Home / Rumah Tangga / Kamu Pasti Menyesal, Mas! / Bab 5. Mulai Main Cantik

Share

Bab 5. Mulai Main Cantik

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2023-07-01 12:13:33

Jadi aku pun membiarkan adegan antara dua anak manusia itu terlihat begitu saja, sambil tetap asyik merekamnya. Jangan di tanya kenapa aku kuat menyaksikan ini? Karena aku sungguh kecewa dengan suamiku itu.

 Bagaimanapun caranya, akan kubuat kamu menyesal kamu Mas! Tega sekali dia bercumbu dengan wanita lain saat aku tengah meneleponnya begini, apa nggak bisa menunggu nanti setelah telepon kumatikan? Apa sebegitu meng*******annya gundikmu itu, hingga kamu tak kuat lagi menahan hasrat itu?

Tiba-tiba Mas Bambang kembali duduk di depan layar handphone, masih tanpa memakai kaos, keringat kembali tampak di badannya. 

"Maaf ya Dek, sakit banget e  perutku, jadi dari pada bolak-balik ke kamar mandi, sekalian saja tadi aku tunggu di sana saja," ucapnya sambil nyengir.

"Nggak apa-apa sih Mas. Aku kira tadi kamu ketiduran di kamar mandi. Hampir dua puluh menit loh itu," ucapku kubuat sebiasa mungkin.

"Nggak lah, Dek, hanya saja tadi perutku itu rasanya benar-benar mulas. Entah tadi pagi aku habis makan apa. Oh iya... aku tadi habis makan mie yang super pedas, jadi kayak gini deh, hehehe." Mas Bambang terus saja berbohong.

"Salah kamu sendiri sih, Mas. Sudah tahu nggak bisa makan pedas kok, malah dimakan. Namanya itu, cari penyakit! Sampai-sampai aku sedang telepon, kamu abaikan!" ucapku pura-pura ngambek.

"Hehehe maaf ya Dek. Kamu hari ini ada rencana apa?"

"Emmm pingin jalan-jalan saja nanti, sekalian shopping sama Siska. Mas aku boleh minta sesuatu nggak?"

Sebuah ide segera terlintas di benakku setelah melihat kelakuan asli suamiku ini.

"Belikan aku mobil dong, kalau bisa sih hari ini," ucapku.

"Eh tumben kamu minta sesuatu. Tapi nggak apa-apa, aku malah seneng kok. Dari dulu mau kubelikan kamu nggak mau? Kamu mau mobil yang bagaimana? Terserah saja, kamu tinggal datang ke dealer, pilih dan nanti aku akan tramsfer uangnya." 

Memang selama ini Mas Bambang ingin membelikanku mobil, namun aku tak mau. Selain karena belum bisa menyetir, juga ku pikir ini pemborosan dan mubadzir juga. Kini dari pada uangmu kau hambur-hamburkan untuk selingkuhanmu, mending aku amankan dulu saja.

"Wah terima kasih ya Mas, aku akan segera berngkat milih mobil, tapia aku maunya yang bagus sekalian, kayak punyanya Bu Farah itu loh. Kamu ada uang kan Mas?"

"Tentu ada dong.  Jangan khawatirku uang simpananku masih cukup untuk membelikan apa yang kamu mau. Asal satu, kamu nggak boleh curiga terus padaku. Percayalah aku setia dan kerja di sini hanya untukmu, dan untuk masa depan kita bersama anak-anak kita."

Hemmm sesuai ucapanmu tadi, kerja untuk aku kan? Maka akan kupastikan semua uangmu hanya akan masuk kepadaku.

"Makasih ya Mas. Iya deh, aku percaya sama kamu pokoknya. Oh iya ada satu lagi permintaanku. Mulai sekarang aku mau pakai pembantu ya Mas? Capek juga ngurusin rumah terus, Mas. Dan uang yang tadi kamu kirim, tolong ditambahin lagi, hari ini aku juga mau perawatan di salon."

"Duh bakal tambah cinta nih aku sama kamu Dek. Karena pasti tambah cantik kalau mau perawatan. Soal pembantu terserah kamu saja, mau satu atau dua sekalian nggak apa-apa, yang penting kamu senang. Habis ini aku tambahin lagi ya uanya," ucap Mas Bambang masih sambil menunjukkan senyum termanisnya.

"Makasih ya Mas, baik banget deh. Di tunggu transferannya ya Mas. Udah dulu aku mau mandi ya. Wassalamuaalaikum."

