Beranda / Fantasi / Kanuragan Jati / Drama Pendekar Wanita

Share

Drama Pendekar Wanita

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-15 11:40:50

Matahari meredup di langit senja saat Wira dan rombongan bersiap-siap menjalani malam yang penuh petualangan. Seperti biasa Wira duduk di tepi api unggun, matanya terpejam dalam meditasi, menyambut bisikan angin yang membawa pesan gurunya.

Lonbur dan Blentung, sebagai teman-teman setia, mencoba membuat suasana lebih ceria. "Hei Blentung, malam ini kita harus memberikan penyambutan yang istimewa untuk Wira. Mungkin kita bisa menyanyi atau menari di sekitar api unggun?" ucap Lonbur sambil tertawa.

Blentung menjawab dengan suara serak khasnya, "Ide yang bagus, Lonbur! Mungkin aku bisa menunjukkan gerak tarian katak yang selalu aku latih di sumur tua itu."

Mereka adalah dua wujud makhluk yang berbeda, tapi dalam hal kekompakan bercanda, mereka nomor satu. Blentung dengan suara serak khasnya, membuat suara layaknya orkestra alam. Sambil menggerakkan tubuhnya menari tarian katak. Rupanya suara-suara Blentung memancing ratusan katak liar di alam untuk bersahutan memainkan orkestra. Lonbur menari di udara, mengimbangi tarian katak Blentung.

Sementara itu, di antara para gadis, muncul persaingan cinta yang tidak terucapkan antara Dewi Meru dan Rara. Keduanya, meski menjadi sahabat dekat, diam-diam berusaha menarik perhatian Wira.

“Nyai, Kang Wira tampan dan gagah yah? Pasti istrinya nanti bakalan secantik dan semontok aku ya?“ Rara membanggakan dirinya sendiri di depan Meru.

“Ya jelas lah! Istrinya pasti juga sakti dan setia, ha ha! Dialah yang menemani setiap perjuangannya bahkan sejak masih kecil.“ Meru tidak mau kalah dengan Rara yang baru saja kenal Wira, karena dia memang sudah dekat sejak kecil di padepokan.

Keduanya tertawa bersama dan semakin akrab. Rara melanjutkan, “Mungkin, kalau dia bakalan punya istri dua, keduanya pasti cantik, setia dan juga sakti pastinya!“

Suasana persaingan itu semakin terasa dalam setiap senyuman dan tatapan.

Sari, yang baru beranjak dewasa mulai merasakan getaran cinta, dia juga merasakan kehangatan Wira. Malam itu, dia duduk berdampingan dengan Blentung yang saat itu beristirahat setelah lelah menari.

"Blentung, apa itu cinta sebenarnya?" tanyanya sambil melemparkan pandangan ke arah Wira yang sedang bermeditasi.

Blentung, dengan nada seriusnya, menjawab, "Sari, cinta itu seperti lompatan katak yang penuh keberanian. Kamu melompat, tidak tahu di mana akan mendarat, tapi selalu yakin bahwa di ujung perjalanan itu, ada sesuatu yang istimewa."

Sementara itu, tak menghiraukan tingkah laku teman-temannya, Wira tetap bermeditasi. Dia menyerap energi alam yang pekat di lingkungan itu dan diapun semakin berkembang, tidak hanya dalam kekuatan, tetapi juga karisma dan kepemimpinannya. Meditasi yang dilakukannya secara rutin memberinya ketenangan dan kebijaksanaan. Para pendekar di sekitarnya semakin kagum dengan aura ketenangan yang dipancarkannya.

Begitu malam semakin larut, para gadis beristirahat di kemah seperti biasa. Wira masih tenang dalam meditasinya, dan kedua makhluk kecil bergantian berjaga.

Pagi harinya, saat semua duduk di bawah pohon rindang menikmati sarapan dari perbekalan yang diberikan oleh guru Rara, Wira mengumumkan dengan wibawa, "Teman-teman, pesan dari guruku semakin jelas. Puncak gunung Susuh Angin menantikan kita, kita akan semakin dikuatkan dengan anugerah yang diberikan. Kita harus tetap fokus pada tujuan utama kita."

Rara dan Meru saling bertatapan, kemudian tersenyum. Mereka setuju bahwa meskipun ada sedikit persaingan, kebersamaan dan tujuan bersama lebih penting.

