Setengah jam yang lalu, seorang gadis muda datang ke depan rumah Keluarga Gandhi dan langsung menggunakan pengeras suara untuk menuduh Devon menjebaknya lewat jamuan minum, lalu mencoba memperkosanya.Gino membawa beberapa pengawal untuk menahannya, merampas pengeras suara itu, dan membubarkan para tetangga yang mulai berkumpul, barulah Rekasa bisa kembali tenang.Namun, Rekasa mendengar semuanya dengan jelas. Kini, dadanya terasa sesak karena marah."Mana bajingan itu?" tanya Rekasa dengan nada geram."Tuan Muda Devon sedang dalam perjalanan. Tuan Gino menyuruhnya kembali agar bisa bertemu langsung dengan gadis itu, biar semuanya jelas.""Masih perlu konfirmasi segala?"Rekasa menepuk-nepuk sisi ranjangnya dengan keras. "Nggak ada gadis yang akan mempermainkan kehormatannya sendiri! Jelas-jelas dia terpaksa sampai begini!""Menurutku, Gino masih mencoba melindungi bajingan itu!"Karena emosi yang memuncak, Rekasa batuk hebat hingga memuntahkan darah, membuat kepala pelayan panik dan b
Setengah jam kemudian, Harison melangkah masuk ke sebuah kafe. Dia melihat Janet berdiri dan melambaikan tangan dengan wajah cemas.Harison mendekat, lalu bertanya, "Ada apa sampai seburu-buru ini?"Janet langsung menarik lengan Harison dan membawanya masuk ke sudut tempat duduk. Dia dengan gugup berkata, "Aku dan Cecilia pergi ke rumah sakit hari ini, tebak siapa yang kami lihat?"Hati Harison tersentak, dia mengerutkan alis dan bertanya, "Siapa?""Alina! Alina hamil!" ucap Janet.Janet tampak geram, dia berkata penuh dendam, "Dia benar-benar pintar, memakai segala cara agar bisa mengandung keturunan Keluarga Gandhi. Kenapa dia harus masuk ke Keluarga Gandhi?""Dia sudah bersama Devon begitu lama, tapi perutnya nggak kunjung membesar. Aku kira Devon impoten …..""Kenapa kalian yakin itu anak Devon?" tanya Harison.Dia segera terhenti setelah sadar ada yang salah, kemudian buru-buru bertanya, "Kok kalian tahu Alina hamil?""Aku tanya langsung sama dokternya," jawab Janet.Janet menjawa
Alyana mengalihkan pandangan, dengan suara lesu menjawab, "Bicarakan nanti saja.Alyana merasa tidak enak ketika terus-menerus dikendalikan orang lain seperti ini.Seolah-olah dia tidak pernah bisa lepas dari genggaman Nathan. Bahkan soal panti jompo, dia pun membaca langkah Alyana lebih dulu.Di matanya, Alyana bagaikan transparan.Namun, dia sendiri?Alyana sampai sekarang masih belum bisa membaca isi hatinya.…Keesokan harinya.Janet mengantar Cecilia ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Cecilia masuk ke ruang pemeriksaan lewat jalur VIP, sementara Janet menunggu di ruang tunggu.Dia sedang bosan memandangi sekeliling, tiba-tiba dia melihat sosok yang dikenalnya keluar dari ruang lain.Melihat orang itu hampir berbalik, Janet buru-buru bersembunyi di sudut sambil menatap sosok itu menjauh. Dia bertanya-tanya, apa yang dilakukan Alina di poli kebidanan?Rasa penasaran membuatnya bergerak.Janet segera berlari masuk ke ruang pemeriksaan itu, "Dokter, tadi Bu Alina lupa menanyakan apa ad
Mendengar suara itu, Alyana menoleh dan melihat Janet berdiri tidak jauh dengan tangan terlipat di dada. Di sampingnya, juga berdiri Cecilia.Wajah Alyana berubah muram seketika. Meskipun dia sudah tahu kalau datang ke Keluarga Gandhi pasti akan bertemu orang yang menyebalkan, tetapi ketika benar-benar bertemu, dia selalu saja merasa sial."Oh, Tuan Nathan juga ada ya?" tanya Janet.Janet melihat Nathan, suaranya langsung berubah manis dan penuh sanjungan. Dia berkata, "Tuan Nathan benar-benar perhatian, seringkali datang mengunjungi Kakek. Kakek memang beruntung punya dia."Nathan tidak peduli, dia malah bertanya pelan ke Alyana, "Mau pulang bersama?""Ya," jawab Alyana.Alyana mengangguk, dia berniat pulang dulu untuk menanyakan soal pengaturan panti jompo.Setelah urusan Rekasa selesai, baru dia akan menjaga jarak dengan Nathan."Tuan Nathan," panggil Janet.Janet sengaja meninggikan suaranya saat berkata, "Dengar-dengar kamu mau menikah dengan putri kecil dari Keluarga Haron, sungg
Alyana menghela napas pelan, entah dari mana datangnya kegelisahan yang mengusik hatinya.…Sore itu, setelah menyelesaikan semua urusan, Alyana mengambil kunci mobil dan bersiap pergi ke rumah Keluarga Gandhi.Ketika mobil melaju memasuki halaman besar Keluarga Gandhi, dia melihat sebuah Maybach yang sangat dikenalnya. Namun sayangnya, dia sudah terlambat untuk memutar balik.Kepala pelayan tua berjalan menghampiri mobil dan membukakan pintu untuk menyambut Alyana. "Hari ini ramai sekali, Tuan Besar Rekasa pasti sangat senang. Tuan Nathan juga sedang ada di dalam kamar," ucap kepala pelayan."Ya," jawab Alyana pelan.Alyana pasrah, seandainya dia tahu Nathan juga akan datang, seharusnya dia tunda sehari.Kepala pelayan melanjutkan, "Selama tiga tahun terakhir, Tuan Nathan cukup sering datang ke rumah Keluarga Gandhi. Tuan Besar Rekasa bahkan bilang dia lebih dekat dengan Tuan Nathan daripada anak-anaknya yang lain." "Bu Alyana, Tuan Besar Rekasa paling suka kalian berdua.""Kalau kal
Alyana melangkah masuk ke kantor, lalu menoleh ke asistennya dan berkata, "Kamu keluar dulu, aku mau istirahat sebentar.""Baik," ujar asisten.Asisten itu berbalik membuka pintu, tetapi dia terkejut saat bertemu Nathan yang berdiri di depan. "Tu ... Tuan Nathan," seru asisten.Mendengar itu, Alyana mengangkat mata dan bertanya, "Kenapa kamu ikut masuk juga?""Aku bilang ada yang mau kubicarakan, kenapa kamu lari begitu saja?" tanya Nathan.Nathan mengitari asisten itu lalu melangkah masuk ke dalam ruangan. Asisten paham maksudnya dan diam-diam keluar, memberi ruang bagi keduanya untuk bicara berdua.Melihat Nathan mendekat, Alyana sedikit mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu tinggalkan Bu Firly begitu saja?""Dia akan menunggu di sana," jawab Nathan.Nathan kemudian mengganti topik pembicaraan, "Aku mau bicara soal Keluarga Gandhi.""Hah?" seru Alyana terkejut. Dia bertanya, "Kamu masih ingat?""Ya, ini bukan perkara sepele," ujar Nathan.Nada Nathan terlalu serius, membuat dada Aly