Share

BAB 5

Author: najmulathif
last update Last Updated: 2021-09-12 21:22:45

"Kak Fara, besok titip Nuri, ya?"

Begitu isi pesan yang dikirimkan oleh Rita pada Fara semalam. Seperti biasa, setiap pagi Nuri akan datang ke rumah Fara lengkap dengan seragam sekolahnya. Saat Rita yang hendak berangkat bekerja berpapasan dengan Fara, iparnya itu kemudian menyapa.

"Maaf, ya, Kak, ngerepotin terus," sesal Rita yang sedang menunggu ojek online-nya.

Fara tersenyum, "Nyantai aja, Ta," ujar Fara.

"Ojek aku udah di depan, Kak. Aku berangkat dulu, ya?" pamit Rita.

Sepeninggal Rita, Fara kembali ke dalam dan bersiap hendak mengantar anak-anak ke sekolah. Kali ini, Fara memakai tunik berwarna peach, yang dipadukan dengan celana jeans hitam.

Fara tiba di sekolah saat sudah banyak wali murid yang datang. Anak-anak langsung masuk ke kelas, sedangkan Fara menuju kumpulan ibu-ibu yang sedang duduk di bangku, di bawah pohon rambutan.

"Mbak Fara, itu HP-nya bunyi terus dari tadi, rame banget notif-nya!" seloroh Cindy, wali murid yang paling dekat dengan Fara.

"HP saya tah? Kok saya malah gak denger, ya?" canda Fara.

Fara pun merogoh HP-nya yang ada di saku celana. Mata Fara membulat sempurna mendapati isi pesan yang menurut Fara kurang pantas. Ya, pesan beruntun itu berasal dari Andre. Ia sudah tak segan lagi untuk mengirimi Fara pesan.

"Dari siapa, Mbak Fara?" tanya Cindy lagi.

"Dari adik saya yang di Bekasi, katanya mau main kalo libur kerja," terpaksa Fara berbohong. Tak mungkin juga ia mengatakan yang sejujurnya pada Cindy.

Sang surya mulai meninggi, menandakan kelas sudah berakhir. Fara dan Cindy pun berpisah di perempatan jalan.

"Tante, Nuri mau jajan," rengek Nuri saat mereka berpapasan dengan pedagang es cendol.

"Eza juga mau, Bu!" seru Reza menimpali.

Fara pun membelikan masing-masing sebungkus es cendol. Karena Fara berfikir, tak ada salahnya jika sesekali jajan di luaran. Setelah membayar sejumlah uang pada pedagang cendol tadi, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Entah mengapa HP Fara tak kunjung berhenti membunyikan notifikasi di aplikasi hijau. Mau tak mau, Fara merogoh HP-nya dan melihat di layar, siapa yang mengiriminya pesan. Fikiran Fara tertuju pada Andre, dan benar saja, ada beberapa pesan yang Andre kirimkan untuk Fara.

Tanpa membaca pesan yang dikirim Andre, Fara menekan tombol senyap, lalu memasukkan kembali HP-nya ke saku celana karena pesan yang Andre kirimkan tidaklah penting.

"Nuri langsung pulang, ya?" pesan Fara menggandeng Nuri menuju rumahnya. Setelah sebelumnya menyuruh Reza masuk ke rumah terlebih dahulu. Nuri hanya mengangguk patuh.

Setelah mengantar Nuri, Fara kembali ke rumah kemudian mengganti baju Reza. "Bu, Eza mau main ke rumah Nuri, ya?" pamit Reza setelah berganti pakaian.

"Iya, tapi inget, kalo ngerasa laper, langsung pulang, ya, Nak!" pesan Fara yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh Reza.

Fara membersihkan rumah selagi Reza bermain. Anak itu memang aktif dan selalu ingin tahu, jadi rumah adalah salah satu tempat di mana ia bisa berkreasi dan berimajinasi sesuka hati.

"Rumah gak ada beresnya, udah dirapihin sama emaknya, diberantakin lagi sama anaknya," gumam Fara sambil membereskan mainan Reza.