Perjalanan mereka melalui hutan yang semakin lebat dan lembah yang semakin dalam. Sesekali melewati perkampungan. Lonbur, dengan kelucuannya, menciptakan suasana cair dengan terus melemparkan lelucon dan tingkah konyolnya, membuat seluruh rombongan tertawa.

Di sebuah sungai yang deras, Blentung dan Lonbur terbang berkeliling. Mencari batang pohon yang kiranya bisa dibuat menyeberang. Mereka menemukan sebatang pohon pinus yang tumbang lalu memanggil Wira untuk membawanya. Dengan kekuatannya, Wira berhasil memotong dahan yang tidak diperlukan dan menggotong seluruh batangnya sendirian. Meletakkan di atas sungai sebagai jembatan.

Wira menyeberang lebih dulu, menguji kekuatan jembatan dan meyakinkan para gadis.

“Sungainya dalam dan deras, Kang. Apa jembatannya aman?“ Rara menampilkan gestur manja di depan Wira.

“Kalian bertiga berjalanlah perlahan, fokus ke depan, jangan melihat ke bawah. Begitu tanganku bisa menjangkau, kalian akan kutangkap.“

Tidak mau kesempatan pertama diambil Rara, Meru melangkah dengan berani menuju jembatan. Perlahan-lahan berjalan, jantung semakin berdebar. Fokus mata ke depan, menatap Wira yang siap menangkapnya.

Namun, terjadi sedikit kesalahan. Saat Meru sampai di tengah, karena fokusnya selalu ke depan, dia salah melangkah. Dia tersandung potongan dahan, membuat keseimbangan goyah dan dia hampir terjatuh.

Dengan sigap, tangannya ditarik oleh Wira dan tubuhnya ditangkap, dipegang erat di pinggir sungai. “Awas! Hati-hati, Nyai!“

“Hatiku sudah tertangkap, Kang!“ Wajah Meru memerah seperti merahnya buah apel yang sudah masak.

“Sudah cepat minggir, gantian aku juga mau lewat!“ Rara bergegas menuju jembatan dengan rasa cemburunya.

Wira segera melepaskan tubuh Meru di tempat aman dan bersiap menolong Rara.

Rara dengan percaya diri berjalan cepat di atas batang pohon itu, aman tanpa terpeleset atau tersandung. Tapi begitu sampai pinggir, dia langsung beraksi menangkap tubuh kekar Wira.

“Aduh! Aku terjatuh! Selamatkan aku, Kang!“ pekik Rara saat mencengkeram Wira.

Sari yang terakhir dengan sangat santai bersiap menyeberang. “Alah kalian! Bilang saja mau dipeluk Kang Wira. Pakai drama segala. Padahal kalian kan pendekar, menyeberang jembatan begitu pasti sangat mudah!“

Melihat kekonyolan para gadis, Wira hanya tersenyum.

“Aku ini loh, pendekar pemula. Masalah sepele seperti ini, ya mending minta digendong saja lah!“ ucap Sari tegas.

Semuanya tertawa terbahak-bahak kecuali Wira. Dia hanya tersenyum tipis dan melangkah menjemput Sari.

Gadis lain semakin iri, karena Sari benar-benar digendong oleh Wira. Tapi mereka tetap sadar, selain Sari memang gadis kecil, tujuan utama mereka masih jauh di depan.

Ketika mereka tiba di sebuah pasar, kejadian lucu tidak terhindarkan. Saat Lonbur mencoba berbicara dalam bahasa setempat, ia membuat kesalahan yang membuat semua orang tertawa. Blentung, dengan cepat berubah menjadi kodok dan melompat keluar dari situasi memalukan itu.

Rombongan mampir di sebuah lapak yang berjualan beberapa bahan herbal. Wira memilih bahan yang dia butuhkan untuk keperluan penyembuhan. Sementara Sari dan Meru mencari bahan makanan untuk perbekalan tambahan.

Di dekat tanah yang lapang, ada sebuah gubuk bambu. Wira berhenti dan meracik beberapa ramuan dan mengolahnya. Bahan-bahan yang dibelinya di pasar, dipilah dan diolah menjadi ramuan obat.

