Share

Bab 27

Author: Sahira
Pesta koktail yang dihadiri oleh orang-orang seperti Nathan kemungkinan besar sebenarnya adalah aktivitas transaksi antara tokoh-tokoh penting. Pasti ada perihal bisnis yang bersifat rahasia.

Alyana tahu betul statusnya. Sebagai teman wanita Nathan, dia ibarat pajangan semata.

Ekspresi Alyana yang begitu yakin membuat Nathan juga tidak banyak menjelaskan. Pria itu hanya menatap tangan Alyana yang menggandeng lengannya sekilas.

"Ayo."

Begitu mereka berdua memasuki area pesta koktail, para tamu sontak memperhatikan mereka.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya pun menghampiri mereka sambil berkomentar dengan gembira, "Pak Nathan, matahari habis terbit dari barat ya hari ini! Pak Nathan mengajak serta seorang teman wanita!"

Pria itu pun menatap Alyana dengan saksama sambil mengangguk-angguk. "Boleh juga, boleh juga. Yang jadi teman wanita Pak Nathan sudah pasti cantik banget!"

Alyana sontak merasa malu mendengar pujian seperti itu. "Ah, Anda terlalu memuji."

"Ucapannya benar kok."

Na
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 110

    Setengah jam kemudian, Nathan melangkah masuk ke ruang perjamuan dengan hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Dia langsung menuju panggung dan merebut biola dari tangan pemain musik.Suara biola seketika lenyap dan canda tawa pun ikut terhenti.Para tamu serentak menoleh ke arah panggung, mengenali Nathan, dan tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka.Apa maksud Tuan Muda dari Keluarga Moran ini?"Maaf mengganggu semuanya." Nathan berkata dengan suara berat. "Saya sedang mencari seseorang, apa ada yang melihat Alyana, Nona Alyana?"Begitu kata-katanya selesai, kerumunan langsung ramai berbisik."Alyana? Bukankah dia putri Keluarga Imano? Dia juga datang?""Lihat sikap Nathan itu, sepertinya sangat panik mencarinya. Ada apa ya?""...."Helen dengan cemas menembus kerumunan yang berbisik-bisik itu, dan naik ke panggung. "Nathan, kamu kenapa sih? Malu-maluin banget!"Sambil bicara, dia berusaha menarik Nathan turun dari panggung. Sayangnya tubuh Nathan sama sekali tidak bergerak, sekuat

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 109

    Arifin berteriak keras, "Dia pasti senang banget sekarang, merasa dia menang.""Cukup."Sam agak tidak sabar, kemudian menatap Alyana. "Karena aku sudah membawamu kembali, aku nggak akan biarkan kamu pergi lagi. Kamu tinggal di rumah saja untuk pemulihan.""Lepaskan aku!"Alyana mengulangi dengan keras kepala, matanya dipenuhi dengan tekad yang kuat."Lepaskan kamu untuk berkumpul dengan pria lain dan merusak nama baik Keluarga Imano?" Royan bertanya dengan tegas, "Kamu nggak tahu malu, tapi kami masih punya harga diri!""Biar kamu tahu, hari ini kamu nggak akan keluar dari pintu ini! Kalau kamu nggak mau mati di rumah, aku justru akan menghalangi keinginanmu!"Mendengar itu, Alyana akhirnya sadar.Mereka bukannya ingin dia kembali untuk pemulihan, melainkan karena mereka merasa malu dengan apa yang dia lakukan di luar, dan berusaha keras membawanya pulang.Bagaimanapun, mereka baru akan merasa cemas bila kepentingan mereka sendiri terganggu.Konyol sekali, sangat amat konyol.Alyana m

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 108

    Keluarga Imano.Di ruang tamu, Royan duduk di posisi utama, Alina di sampingnya memijat pundaknya, terlihat sangat patuh dengan tatapan mata yang rendah.Anak kedua tertua, Arifin, mondar-mandir dengan gelisah, sesekali menoleh ke arah pintu utama, terlihat sangat cemas. "Entah apakah Kakak bisa melakukannya! Aku sudah bilang aku harus ikut, tapi dia tetap nggak setuju!""Kak Arifin, jangan cemas."Alina berbicara dengan lembut. "Kak Sam pasti bisa menepati janjinya, meskipun Kak Alya nggak mengerti, setidaknya dia harus kasih Kak Sam muka. Lagian, rumah keluarga ini bukan tempat berbahaya ....""Aku rasa dia memang berpikir begitu!"Royan bangkit dengan marah dan menepuk sandaran sofa. "Sebelumnya kita sudah memintanya baik-baik, dia tetap nggak mau kembali, lebih memilih tinggal di rumah Nathan, merusak reputasinya sendiri! Seolah-olah kita akan memakannya!""Royan, jangan terlalu agresif. Setelah Alya kembali, kita tetap harus berbicara dengan baik dengannya."Imelda khawatir. "Dia