Fara teringat sedari pulang sekolah tadi, ia belum menyentuh gawainya. Setelah pekerjaan rumah selesai, Fara duduk di lantai sambil meluruskan kedua kakinya. Ia berniat untuk berselancar di aplikasi biru dan sekedar mengecek aplikasi belanja online.

Alangkah terkejutnya Fara, saat ia baru saja membuka HP, begitu banyak notifikasi pesan yang dikirimkan oleh adik iparnya.

"Gak ada kerjaan banget, sih!" gerutu Fara, ketika ia membuka satu persatu pesan dari Andre.

Namun pada pesan selanjutnya, pupil mata Fara membelalak membaca pesan yang isinya tidak sopan. "Keterlaluan!" gumam Fara sambil mencengkram erat HP-nya.

Fara tak menyangka adik iparnya akan melakukan hal tersebut. Rupanya foto saat Fara tidur bersama Reza, dikirimkan oleh Andre. Fara yakin, jika Dika dan Rita tidak mengetahui hal ini.

Rencananya, malam ini Fara akan mengadukan perihal Andre kepada Dika. Fara berharap suaminya itu bisa melindunginya, dan setidaknya Dika memberikan teguran pada Andre.

"Yah," sapa Fara yang melihat Dika sedang menonton televisi.

Dika menoleh, kemudian tersenyum pada istrinya yang semakin hari semakin menawan. Lengkungan indah di bibirnya tak luput menghiasi malam-malam Dika.

"Sini, duduk," titah Dika menepuk lantai di sebelahnya.

Fara menurut, lalu mendaratkan bokongnya di samping Dika.

Diperhatikannya sang suami lamat-lamat, guratan halus sudah mulai menghiasi kening dan sekitar matanya. Rambut-rambut putih pun, tanpa permisi hadir di sela-sela helaian rambut hitam Dika. Fara mengurungkan niatnya, ia tak sampai hati melihat suaminya yang terlihat begitu kelelahan.

"Tidur, yuk, Yah? Udah malam, besok kan bangun pagi-pagi lagi," ajak Fara lembut.

Dika tersenyum, kemudian mengambil remote TV, dan menekan tombol merah. Dika merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu besar. Namun, terasa nyaman karena dikelilingi oleh orang terkasih.

Hari demi hari berganti. Fara merasa lega, karena beberapa hari ini gawainya aman dari gangguan. Wajahnya pun kembali ceria seperti sedia kala.

"Semoga aja Andre gak ngirimin pesan yang aneh lagi," gumam Fara saat memainkan gawainya. Ia hendak menghapus beberapa pesan yang sekiranya tidak terlalu penting. Karena di layar HP-nya sering muncul tampilan, 'ruang penyimpanan hampir habis'.

HP yang sedang Fara pegang tiba-tiba saja berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk. Fara lalu membuka pesan tersebut dan nampak di layar jika Andre mengirimi Fara sebuah video. Karena penasaran, tanpa berfikir dua kali, Fara membuka video yang dikirimkan Andre.

"Kirim video apaan sih, dia?" umpat Fara saat videonya masih diunduh.

Tak ada sekali pun fikiran negatif terlintas di kepala Fara. Namun, saat video selesai diunduh, dan diputar oleh Fara, alangkah terkejutnya ia mendapati isi videonya ialah dua orang yang sedang memadu kasih. Dan diakhiri dengan sebuah pesan, bahwa Andre membayangkan melakukannya dengan Fara.

"Ipar gak ada akhlak!" umpat Fara sambil melempar HP-nya ke kasur. Fara menghirup nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan, agar ia bisa berfikir jernih. Padahal mukanya sudah merah padam menahan amarah.

Lima menit kemudian, setelah dirasa emosinya membaik, Fara mengambil kembali HP-nya yang ia lempar sembarang. 

"Pesannya gak usah dihapusin, biar nanti jadi bukti," gumam Fara sambil menggenggam HP-nya erat. 

Karena tak tahan dengan pesan yang terus menerus dikirimkan oleh Andre, akhirnya Fara menceritakan semuanya pada Dika, tentang kelakuan adik iparnya itu. 

"Yah!" seru Fara tak sabar, karena Dika sedari tadi sibuk dengan gawainya.