Rara berlatih sesama Meru di pelataran yang cukup luas. Gerakan-gerakan pertarungan pedang dari masing-masing padepokan diperagakan. Setelah beberapa waktu berlatih bersama, Rara tertarik dengan kecerdasan dan kekuatan Meru. Terjalinlah persaingan yang sehat di antara mereka, menciptakan dinamika yang menarik dalam kelompok.

Di sela istirahat latihan, mereka melihat Wira yang telah beranjak dari pengolahan ramuan. Kini dia sedang melatih Sari beberapa gerakan memanah. Keahlian Sari semakin meningkat seiring bertambah dewasa.

Selanjutnya, setelah saling bertukar kisah dan ilmu, rombongan itu bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju puncak gunung Susuh Angin. Wira, dengan ketenangan batinnya, menuntun mereka melalui hutan yang semakin tebal, menyambut tantangan yang masih menanti.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kanuragan Jati   Gadis di Pasar

    “Kalian tidak akan bisa meninggalkan tempat ini!” Seorang pemimpin penjaga berteriak sambil mengacungkan pedang panjangnya ke arah pria dan wanita muda di mulut gua.“Tangkap mereka!” lanjutnya.Tiga orang penjaga lain menyiapkan senjata mereka dan segera menyerang ke arah pria dan wanita muda yang tidak lain adalah Wira Soma dan Ratih. Seorang pendekar pemanah dan seorang wanita yang tampak biasa.Lonbur, seekor bunglon bersayap yang luput dari perhatian para penjaga segera terbang ke sisi gua.Dalam pertarungan jarak dekat, Wira mengandalkan sebilah pedang kecil dan juga batang busur panahnya sebagai tongkat. Dia bersiap pada setiap serangan para musuhnya.Sementara Ratih, dia berbalik memunggungi Wira untuk berjaga dari serangan menjepit dari arah belakang dengan bibir seperti merapalkan sesuatu.Tiga orang penjaga yang menyerang dari depan langsung berhadapan dengan Wira Soma dan pedang pendeknya. Serangan pedang dan golok sesekali menghampirinya, tapi dengan busur di tangan, peda

  • Kanuragan Jati   Penyergapan di Pintu Keluar

    Mengikuti arah getaran pada pusaka Pring Petuk, Wira Soma dan kawan-kawan ternyata telah berbelok dari arah pusat kota kerajaan. Mereka menuju ke kaki gunung. Melewati ngarai yang dalam dan tebing terjal di sepanjang jalan.Alam di sekitar area ini seperti tak pernah dijamah manusia. Tebing berbatu dipenuhi lumut yang tebal, semak-semak tinggi menutupi jalan setapak.“Ke arah mana sebenarnya kita ini, Kang? Bukannya kamu bilang mau ke kota kerajaan?” Ratih mulai tak sabar untuk bertanya.“Aku hanya mengikuti arah yang ditunjukkan oleh pusaka ini. Sepertinya dia mendeteksi tempat persembunyian Ratu Angin Hitam atau pengikutnya.” Wira menggenggam Pring Petuk di tangan kanannya dan menggerakkan ke menghadap beberapa arah, potongan bambu itu akan terus bergetar dengan kekuatan yang lebih lemah saat Wira mengarah ke dalam ngarai yang lebih gelap.Memasuki lembah terdalam, aura mistis semakin terasa. Lonbur yang sebelumnya bersantai di pundak Wira, dia melompat ke pundak Ratih. “Nyai! Apaka

  • Kanuragan Jati   Pring Petuk Mulai Menunjukkan kekuatan

    Wira tetap teguh. "Kekuatan dan kehormatan tidak bisa dibeli dengan uang," katanya. "Pring Petuk ini adalah anugerah dari alam dan hasil dari kerja keras. Aku tidak akan pernah menjualnya."Para pendekar lain mengangguk setuju, menghargai prinsip dan integritas Wira. Pria kaya itu akhirnya pergi dengan rasa malu, meninggalkan Wira, Ratih, dan Lonbur dengan kebanggaan yang semakin kuat.Semua yang hadir tahu, bahwa mereka memang tidak cocok untuk mendapatkan pusaka sakti itu. Banyak dari mereka telah mencoba tapi tak sedikit yang gagal. Bahkan ada yang terluka parah sampai ada juga yang tewas. Hingga akhirnya hanya pendekar pemanah yang datang terakhir ini yang berhasil memenangkan pertarungan.Dengan Pring Petuk yang kini ada di tangan mereka, Wira dan Ratih melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa tantangan yang lebih besar masih menanti di depan. Namun, dengan tekad dan semangat yang tidak pernah pudar, mereka siap menghadapi apapun yang datang.Mengingat tujuan awal Wira So