"Iya,Dek ini sudah mau ku transfer kok. Pokoknya apa yang kamu mau beli saja, nanti kalau kurang biar kutransfer. Waalaikumsalam."

Panggilan video itu akhirnya kuakhiri. Sebenarnya kami ini hidup sangat berkecukupan, tapi selama ini aku memang ingin terlihat sederhana saja, apa yang bisa kulakukan ya kulakukan sendiri, tak perlu pembantu. Namun mulai kini, aku akan menjadi wanita terboros yang pernah kau kenal, bahkan lebih boros dari gundikmu.

Aku mulai mencari surat-surat berharga yang kami simpan di lemari. Ada sertifikat rumah ini, empay sertifikat tanah kapling yang bulan lalu kami beli, dan kesemuannya itu atas nama Mas. Hanya satu sertifikat yang di buat atas namaku, yaitu sebuah persawahan dengan luas limaratus meter persegi.

Sementara mobil dan dua motor atas namanya juga. Rencananya hari ini aku akan menuju ke pegadaian, untuk menitipkan sertifikat sawah dan semua perhiasanku di sana, karena tentu di sana lebih aman. Sambil mengamankan aset lainnya, dan kalau bisa sih semua sertifikat itu akan berbalik nama menjadi namaku Vivin Lestari.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 31. Ending (Takdir Yang Tak Terduga)

    Ending - Takdir Yang Tidak TerdugaEnding - Takdir Yang Tidak Terduga*Terima kasih sudah membaca, meski sedikit, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Mohon maaf jika ada salah kata, atau mungkin tak berkenan di hati teman-temab semuanya.Setelah melihat foto kiriman Bella yang menunjukkan Mas Bambang sedang sakit, aku langsung mencobaa meneelponnya, karena sepertinya saat ini suamiku itu sedang kritis, banyak selang di tancapakan pada tubuhnya. Satu kali panggilanku langsung diangkat oleh Bella, itu berarti dia saat ini pun sedang terjaga, mungkin sedang menunggui Mas Bambang. "Assalamualaikum, Bel. Mas Bambang kenapa? Maaf dari sore memang handphoneku mati, dan ini baru saja kunyalakan," ucapku cemas saat membuka percakapan melalui sambungan telepon ini."Waalaikumsalam Mbak. Mas Bambang saat ini sedang kritis Mbak. Tadi dia tadi sempat siuman dan memanggil nama kamu Mbak, kemudian kembali tak sadarkan diri," jawab Bella dengan suara parau mungkin habis memangis."

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 30. Mas Bambang Sakit

    Setelah menyelesaikan drama tidak jelas antara Feli dan Jonas tadi, aku pun langsung tancap gas pulang ke rumah, kebetulan waktu juga sudah pukul enam sore. Handphonekun yang dari tadi tertinggal di mobil ternyata habis baterainya, dan langsung kumasukkan ke dalam tas."Dari mana saja sih kamu itu, Vin? Seharian kok di rumah bentaran saja lalu pergi lagi, nggak capek kamu? Sudah sana pasti belum salat kan? Keburu waktunya habis!" Omel Ibu saat aku tiba di rumah."Ini tadi main ke supermarket sebentar, Bu. Eh ketemu teman, jadi tadi ngobrol bentar gitu Bu. Ini ada sedikit belanjaan buat Ibu. Aku salat dulu, ya," ucapku sambil berkedip pada Ibu."Ya sudah cepetan sana! Sudah besar kok masih kayak anak kecil kamu itu Vin. Setelah salat ngobrol sama Ibu dan Bapak di teras ya..." ucap Ibu yang hanya kujawab dengan anggukan.Aku pun kemudian masuk ke kamar, dan melaksanakan salat magrib, setelahnya aku langsung keluar untuk bercengkrama bersama orang tuaku di luar. Biasanya memang selepas

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 29. Kau Aman

    "Bu Vivin silahkan masuk!" ujar seorang perawat memanggil namaku.Aku segera masuk lagi ke ruangan dokter, tentunya dengan hati yang berdebar, menunggu hasil test tersebut. Kulupakan sejenak masalah Mas Bambang yang sempat kulihat di kamera pengintai itu. Karena sangat penting juga bagiku, untuk mengetahui apakah aku tehindar dari penyakit menular seks, karena Mas Bambang sudah sangat sering bergonta-ganti pasangan tanpa sepengetahuanku.Aku juga sempat berpikiran macam-macam dengan penyakit yang diderita oleh suamiku itu, adalah salah satu PMS yang dia dapat dari salah satu wanita yang pernah menjadi pasangan selingkuhannya."Alhamdulillah Bu Vivin, dari hasil tes pemeriksaan tadi, tak ada penyakit menular seksual yang berbahaya pada Ibu. Hanya Vaginosis Bacterial saja," ucap Bu dokter cantik itu sambil tersenyum."Alhamduliah. Eh maaf itu penyakit apaan ya Dok?" tanyaku polos."Vaginosis Bakterial adalah penyakit yang menyerang area kewanitaan, adalah suatu gejala klinis akibat p

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 28. Sakit Apa?

