Kesempatan kristal kedua

Kesempatan kristal kedua

Oleh:  Lizzie  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat
12Bab
388Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Berawal dari sebuah acara kemah atau camping di sebuah Gunung, yang diadakan dari pihak sekolah pada pembagian kelompok sialnya Bianca mendapati dirinya satu kelompok dengan Vanessa dan teman temannya, tentu itu membuatnya khawatir. Beberapa waktu kemudian firasatnya itu pun terjadi, Bianca didorong lalu terjatuh keluar area kemah, membuat Bianca tak sadarkan diri, ketika sadar Bianca berjalan tanpa arah sampai menemukan sebuah pemukiman, dia disambut dengan ramah tapi semakin lama semakin terasa aneh terutama ketika pemimpin warga itu duduk simpuh kedua bola matanya menghadap ke atas serta menadahkan seakan akan sedang berdoa, kejadian itu disaksikan oleh mata kepala Bianca sendiri yang membuatnya terheran heran, sampai ketika mulut sang pemimpin mengeluarkan kalimat “Aku merindukan mu Aletha.” Mendengar hal itu membuat sekujur tubuh Bianca merinding dan spontan berdiri keluar hingga berlari terpontang panting demi menjauh dari pemukiman tersebut, tak ada satu pun yang memperdulikan Bianca yang keluar secara tiba tiba, terus berlari ketakutan semakin jelas setelah mengetahui fakta sebenarnya yang dikatakan oleh salah satu warga tersebut yang sedang melakukan sebuah ritual, ketika berlari Bianca tak sadar menabrak kuda yang ditunggangi seorang pemuda tampan, hal itu membuat Bianca terpukau, tanpa sadar keadaan sekitar pun berubah, dari gelap dan penuh rasa takut kini Bianca merasa tenang serta kagum dengan pemuda di depannya. Tapi tetap saja, itu tidak menghilangkan pikiran Bianca tentang kejadian sebelumnya, sampai saat ini tanah yang ia pijak adalah sebuah keanehan membuat Bianca mencubit pipinya sendiri lalu lengan tangan kanannya, rasa sakit membuat Bianca sadar ini nyata, tapi kalimat yang keluar dari mulut pemuda itu justru membalikkan fakta. “Sedang apa putri Lucia?” Seketika Bianca kaget dengan mata melotot melihat pemuda yang ramah dan tersenyum didepannya, hingga memanggilnya dengan sebuah nama ‘Putri Lucia’ dengan cepat Bianca mengamati sekitar, tidak ada siapa pun pemuda itu sedang berbicara dengannya!

Lihat lebih banyak
Kesempatan kristal kedua Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-02-06 19:31:46
0
12 Bab
Awal permulaan
Suasana malam di tengah hutan dengan angin sejuk mulai menerpa tubuh, terdengar suara daun yang terbawa angin, suasana sepi dan sunyi membuat tubuh merinding tak ada satu pun yang bisa membangunkan tubuh Bianca yang sedang tergeletak mencium tanah. Bau tanah yang menyengat terasa lembab ketika menyentuh kulit, apakah air hujan telah membasahi hutan ini? Bianca masih tergeletak lemah, tubuhnya tak bisa bergerak, kesadarannya masih belum pulih. Dari jauh terdengar suara desis, sesuatu yang mendesis mulai mendekati tubuh Bianca.“Ya ampun!” teriak Bianca meraba kakinya.Mendapati kakinya dililit oleh seekor ular kecil, Bianca berteriak di tengah hutan dengan tubuh yang terkejut ia segera melempar ular yang masih menempel di kakinya, ular kecil dengan panjang hanya seukuran lengan Bianca membuatnya terbangun dari pingsannya. “Untung saja ular itu pendek dan kecil, kalau tadi yang melilitku itu ular Piton bisa mati kehabisan napas aku!” Bianca menyadari ada yang tidak beres dari diriny
Baca selengkapnya
Kejadian
Hutan yang semakin gelap dengan ditutupi rimbunnya dedaunan bahkan cahaya bulan tak sanggup menerangi gelapnya hutan, akar pohon besar menjulang keluar tanah mempersulit langkah dalam gelap, berjalan dengan pakaian yang sebagian besar penuh bekas tanah dan beberapa robekan, mendapati sebuah luka yang menyakitkan.Ini adalah langkah terakhirnya setelah mendapatkan secarik kertas dari kantong celananya dengan tulisan tangan mengatakan, ‘Semuanya akan dimulai tanpa akhir.’Berjalan tanpa arah hingga berakhir terguling untuk kedua kalinya, kepala menghadap ke tanah dengan kedua jari jemari di genggam erat ia memukul tanah yang tepat berada di bawah wajahnya.“Kenapa! Ada apa denganku! Apa salahku!” Bianca berteriak kesal.Air mata mengalir deras, pipinya terasa basah dan lembab, tanah yang ia tangisi menggelap, air mata yang keluar bentuk dari berbagai perasaan, Bianca menangis lemas, penuh dengan rasa kecewa, tangisan yang menyayat hati, tanpa sadar sebuah tumbuhan menyentuh wajah Bianca
