat-lihat gambar milik Alex. Ia berkomentar "Wah ini sih gambarnya terlihat seperti gambaran anak tk." Yuna yang fokus melihat gambar, tiba-tiba merasa ada hawa dingin di belakangnya. Dengan cahaya ruangan yang redup membuat detak jantung Yuna tidak karuan."Kok rasanya di sini ... Agak seram, ya?" ujar Yuna.lalu tiba-tiba ada yang memegang pundak Yuna dan berkata "Apanya yang seram?" tanya orang itu."Gyaaah!" Plaak! Yuna yang terkejut, refleks menampar orang itu hingga orang itu terhempas."Hah-hah ... Siapa itu?" Yuna pun melihat orang itu dan dia sadar bahwa itu adalah Alex."Aduh, sakitnya." Alex memegang pipinya yang sakit."Hah, kamu ini bikin terkejut saja Alex. Lain kali bersuaralah kalau di dekatku," ujar Yuna yang lega."Itu yang kamu katakan setelah menamparku dengan keras? Memang teman yang tidak punya hati,"
"Kamu sudah sejak kapan berada di sini?" tanya Alex dengan pandangan yang tajam menatap Sora."Em ... A-aku baru saja di sini beberapa menit yang lalu," jawab Sora dengan rasa cemas di hatinya."Begitu ya. Maaf aku seenaknya berada di sini," ujar Alex."I-iya," jawab Sora.Eh? Apa yang terjadi? Kenapa dia sopan begini? Kemarin saja dia seperti akan membunuhku, namun sekarang dia baik seperti ini. Aku jadi bingung. ujar batin Sora.Yuna mendekati Sora. "Kamu pasti ingin tahu apa yang terjadi kan?" tanya Yuna. Sora pun mengangguk."Jadi sebenarnya ...." Yuna menjelaskan apa yang terjadi kepada Alex dengan berbisik agar menghilangkan kebingungan Sora."Hooo, aku paham sekarang," ujar Sora."Hei apakah kalian sudah selesai berbisik-bisik nya?" tanya kesal Alex."Haha iya sudah. Hm ... Kamu ada perlu apa ke sini, Alex?
"Tunggu-tunggu. Maksudnya ini gimana?" tanya Erika kebingungan."Mereka terkejutnya bersamaan, ya," ujar Sora."Reaksi yang normal. Jadi begini ...." Yuna pun kembali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi panjang lebar kepada mereka berdua."Begitu ya ... Lalu bagaimana kemampuannya? Pasti gambarnya bagus kan, ya?" tanya Erika."Pastinya baguslah. Kan dia murid terpintar di sekolah ini," ujar Leon dengan yakinnya."Hm ... Lebih baik kalian melihat sendiri hasilnya," Yuna mengambil kertas gambarnya dan memberikan kepada Erika. Leon pun ikut melihat.Mereka memperhatikan dengan seksama dengan mata yang terbuka lebar. "Ini gambar adik kecilmu, Yuna?" tanya Erika."Mana mungkin aku kan tidak punya adik. Itu gambarnya anak ini." ujar Yuna sambil menunjuk Alex."Buh-hwaahaha!" Erika dan Leon tertawa lepas.
Alex dan Leon saling mendominasi satu sama lain dalam pertandingan. "Mereka semua kurang kerjaan ya? Sampai berkerumun seperti ini," ujar heran Erika."Tidak ini wajar. Karena kan kita jarang melihat pertandingan antara Leon dan Alex. Biasanya kan hanya saat pelajaran olahraga," ujar Yuna."Pertandingan mereka seru sih, tapi ... Alex pandangannya seperti orang yang ingin menghancurkan," ujar Erika.Setiap Alex mendapatkan bola dan mengendalikannya. Ia menendang bola dengan sekuat tenaga. Bola pun melesat dengan kecepatan tinggi. Seakan sengaja supaya dapat mengenai lawan sambil mengincar Goal.Leon bahkan kewalahan untuk menghindari dan menghadang bola agar tidak masuk gawang milik timnya."Woi kamu gila ya, Alex!" ujar Leon."Aku masih waras. Ayo kita lanjutkan mainannya." mereka pun melanjutkan permainan.Sejauh ini pertandingan masih s
"Baru saja beberapa hari yang lalu, kamu setuju untuk berubah. Namun kenapa besoknya kamu bisa berubah begitu drastis. Seakan kamu itu orang yang berbeda?" tanya Yuna serius. "Ah itu ya. Jadi sederhananya gini. Aku hanya memasang topeng sambil menahan amarah dalam hatiku," ujar Alex. "Ha? Tunggu sebentar. Jadi maksudmu beberapa hari ini kamu pura-pura menjadi ramah?" ujar Yuna. "Begitulah. Karena tidak mungkin seseorang dapat berubah dengan drastis dalam sehari. Aku pun berpikir dengan cara ini mungkin aku akan terbiasa untuk baik kepada orang lain," jawab Alex. Yuna heran sambil menatap Alex. "Kamu memang orang yang sulit kutebak jalan pikirannya," ujar Yuna. "Terima kasih atas pujiannya," ujar Alex tersanjung. Dan akhirnya mereka sampai di kelas. Yuna dan Alex pun duduk menunggu wali kelas mereka masuk. "Baiklah semuanya,