    [Justru yang telat tahunya itu kamu, Fel. Karena yang memberitahukan pada warga saat mereka berdua berzina, itu aku. Gimana, yakin masih ingin menikah dengan suamiku itu?][Bingung sih, aku Mbak. Bisa nggak sih Mas Bambang itu suatu saat nanti berubah? Atau bakal seperti itu terus sampai menua dan mati?][Wah, aku nggak tahu tentang hal itu, Fel. Itu 'kan rahasia Allah. Kalau kamu emang sudah mantap ya sudah jalanin saja, eh tapi jangan-jangan dia dinikahkan sama Ria oleh warga? Apa kamu nggak ingin cari tahu tentang hal itu? Masak iya kamu kalah sama janda jablay macam Ria itu?]Aku kini menggoda Feli, bisanya jika terpantik ucapan seperti itu, dia pasti langsung melakukan hal yang sedikit diluar kontrol, dan itu juga lucu untukku.[Waduh bisa jadi tuh, Mbak. Kenaoa aku nggak kepikiran kayak gitu ya?! Ya sudah deh kalau begitu aku mau balik ke kompleksmu sekarang juga, dah Mbak Vivin!][Yoi, hati-hati ya. Rebut Mas Bambang dari wanita mana pun yang mendekatinya, singkirkan sebelum di

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 27. Sedikit Bimbang di Hati

    Aku akhirnya sampai lagi di rumah dengan perasaan bahagia sekali. Entahlah, apakah aku ini termasuk wanita yang jahat, karena telah berbahagia atas kesedihan yang menimpa suami dan tetanggaku itu? Ah terserahlah mau di bilang apa, yang penting aku bahagia dan puas. Sesungguhnya ini bukan menjadi rencanaku, tapi mereka sendirilah yang membuat ulah, dan tak bisa menahan hawa nafsu setannya, jadi yah sukurin! Kapokmu kapan!"Kamu dari mana to, Vin? Kok pulang-pulang cengengesan gitu?" tanya Ibu yang menghampiri ke kamar."Ah, Ibu ini mesti kepo deh, hehehe. Aku amat sangat bahagia sekarang, Bu. Karena Allah telah mempermudah jalanku," ucapku sambil memeluk Ibu dari samping."Hemmm...memang ada apaan sih...?""Tau nggak, Bu. Barusan, Mas Bambang dan tetangga depan rumahku, Ria. Di grebek warga, dan di arak keliling kampung!" ujarku bersemangat."Ah jangan bercanda kamu, Vin!" ucap Ibu kaget sambil mengurai pelukanku, dan kini kami jadi duduk berhadap-hadapan."Ih Ibu nggak percayaan sih

  • Kamu Pasti Menyesal, Mas!   Bab 26. Penggerebekan

    Kutengok jam di dinding, saat ini sedang menunjukkan pukul enam pagi, dan Ria datang tadi ke kamar Mas Bambang, sekitar pukul empat pagi. Aku putuskan untuk melihat lagi hasil kamera pengintai itu, dan mengaturnya menjadi waktu saat ini.Ternyata sesuai dugaanku, kedua makhluk berlainan jenis itu, kini masih terlelap dengan kondisi kamar yang berantakan akibat pertempuran mereka tadi subuh. Mereka tidur berpelukan tanpa menggunakan sehelai pakaianpun untuk menutupi tubuh polos mereka.Aku harus bergegas, menuju ke sana, aku akan mengajak para warga untuk menyaksikan pemandangan yang amat menjijikan antara suamiku dan tetangga depan rumahku itu."Vin, kamu mau ke mana? Masih pagi ini, sarapan dulu nanti baru keluar," kata Ibu saat tahu aku sudah siap keluar."Sarapan bisa nanti Bu, ini hal penting sekali, dan harus di selesaikan pagi ini juga, Bu. Doakan agar hasilnya sesuai dengan apa yang kupikirkan ya Bu . Assalaamualaikum.""Iya...pasti! Ya sudah kamu hati-hati loh. Nyetirnya jang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status