Dika mendongak, memperhatikan istrinya yang dirasa sedang tidak baik-baik saja. "Kamu kenapa, Bu?" tanya Dika heran.

"Ayah baca aja semuanya," seru Fara memberikan ponselnya pada Dika.

Dika yang tengah tiduran di kasur lantai pun beranjak menerima ponsel Fara, lalu mulai membacanya satu per satu. Fara berharap Dika akan bersikap tegas pada adik iparnya. Namun diluar dugaan, Dika justru tak percaya.

Rahangnya terlihat mulai mengeras, Fara bisa merasakan hawa di sekitarnya yang berubah. "Apaan ini, Bu?" tanya Dika masih tetap men-scroll layar HP Fara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 22

    "Ibu udah pikirin mateng-mateng, Yah. Ibu juga udah telepon orang rumah, 'kan ada Raisa yang bisa bantuin jaga Arif," tutur Fara meyakinkan suaminya. "Jadi gimana, Yah, boleh engga?" tanya Fara meminta kepastian."Kapan interview-nya? Kalo jadi 'kan kita harus pulang kampung dulu buat anterin Arif, Bu," ujar Dika akhirnya setelah cukup lama terdiam.Fara menatap Arif yang sedang tidur pulas, dielusnya pucuk kepala sang anak, kemudian dicium pipinya yang sudah tak chuby lagi. Ada rasa kasihan yang menghinggapi hatinya. Tapi jika ia tak 'tega', maka kehidupan mereka tidak akan berkembang, begitu menurut Fara. Ia membuang nafas kasar, mencoba melepaskan sesuatu yang menghimpit dadanya."Kapan Ayah bisa anter? Kalo bisa sih, secepatnya," ujar Fara berfikir lagi. "Rita cuma bilang, sesiapnya aku aja, baru ke kantor, gitu," imbuhnya.Dika mengerutkan kening tanda sedang berfikir. "Lusa, bisa kayaknya, Bu." Lalu meminum kopi yang sudah disediakan oleh Fara sejak

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 21

    Mata Fara mengisyaratkan supaya Raisa membuka pintu. Dengan malas, Raisa beranjak, dan membuka pintu."Kak Dika?" ucap Raisa.Dika yang datang dengan pakaian casual-nya terlihat menenteng sebuah kantong plastik bertuliskan nama salah satu gerai ayam goreng terkemuka yang berlogo orang tua memakai kaca mata dan berdasi pita.Raisa kaget karena yang mengetuk pintu kontrakan adalah Dika. Untungnya Raisa bisa dengan cepat mengendalikan dirinya. "Eh, Kak Dika. Masuk, Kak," ujar Risa mempersilakan kakak iparnya masuk.Setelah masuk, Dika langsung disambut oleh Reza. Apalagi setelah ia melihat ayahnya membawa ayam yang ingin ia makan."Horeee, Ayah bawain ayam. Tante gak usah minta!" ketus Reza sambil menatap Raisa. Ia terkekeh melihat tingkah laku keponakannya.Sebetulnya, Raisa sudah tahu jika Dika akan datang, tapi ia tak menyangka Dika akan datang secepat ini. Itulah sebabnya ia menolak saat Reza mengajaknya pergi keluar. Raisa melirik Fa

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 20

    "Asiik, beneran ya, Yah?" sahut Reza kegirangan, yang sukses membuat Fara dan Raisa berpandangan, tak percaya atas apa yang mereka dengar.Ketika sambungan telepon terputus, Raisa langsung menoleh kearah Fara. "Beneran, Kak, Kak Dika bakal kesini?" tanya Raisa.Fara mengangkat bahu tanda tak tahu. "Liat aja nanti," celetuknya.Menjelang malam, hawa panas yang sedari siang setia menemani, masih saja terasa. Meskipun baling-baling kipas sudah berputar kencang, tetap saja tak bisa mengusir rasa panas yang menyerang tubuh."Tiap hari panas kayak gini, ya, Sa?" tanya Fara sambil mencepol rambutnya kemudian meraih kipas tangan yang tergeletak di dekat TV."Ya ... gitu deh, Kak!" sahut Raisa menyuapkan cemilan ke mulutnya.Fara terus saja mengibaskan kipas ke wajahnya. "Masih mending di Jakarta ya, berarti," ungkap Fara."Wajarlah, Kak, disini 'kan daerah industri, banyak pabrik, jadi suhunya ya diatas rata-rata," jelas Raisa dengan mulut ya

