Kemudian setelah beberapa saat. Mereka berdua sudah hampir mencapai ke sembilan puluh sembilan kalinya percobaan.Sementara itu Leon sudah muak dan jenuh terus-terusan kalah dan hanya menang beberapa kali saja."Waw ini sudah yang ke yang sembilan puluh sembilan kalinya loh, Leon. Apakah kau tidak bosan? Aku saja sampai mengantuk menunggu ini selesai. Kenapa tidak menyerah saja sih? Toh kamu hanya beberapa kali menang saja kan?" tanya penjaga kios."Sudah diamlah. Apakah kau mau kupukul?" tanya Leon."Oh enggak-enggak bang. Santai ya." jawab penjaga kios.Sembari Leon memasukkan pelurunya ke dalam pistol. Tiba-tiba saja dia melihat ada sebuah boneka kecil berbentuk kucing dan dia teringat dengan Erika yang sangat suka dengan kucing.Dari pada aku gak dapat hadiah. Aku coba incar boneka kucing itu deh. Pokoknya aku harus bisa dapat. pikir Leon."Hei bung. Jika kali ini aku bisa berhasil menembak. Maka aku mau hadiah boneka kucing yang ada di sana jadi milikku ya," ujar Leon sambil menu
Karena mereka berdua sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya mereka berdua pun walau merasa ketakutan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.Saat membeli tiket dan berdiri depan pintu saja mereka sudah merinding. Sambil menunggu antrian masuk. Mereka mendengar suara jeritan dan teriakan dari dalam ruangan. Serta suara-suara yang menyeramkan.Hal itu membuat Leon dan Erika semakin gemetar dan berkeringat dingin. Leon yang menyadari kalau Erika berkeringat langsung menyindirnya."Ih kamu kok keringetan begitu? Itu keringat dingin ya? Pasti kamu ketakutan kan?" tanya Leon."Enak aja kamu ya. Ini mah karena aku habis main tadi. Kamu sendiri tuh liat. Keringat banyak banget lagi. Mana bau lagi," jawab Erika."Eh enak aja mulutmu ya. Gini-gini aku masih harum ya." ujar Leon."Heleh." ujar Erika."Hiaah! Aku tidak sanggup lagi! Aku takut!" di tengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja ada seseorang yang lari terbirit-birit ke luar dari pintu masuk sambil menangis karena ketakutan.Leon
Revisi (18-09-2021) Di sekolah yang dipenuhi oleh para bangsawan dan warga terpilih, mereka semua sedang dalam waktu makan siang. Lalu ketika Alex ke luar dari kelas, Lira menghampirinya. "Permisi Alex, ada yang ingin aku bicarakan," Lira terlihat gugup. "Apa kamu tidak tahu ini sedang jam makan siang, bisakah kamu tidak menggangguku?" Alex risih. Yuna yang baru saja ke luar dari kelas dan mendengar percakapan mereka, Yuna pun marah kepada Alex. Yuna menghampiri Alex. "Alex kenapa kamu berbicara dingin begitu? Dia kan hanya ingin mengajakmu berbicara," Yuna mencubit pipi Alex. Alex menepis tangan Yuna. "Hei lepaskan, itu sakit. Hanya berbicara sajakan, baiklah akan aku layani di
Revisi (21-09-2021) Mereka pun sampai di kelas. Teman Yuna, Erika langsung menghampirinya. "Yuna!" Erika memeluk Yuna. "Kamu dari mana saja aku kesepian," ujar Erika. "Erika kamu ini terlalu berlebihan deh," ujar Yuna. "Iya, kamu tidak ada selama istirahat makan siang ini. Aku kan jadi.." Erika melirik ke samping, dan melihat wajah dingin Alex yang menatap dingin ke arahnya. Membuat Erika menjadi gugup. "Hm maksudku... Haha lupakan, oh iya Yuna, besok kamu ingin ke ibu kota tidak?" tanya Erika. Alex kembali duduk di bangkunya. "Iya aku ingin ke sana besok. Memangnya kenapa?" tanya Yuna. "Pasti pergi berdua sama Alex ya?" bisik Erika. "Tahu dari mana kamu?... Jangan kamu menguping ya?" bisik Yuna. "Mana mungkin aku menguping. Besok itu aku rencananya ingin pergi ke ibu kota untuk membeli kue pai baru di toko kue yang baru," ujar Erika. "Terus masalahnya? Apa?" Yuna heran. "Seandainya nih ya, aku bertemu d