  • Kanuragan Jati   Tuan Yang Sombong

    Sejak tiba, karena masih ada beberapa orang lain yang sedang berusaha mendapat Pring Petuk, Wira Soma langsung duduk di dekat lokasi rumpun bambu gading dan mulai bermeditasi.Di dalam kedalaman meditasinya, dia mendapatkan petunjuk spiritual yang mengejutkan bahwa sosok penjaga Pring Petuk sebenarnya adalah makhluk yang sangat sakti dan independen. Makhluk itu tidak hanya menjaga pring petuk dengan kekuatan fisiknya, tetapi juga dengan kekuatan spiritual yang mengikat pada batang bambu tersebut.Tentu saja Wira tidak mendengar informasi tentang beberapa kejadian yang telah terjadi sebelumnya dari diskusi di sekitar.Saat Wira terbangun dari meditasinya dia mendapat pemahaman yang baru.Ratih segera melaporkan hasil penyelidikan pada makhluk mistis di sekitar area pada Wira Soma, sehingga Wira semakin paham situasinya.Dia menemukan seekor ular yang tampak menempel di batang bambu gading di dekat ruas yang terjadi petuk. Dalam pandangan sekilas ular itu tampak samar, bisa dianggap han

  • Kanuragan Jati   Kemunculan Bambu Bertuah

    “Terima kasih, Ki!“ Wira Soma menagkupkan tangannya mengangguk pada Ki Mantep.Ki Mantep mengangguk dan juga tersenyum lalu perlahan menghilang kembali.Suasana di desa kembali damai sekali lagi. Penduduk desa bersukacita dan berterima kasih kepada Wira, Ratih, dan Lonbur atas kepahlawanan mereka. Tanpa disadari, sosok legenda yang telah membantu sebelumnya telah menghilang seolah tak pernah muncul.Namun, di balik kegembiraan, perasaan yang berbeda mulai tumbuh di antara Wira dan Ratih.Ratih, gadis desa yang memiliki kemampuan khusus dalam berkomunikasi dengan makhluk-makhluk mistis, merasakan getaran aneh saat bersama Wira. Dia mulai merasa tertarik pada pemuda itu, tetapi Wira masih ragu-ragu.Wira masih terbayang akan Dewi Meru, teman masa kecilnya yang selalu ada di sisinya. Meskipun ia merasakan getaran rasa spesial dari Ratih, namun ia merasa tidak pantas untuk melupakan Dewi Meru begitu saja.Mencoba mengingat sesuatu yang terlupakan, Wira akhirnya bertanya sambil berjalan, “

  • Kanuragan Jati   Ki Mantep Sang Legenda

    Setelah kemenangan mereka atas Ratu Angin Hitam, suasana di desa kembali tenang. Penduduk desa bersukacita dan mengucapkan terima kasih kepada Wira, Ratih, dan Lonbur atas pertolongan mereka. Penduduk mengadakan perayaan sebagai bentuk rasa syukur dengan mengadakan jamuan di halaman rumah sesepuh kampung.“Nikmatilah jamuan sekedarnya ini, Pendekar. Sebagai wujud ucapan terimakasih kami karena telah menyelamatkan warga kami dari kekejaman Ratu Angin Hitam.“ Sesepuh kampung tersenyum ramah mempersilakan untuk makan.“Terima kasih, Sesepuh! Kebetulan kami juga tengah menelusuri jejak pengaruh kekuatan kegelapan itu.“ Wira menceritakan tentang tugas perjalanan dari gurunya di kerajaan Toya Legi ini. Sejak ia mendapat tugas di Puser Bhumi, dilanjutkan menuju kerjaan ini. Misinya masih sama, membasmi kekuatan kegelapan khususnya para pengikut Dewa Gempurana. Namun di kerajaan Toya Legi ini, Wira Soma harus mencari petunjuk dan langkahnya sendiri.Di balik kegembiraan kemenangan yang sementa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status