Share

Bab 4. Berkilah

"Hemmm, kalau begitu kita ganti panggilan suara ini jadi panggilan video saja Mas! Aku kan juga pingin tahu kamu sedang nonton apa di tivi!" ujarku.

Kembali Mas Bambang tak membalas ucapanku tadi. Kali ini sepertinya ku dengar suara orang sedang berbisik.

"Mas! Kamu sebenarnya lagi sama siapa sih Mas, kok pakai bisik-bisik segala! Makin mencurigakan deh kamu Mas! Cepat sekarang ganti ke panggilan video, kalau nggak mau berarti kamu memang sedang membohongiku!" ucapku makin emosi karena mencium banyak ketidakberesan di sana.

"Iya..iya Dek bentar ya, lagi di kamar mandi nih, perutku sakit banget!"

"Gimana sih?! Tadi katanya nonton tivi sekarang lagi di kamar mandi! Banyak sekali kebohonganmu Mas!" ucapku semakin kesal.

"Ya sudah ayo sekarang ganti ke panggilan video ya, Dek. Sabar jangan marah, ini memang aku barusan ke toilet, perutku mules lagi."

Aku sudah siap merekam panggilan video itu nanti, buat antisipasi saja sih! Mas Bambang pun kemudian mengubah panggilan itu.

Tampak di layar ponselku, Mas Bambang hanya memakai celana pendek, tanpa menggunakan atasan.

"Kok kamu nggak pakai baju sih Mas? Ini kan masih pagi, baru pukul setengah tujuh loh masak sudah kegerahan sih?!" tanyaku.

Wajah Mas Bambang sepertinya tegang dan kebingungan saat ini.

"Itu Dek, di sini memang panas banget, apalagi kan aku bolak-balik ke toilet, jadi ya kegerahan gini Dek," jawabnya sambil tersenyum.

Hemmm jawaban yang tidak masuk akal banget, padahal kan saat ini cuacanya lagi dingin banget.

"Bentar deh Mas, kamu lagi di mana sih?" 

"Ya lagi di mess to Dek."

"Mess? Messnya pindah ke hotel ya? Tuh dibelakangmu kan ada korden dan di atas televisi itu pendingin ruangan khas kamar hotel 'kan?!" cecarku.

"Nggak kok Dek, memang kamar kost di mess ini ya fasilitasnyaa lengkap kayak gini. Ini kan ruangan buat bos, jadi ya harus bagus dong!" ucapnya lagi-lagi sambil tersenyum.

"Oh iya katanya tadi lagi nonton tivi? Kok itu tivinya mati sih Mas?"

Mas Bambang sesaat menoleh ke belakang, kemudian kembali wajahnya terlihat gugup.

"Bentar ya Dek, ku matikan dulu ya teleponnya, nanti ku telepon lagi. Aku mau ke toilet lagi nih, mules banget!"

"Nggak usah di matikan! biarkan saja handphonenya di situ, senderin di atas meja! Kutunggu sampai kamu selesai buang hajat!"

Kemudian terlihat Mas Chandra memberdirikan handphonenya di atas meja, bersanadarkan sesuatu, lalu dia segera berlari pergi, yang katanya tadi akan ke toilet karena mules.

Dari layar handphone itu, aku dapat melihat jelas, korden, televisi dan ac yang tadi ada di belakang Mas Bambang. Kuperhatikan terus secara sesama layar itu, tak ada pergerakan sama sekali, hanya ada suara keran air yang dinyalakan.

Hingga lima menit kemudian, samar-samar terlihat dari layar televisi itu,

dua bayangan manusia yang sedang berpelukan, kemudian saling berciuman. Meski samar aku dapat melihat salah satu dari mereka berambut panjang.

Kecurigaanku semakin menjadi kepada Mas Bambang, berarti dia benar-benar telah bermain api di belakangku. Tapi aku tak mau gegabah, akan kucari bukti yang lebih nyata, sambil memiskinkan orang yang telah mencurangiku itu. Main cantik tentu akan terlihat lebih elegan!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei njing, g usah sok2an main cantik dan elegan. klu gampang dibohongi krn emang dasarnya kamu dungu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status