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 19

    Sampai suatu hari, Fara diminta datang ke Jakarta, untuk dikenalkan pada keluarga Dika. Fara pun mengutarakan permintaan Dika kepada orang tuanya. Namun Bu Anis, ibu Fara, terlihat keberatan jika Fara pergi ke ibukota."Tenang, Bu, Fara gak bakal Bapak izinin pergi sendiri, apa kata orang nanti? Bapak ikut ke sana buat nemenin Fara, sebagai perwakilan keluarga. Lagian Fara juga belum tahu di mana alamat pastinya," ujar Pak Adi mencoba meyakinkan istrinya.Bu Anis tampak menimbang-nimbang ucapan suaminya. "Kapan rencana kalian berangkat? Nanti Ibu cariin oleh-oleh buat calon besan," wajah Bu Anis berangsur seperti semula."Kata Bang Dika, sih, kalo bisa minggu ini, Bu," ujar Fara."Ya udah kalo gitu, besok Ibu cari oleh-olehnya," sahut Bu Anis sambil berlalu ke dapur.***Hari yang ditunggu-tunggu oleh Fara pun tiba, sedari tadi pagi, Fara dan Pak Adi bersiap ke Jakarta dibantu Bu Anis."Kami berangkat, Bu," pamit Pak Adi pada istrinya

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 18

    "Kakak diem aja? Gak ngelawan?" cecar Raisa tak habis fikir. "Kasih tahu Bapak aja, ya?" usul Raisa. "Jangan!" sanggah Fara cepat sambil menggeleng. Risa menatap wajah cantik kakaknya yang tak terkikis oleh usia. Sosok yang selalu menolongnya saat ia sedang kesusahan, yang tak pernah marah padanya meskipun Raisa melakukan kesalahan. Raisa tak rela jika kakaknya diperlakukan seperti itu. "Tapi ini udh termasuk KDRT, Kak!" paksa Raisa. "Kakak tahu, tapi ini gak semudah yang kamu bayangin, Sa," ucap Fara. Lalu pikirannya menerawang ke masa enam belas tahun yang lalu, saat mereka masih melakukan Long Distance Relationship. Raisa yang mendesak Fara supaya ia bercerita tentang masa lalunya, diangguki oleh Fara. *** Saat itu, hari sedang hujan lebat, Fara sedang berada di kamar menemani Raisa kecil belajar. Tiba-tiba saja pintu depan diketuk, dan tak lama terdengar suara pintu terbuka. Samar-samar terdengar Pak Adi, Bapak Fara sedang berbincang-binca

  • Kamu Selingkuh? Aku Selangkah   BAB 17

    "Selagi kamu belum mengakuinya, jangan harap aku bakal lepasin!" bisik Dika yang membuat bulu kuduk Fara berdiri.Fara berfikir sejenak sambil sesekali meringis, karena rupanya Dika tak main-main dengan ucapannya. Akhirnya dengan penuh perhitungan, Fara pun mengangguk.Melihat Fara mengangguk, justru malah membuat Dika murka. Dihempaskannya Fara ke atas kasur dengan kasar, kemudian ia mengacak rambutnya frustasi. Sebenarnya Dika sudah berjaga-jaga jika jawaban Fara menyakiti hatinya. Namun, melihat langsung kenyataan yang ada di depan mata ternyata lebih menyakitkan. "Kenapa, sih, sekarang kamu jadi pembangkang gini?" tanya Dika kesal.Fara yang dihempaskan oleh Dika secara spontan itu memantul dan hampir mengenai Reza. Segera ia duduk lalu mengelus lengannya, yang tentu saja masih menyisakan lukisan tangan Dika yang berwarna merah karena cekalan yang cukup lama lagi kuat.Air mata pun masih saja saling berlomba turun ke pipi Fara yang mulus meskipun usia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status