Baca selengkapnya
Pertemuan
Ekspresi keheranan pemuda itu membuat tubuh Bianca beranjak sendirinya dari tempat yang membuatnya gugup, sekarang Bianca duduk di kursi kayu tua ditemani dengan pemuda tersebut, mata keduanya bertemu, saling menatap dengan penuh pertanyaan.“Kenapa bertanya tentang upacara? Memangnya selama apa Nona mengurung diri?” tanya heran pemuda itu.Dengan yakin berbekal tekad Bianca memberanikan diri meski terbata bata penuh kegugupan ia harus bisa menyakinkan pemuda di depannya agar ia bisa melanjutkan hidupnya.“Berhentilah berpikir aku ini layaknya orang asing, aku tau pikiranmu yang sebenarnya, jujur saja aku baru pulang dari suatu tempat yang jauh dan sepertinya aku tertinggal pemberitahuan tentang upacara, jadi aku sedikit kebingungan,” ungkap Bianca berusaha menyakinkan pemuda tersebut. Tanpa pikir panjang pemuda itu mengubah ekspresi curiganya menjadi semula ditambah senyuman ceria, mencairkan suasana.“Benar saja kan apa yang aku pikirkan, dia itu bukan orang asing,” gumamnya kesena
Baca selengkapnya
Dia
Suasana malam terasa sepi, dengan penerangan seadanya, tubuh terasa merinding dengan angin sejuk yang mulai menggelitik, baju Bianca terlihat kusut dan kusam dengan beberapa bagian yang robek dan lagi sudah berbaur dengan tanah hutan membuat dirinya lebih sensitif dengan angin, tanpa sadar jari Bianca mulai saling memegang erat kedua lengan miliknya agar tetap merasa kehangatan. Kepala pemuda itu menoleh ke hadapan Bianca, tatapannya serius matanya mulai menyipit mencurigai Bianca, "Apakah Nona benar benar melupakan kisah ini?" Bianca memalingkan tatapannya ke bawah, ia tak berani berkata apa pun selain terus bergumam, "Habislah hidupku, kurasa aku akan ketahuan lalu dikejar oleh penduduk setempat." Malam yang sunyi tersisa mereka berdua di pinggir jalan, duduk tepat di bawah cahaya yang mulai mengedip, tatapan pemuda itu masih menyorot tajam ke arah Bianca, keringat dingin mulai bercucuran, Bianca masih keras kepala menundukkan kepalanya tanpa berkata sepatah apa pun.Pemuda itu m
Baca selengkapnya
Ferron
Melihat hal itu Bianca merasa heran dengan tingkah laku pemuda itu, sejenak ia terdiam lalu menatap wajah pemuda itu yang sangat berseri seri, telapak tangan yang menjadi saksi bisu tingkah pemuda itu masih digenggam erat. “B-baiklah, h-hallo Ferron senang bertemu denganmu, aku Lucia! Sekarang kita harus memanggil nama satu sama lain ya!” Penuh kegagapan Bianca membalas dengan senyum terpaksa ke hadapan Ferron, setelah mengucapkan salam perkenalan Bianca segera melepaskan tangan miliknya, telapak tangannya terdapat bekas yang memerah setelah sekian lama dipegang oleh Ferron. “Kita sudah saling kenal, aku akan tetap memanggilmu Nona,” timpal Ferron tersenyum tipis.“Kalau begitu Ferron sedari tadi kita tidak sampai ke inti upacara karena asik sendiri kurasa ada satu pertanyaan yang terus membuatku kepikiran,” ucap Bianca terdiam sejenak. Bianca terdiam menatap kurang yakin ke arah Ferron yang berbalik menatapnya dengan mata yang berbinar binar dan perasaan yang penuh rasa penasaran
Baca selengkapnya
Ferron #2
Bianca terdiam kedua matanya seakan akan tak percaya, ia menatap Ferron dengan rasa takutnya ia memegang kedua lengan Ferron sangat erat, wajahnya panik ia mengguncang tubuh Ferron lalu menatapnya dalam dalam."Aku? Apa benar akan diusir untuk kedua kalinya?" desak Bianca setelah mengacaukan penampilan Ferron.Ferron menunduk, helaan napas terdengar panjang, "Aku benar benar serius, Nona."Wajah Bianca pasrah tubuhnya hanya bisa bertumpu pada tanah dengan sigap Ferron menggenggam lengan kanan Bianca, "Jangan bersedih seperti itu, kurasa memberikan satu nama lain itu bukanlah hal yang buruk, tentunya jati dirimu tak terlupakan, bukan?"Bianca menunduk sedih, ia memalingkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa."A-aku tak bisa berpikir ke depannya, aku benar benar merasa asing dengan segalanya," ucap Bianca gemetar dengan menahan isak tangisnya.Air mata turun satu persatu seiring perasaan yang campur aduk bersatu dengan derasnya hujan, keadaan semakin memburuk, Ferron tanpa suara h