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 107

    Alyana terkejut. "Bagaimana kamu tahu?""Konsep pemotretan seseorang bisa dilihat dari karyanya, apalagi kamu sudah kenal dengan Tuan Nathan. Jadi, sangat wajar kalau kamu yang memotret Andreas."Vita memandang dengan penuh kekaguman. "Nona Alyana, kamu benar-benar sangat berbakat. Kalau kamu ingin lebih berkembang, aku bisa membantumu."Kata-kata seperti itu dulunya sangat diidam-idamkan oleh Alyana.Namun, takdir berkata lain. Sekarang dia hanya bisa menolaknya dengan sopan."Bu Vita, terima kasih atas niat baikmu, tapi fotografi hanyalah hobiku. Bagiku, selama bisa memotret di sana-sini, itu sudah cukup untuk sekadar santai."Mendengar itu, Vita tentu saja merasa kecewa, tetapi dia hanya bisa menerima. "Memang, setiap orang punya tujuan hidupnya masing-masing. Aku nggak bisa memaksamu untuk mengikuti jalur ini.""Benar ...." Vita benar-benar merasa sayang. "Ini penyakit profesiku, aku nggak tahan melihatmu menyia-nyiakan bakat."Alyana menundukkan kepala sedikit. "Maafkan aku, Bu Vi

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 106

    "Nona Alyana, ikut aku. Aku masih punya beberapa pertanyaan untukmu!"Vita tidak bersikap ramah pada para wanita itu, langsung menarik Alyana pergi.Orang-orang di tempat itu terpaku. Kata-kata yang baru mereka ucapkan seperti bumerang yang tepat menghantam dahi mereka sendiri."Kenapa kamu nggak bilang kalau Alyana kenal dengan Vita?""Tadi kita ngomong semaunya. Kalau Alyana cerita ke Vita dan ditambah-tambahi, nanti kita masih bisa beli karya-karyanya lagi nggak?""Ya, jangan-jangan kamu sengaja mau menjebak kita supaya menyinggung Vita?"Mereka semua mengarahkan kesalahan pada Helen.Helen merasa diperlakukan dengan sangat tidak adil. Dia juga baru tahu Alyana kenal dengan Vita!Namun, dia mengangkat kepalanya lagi dan berkata dengan percaya diri, "Kenapa jadi aku yang disalahkan? Jelas-jelas kalian yang nggak tanya, mau aku bilang pun kalian nggak kasih kesempatan!""Tadi juga Bu Riana yang memaksa mengajak kita buat mengadang Alyana, aku sendiri belum sempat bilang apa-apa."Rian

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 105

    Di kalangan keluarga konglomerat, membandingkan kekayaan dianggap norak. Kebanyakan dari mereka mengejar pencapaian spiritual yang lebih tinggi, menonjolkan kualitas diri. Oleh karena itu, mengoleksi karya seni menjadi cara lain untuk saling unjuk gengsi.Para nyonya kaya yang hadir sedang berkumpul membahas karya-karya Vita, masing-masing dengan sudut pandang yang tampak mendalam.Helen sendiri merasa sangat bosan, tetapi dia tidak bisa memperlihatkannya. Dia tetap memaksa diri agar tampak wajar sambil mengulang isi artikel penilaian seni yang dia hafalkan semalam, tanpa meleset satu kata pun.Meski melelahkan untuk bersandiwara, pujian dari para wanita lain tetap membuatnya senang."Ah, itu sih biasa saja. Kalau kalian sudah sering lihat karya seni seperti aku, dan sering terpapar suasana artistik, pasti kalian juga bisa punya pandangan sendiri yang unik."Helen mengucapkan kata-kata basa-basi itu, tetapi sorot matanya tidak bisa menyembunyikan rasa puas diri.Saat itu, salah satu wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status