Revisi (23-09-2021) Yuna heran, kenapa Alex malah ikut pulang bersamanya. "Hei Alex," Yuna menegur. "Apa?" jawab Alex. "Kenapa kamu malah ikut pulang bersamaku ke rumahku? Kenapa tidak pulang ke rumahmu saja?" tanya Yuna. "Rencananya sih tadi pagi begitu. Tapi ayah dan ibu bilang mereka ada urusan dan pergi entah ke mana. Karena aku sedikit bosan, jadi aku berencana mampir ke rumahmu," ujar Alex. "Hm... Jadi begitu," Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Yuna. Yuna dan Alex yang sudah masuk ke dalam rumah, pergi menuju ruangan kerja raja dan ratu Lavender untuk menyapa orangtua Yuna. Melihat pintu ruangan kerja sudah dekat, Yuna berlari dan mendobrak pintu ruangan tersebut. "Ayah, ibu, aku sudah pulang!" ujarnya. Alex yang melihat Yuna, langsung terlihat lesu. "Yuna kenapa kamu harus mendobrak pintunya~" "Selamat datang, anakku dan Alex," ujar ibu Yuna. Alex dan Yuna baru sadar jika orangtua Alex ju
Revisi (26-09-2021) Lalu di pagi harinya, mereka dibangunkan oleh pelayan. "Pangeran, putri, ayo cepat bangun. Ada surat untuk pangeran dan putri," pelayan menepuk nepuk tubuh mereka. Alex pun terbangun "Hoam~ sudah pagi ya?" Alex terbangun dan melihat ke arah Yuna. Namun Yuna yang dibangunkan masih tertidur lelap. "Putri! Ayo bangun putri Yuna!" pelayan masih berusaha membangunkan Yuna. "Hei.. Ada yang seorang putri jam segini masih tertidur lelap? Hei Yuna, bangun Yuna!" Alex ikut membantu membangunkan Yuna. Namun Yuna masih tidak mau bangun. Karena Alex kesulitan dia kebingungan harus berbuat apa. Lalu dia melihat ada segelas air yang terletak di meja. Alex pun mengambil gelas itu dan melemparkan airnya ke wajah Yuna. Byuur! air membasahi wajah Yuna. "Buah! Tolong aku tenggelam! Tolong!" Yuna mengigau. "Yaampun, hey Yuna, bangun! Sudah pagi ini!" Alex mengguncang tubuh Yuna. "Huh? 5 menit lagi... Aku masih me
Revisi (30-09-2021) Yuna dan Alex melihat pantulan cermin bersama. Terlihat wajah Yuna hang menjadi merah merona. "Jadi apakah kamu percaya, aku bisa sulap?" Alex tersenyum. Yuna menjadi malu dan menutupi wajahnya. "A-aku tidak tahu..." Yuna gugup. "Haha kamu ini mudah sekali dikerjai. Inilah akibatnya jika kamu menantangku," ujar Alex. Benar juga. Aku lupa, jika Alex sangat suka dengan tantangan. Setiap kali aku menantangnya, pastinya dia tidak akan ingin mengalah sebelum dia menang. Walau pun itu diriku, dia masih tetap tidak mau mengalah. Dia adalah orang yang akan berusaha bagaimana pun caranya agar mendapatkan kemenangan. Apakah dia adalah orang yang terobsesi kepada kemenangan? Pikir Yuna. "Baiklah sekarang mari kita pergi. Nanti kita pulang terlalu larut malam," ujar Alex. "Ayo... Tapi ini kita jalan kaki, atau ingin naik kereta kuda?" tanya Yuna.
Revisi (1-10-2021) Setelah memasangkannya, Yuna melihat penampilan Alex. "Hm, bagus!" Yuna mengangguk. "Benarkah? Seperti apa memangnya penampilanku?" tanya Alex. "Seperti pencuri," Yuna nyengir. "Terserahlah," Alex pasrah. "Tapi tidak itu saja. Topeng mata itu sesuai denganmu. Mulai dari bentuk dan warna sangat mendukung bentuK auramu," ujar Yuna. "Oh ya? Auraku memangnya seperti apa?" "Dingin, suram, dan menyedihkan" ujar Yuna cepat dan ringan, dan membentuk senyuman yang santai tanpa beban. "Sialan," Alex kesal. "Terima kasih bi untuk topengnya. Kalau begitu kami pergi dulu ya bi," Yuna menarik tangan Alex dan mereka pun pergi. Pelayan berdiri di pintu ke luar untuk melihat mereka pergi. Pelayan yang melihat kemesraan mereka menjadi iri. "Hah, indahnya kisah mereka ber