Share

Bab 3. Mulai Berkelit

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2023-06-11 21:04:57

Huh, memang ada-ada saja kelakuan tetanggaku yang satu itu. Biarin saja deh, nanti bisa kujelaskan pada ibu-ibu kompleks saat belanja sayuran di  Paijo nanti. Lebih baik sekarang aku menelepon Mas Bambang saja. Langsung kutekan namanya di aplikasi hijauku, di layar terlihat berdering, berarti dia sedang aktif sekarang.

Namun dua kali panggilanku tak diterima olehnya, apa mungkin dia belum bangun? Sepertinya tak mungkin, karena Mas Bambang tak pernah meninggalkan ibadah shalat saat di rumah.  Akhirnya aku mengirimkan chat dulu sebelum nanti mencoba meneleponnya lagi.

[Assalamualaikum Mas. Lagi ngapain kok aku telepon nggak diangkat?]

Seketika chat yang kukirim itu menjadi centang dua, dan kemudian berubah menjadi biru, lalu terlihat Mas Bambang sedang mengetik.

[Waalaikumsalam, Dek. Maaf ya tadi aku lagi di kamar mandi. Sekarang silahkan kamu telepon lagi.]

Setelah membaca chat itu, aku langsung meneleponnya.

"Assalamualaikum Mas," ucapku membuka percakapan lewat sambungan telepon itu.

"Waalaikumsalam. Maaf ya Dek, aku tadi masih di kamar mandi. Ada apa? Masak baru ditinggal kemarin sudah kangen sih?" 

Itulah suamiku, yang selalu sabar dan lemah lembut saat berbicara kepadaku, sepertinya sangat tidak mungkin jika dia bermain api di belakangku.

"Nggaklah kayak penganten baru saja Mas. Cuma pingin tahu kabar kamu aja kok Mas."

"Alhamdulillah, kabarku buaik-baik saja di sini. Coba cek pemberitahuan di handphone-mu Dek, barusan aku sudah transfer sejumlah uang, siapa tahu nanti kamu bosen di rumah dan pingin shoping."

Mendengar perkataan Mas Bambang itu, sontak aku pun mengecek handphoneku. Wow ternyata baru saja suamiku itu mengirimkan uang sepuluh juta untukku. Padahal baru lima hari yang lalu dia memberiku uang belanja lima belas juta loh.

"Ya Allah terima kasih banyak ya Mas. Jadi makin sayang deh sama kamu. Semoga rejekinya makin barokah ya Mas."

"Amiin ya Allah. Mungkin aku agak lama di sini Dek, sekitar semingguan. Jadi kalau kamu butuh uang lagi bilang saja, nanti pasti ku kirimkan."

"Loh, kok lama banget sih Mas? 'Kan kemarin katanya cuma  tiga hari saja, kok malah mundur sih?"

"Iya, ini kan memang lagi ada sedikit masalah. Dan aku sendirilah yang bisa menyelesaikannya. Dari pada aku capek bolak-balik, lebih baik aku sekalian seminggu di sini 'kan?"

"Iya juga sih Mas. Tapi kamu nggak bohong kan? Awas saja kalau kamu sampai aneh-aneh di sana Mas!"

"Ya ampun Dek, masak sih kamu ini masih meragukan kesetiaanku sih Dek? Coba kamu pikir, apa kurangnya aku selama ini? Biasanya suami yang selingkuh itu, nggak perhatian lagi sama istrinya, suka marah dan sangat pelit sekali sama loh.  Apa aku bersikap seperti itu, Dek?"

Benar sekali apa yang baru saja di ucapkan oleh Mas Bambang. Jika memang dia selingkuh, pasti dia akan pelit dan suka marah kepadaku, tapi dia kan sebaliknya. Apapun kebutuhanku selalu dipenuhi , bahkan sebelum aku memintanya.

"Iya juga sih Mas. Oh iya, tadi pagi aku dilabrak seorang gadis muda loh Mas!"

"Dilabrak?! Maksudnya gimana sih Dek?"

"Ya di marah-marahin nggak jelas gitu loh Mas! Pagi-pagi datang dan langsung teriak-teriak di depan rumah, dasar gadis tengil!"

"Hahaha memangnya marahnya gimana?"

"Dia nyuruh aku ninggalin kamu Mas, dan katanya aku ini nggak level sama kamu!"

"Kok aku? Memangnya dia kenal sama aku?"

"Lah yang seharusnya yang tanya seperti itu 'kan aku Mas! Kok bisa sih dia tahu namamu dan juga namaku? Juga tentang kondisi rumah tangga kita. Sepertinya dia sudah sangat dekat dengan kamu Mas!"

Beberapa saat Mas Bambang tak lagi menjawab pertanyaanku tadi.

"Mas, kok malah diam saja?!" ucapku kesal.

"Eh maaf Dek, lagi mikir saja kok ada yang datang ke rumah dan melabrakmu seperti itu. Pasti gadis itu agak sakit alias stress," ucap Mas Bambang.

 Sesaat kemudian kudengar suara batuk sepertinya berasal dari samping Mas Bambang.

"Eh suara batuk siapa itu? Sepertinya itu suara perempuan deh?!"

"Itu.. itu tadi suara tivi Dek, ini aku lagi nonton tivi," ucap Mas Bambang gugup, sepertinya ada sesuatu yang memang sedang di sembunyikanya.

"Hemmm, kalau begitu kita ganti panggilan suara ini menjadi panggilan video saja Mas! Aku kan juga pingin tahu kamu sedang nonton apa di tivi!" ujarku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau dek. udah kusam tolol lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 31. Ending (Takdir Yang Tak Terduga)

    Ending - Takdir Yang Tidak TerdugaEnding - Takdir Yang Tidak Terduga*Terima kasih sudah membaca, meski sedikit, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Mohon maaf jika ada salah kata, atau mungkin tak berkenan di hati teman-temab semuanya.Setelah melihat foto kiriman Bella yang menunjukkan Mas Bambang sedang sakit, aku langsung mencobaa meneelponnya, karena sepertinya saat ini suamiku itu sedang kritis, banyak selang di tancapakan pada tubuhnya. Satu kali panggilanku langsung diangkat oleh Bella, itu berarti dia saat ini pun sedang terjaga, mungkin sedang menunggui Mas Bambang. "Assalamualaikum, Bel. Mas Bambang kenapa? Maaf dari sore memang handphoneku mati, dan ini baru saja kunyalakan," ucapku cemas saat membuka percakapan melalui sambungan telepon ini."Waalaikumsalam Mbak. Mas Bambang saat ini sedang kritis Mbak. Tadi dia tadi sempat siuman dan memanggil nama kamu Mbak, kemudian kembali tak sadarkan diri," jawab Bella dengan suara parau mungkin habis memangis."

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 30. Mas Bambang Sakit

    Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 29. Kau Aman

    "Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 28. Sakit Apa?

    [Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 27. Sedikit Bimbang di Hati

    Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 26. Penggerebekan

    Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status