Baca selengkapnya
Ferron #3
Api unggun menyala membakar habis semua kayu yang menyisakan percikan bunga api, terasa asing ketika menyentuh kulit Ferron yang sedang menghampiri Bianca, hanya terdengar suara napas dan tersisa tubuh yang lemah."Nona Lucia!" pekik Ferron di kejauhan.Tubuhnya terguncang oleh perasaan panik, wajah Ferron penuh rasa khawatir, keringat mulai bercucuran sepanjang ia duduk tepat di depan api yang memanas mendapati Bianca terbaring sekarat dengan bibir pucat mengelupas, dari alam kesadaran terus terdengar teriakan yang mencoba mengusik kesadarannya, teriakan itu semakin keras seiring guncangan tubuh yang tak terhentikan."Nona Lucia! Bangunlah, kita baru bertemu Nona seharusnya tak meninggalkanku, aku tidak hanya ingin jadi teman!" Ferron berteriak panik sembari menepuk lembut pipi Bianca.Ferron mengusap rambut hitam miliknya, air mata terurai di pipinya, tubuhnya terduduk pasrah hanya terdengar tangisan bersalah miliknya yang mengisi ruangan.Kini yang mengusik alam kesadaran Bianca ti
Baca selengkapnya
Kenyataan
Kegelapan menyelimuti desa dengan penerangan seadanya dan suara alunan rintik hujan yang mereda membuat suasana hangat dan nyaman, kibasan angin dari hempasan Bianca hanya menggeletik lengan Ferron.“Aw, reflek yang bagus Nona,” ujar Ferron meledek sembari mengelus lengannya.Bianca hanya terdiam jenuh meratapi jendela dengan langit yang dihiasi bintang bintang membuat langit penuh keindahan, melihat fokusnya mata Bianca memandang ia mulai menyibukkan diri memandangi langit yang menarik perhatian Bianca.“Kurasa ini bukan saatnya bercanda, lalu apa maksud yang Nona katakan sebelumnya? Apa itu juga kalimat candaan?” ucap Ferron menatap Bianca.Bianca menoleh tanpa ekspresi tatapan indah miliknya menarik perhatian Ferron, mereka duduk di sofa yang sama hanya sedikit jarak tidak mempengaruhi Ferron, ia pun menoleh lalu tersenyum Bianca mengedip lalu segera menatap jendela itu.“Nona, tingkahmu memang lucu seperti anak kecil, lalu aku ingin tau banyak sekali hal yang membuatmu seperti seb
Baca selengkapnya
Kenyataan #2
Udara dingin mulai mencucuk kulit terasa kedinginan yang menggantikan kehangatan, kehadiran Bianca membuat Ferron berbicara lebih banyak sampai melupakan kayu yang terbakar habis hanya menyisakan beberapa kepingan. Ferron berdiri, udara dingin menggeletik tubuhnya ia mengambil persediaan kayu untuk dibakar, sembari mengambil beberapa bungkus kayu Bianca memperhatikan Ferron, perhatiannya teralihkan kepada pria yang sempat mengabaikan perbincangan dengannya, satu persatu batang kayu terjatuh ke dalam api yang berkobar dengan percaya diri Ferron tersenyum di balik bayangan, ia tau Bianca tertarik dengannya. “Aku sedang tidak mengarang, kurasa Nona harus melihat cermin, benda itu ada di sana,” ucap Ferron menaruh kayu terakhir itu lalu menunjuk ke arah cermin yang berada di bawah sebuah kepala rusa.Bianca dengan segera beranjak dari sofa sejenak ia terdiam ketika kedua matanya terbuka menatap cermin, Ferron melihat dari kejauhan bagaimana reaksi Bianca beberapa kali terdengar suara te
Baca selengkapnya
Hal tersembunyi
Api semakin menderu melahap rakus semua kayu bagaikan rasa penasaran Ferron yang melahap akal sehatnya bahkan membicarakan hal terlarang.“Gadis kristal? Lelucon apalagi yang ingin kau sampaikan? Ingin semakin membuatku gila? Aku sudah cukup kehilangan akal sehatku dengan melihat perubahan fisikku,” ketus Bianca sembari melipat tangannya.“Ini bukan lelucon tapi aku yakin situasi ini, munculnya Nona, lalu aku yang menemukan Nona, bahkan terjadi saat upacara berlangsung,” ucap Ferron menyakinkan Bianca.“Lalu? Urusannya denganku apa? Perubahan desa ini terlalu jauh bahkan tak memungkinkan diriku untuk kembali menjadi warga asli di sini, kurasa aku akan kembali ke tempatku sebelumnya,” timpal Bianca beralasan.Tatapan sinis Bianca melukai mental Ferron yang sedari tadi berusaha lembut, suasana menjadi panas dengan penuh perdebatan yang saling bertabrakan.“Semua ini yang terjadi malam ini adalah sebuah takdir, aku anak yang diberkati oleh Dewi Aletha lalu aku dipertemukan denganmu,” jela
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status