Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh

Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh

last updateLast Updated : 2025-09-06
By:  QeeA.Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
33Chapters
377views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Lilith Hale adalah gadis desa yang dikagumi karena kecantikannya dan dihormati karena kecerdasannya, justru menjadi korban kerakusan para bangsawan. Fitnah menghancurkan kehormatannya dan keluarganya dihukum mati tanpa keadilan. Tapi takdir memberinya kesempatan kedua. Lilith terlahir kembali sebagai Helena Magraville, putri dari keluarga bangsawan yang dulu menghancurkan hidupnya. Dengan wajah baru, darah bangsawan, dan ingatan yang tak terlupakan, Helena menyusun rencana balas dendam. Namun, semakin dalam ia menggali rahasia kelam keluarga Magraville, semakin jelas bahwa kematian Lilith hanyalah bagian kecil dari konspirasi yang jauh lebih besar. Kini, Helena harus memilih. Menuntaskan dendam pribadi, atau menghancurkan sistem yang membusuk dari dalam.

View More

Chapter 1

Bab 1. Kematian dan Kelahiran

Langit mendung, seolah turut berduka atas apa yang terjadi di ibu kota kerajaan Velmoria. Di alun-alun istana yang luas, ribuan pasang mata berkumpul menyaksikan akhir dari keluarga “pengkhianat”.

Lilith berdiri lemas di tengah kerumunan. Tangannya terikat, tubuhnya penuh luka. Di sisi kirinya, sang ibu, Elira, menangis tersedu. Di sisi kanannya, ayahnya, Rowan, menatap ke arah langit seakan pasrah dengan takdirnya.

“Ayah... Ibu...” suara Lilith bergetar, namun tak terdengar jelas karena sorak-sorai massa.

“Jangan lihat, Lilith. Tutup matamu,” bisik Elira, namun Lilith menggeleng.

Jika ini hari terakhirnya, ia ingin melihat semuanya dan mengingat wajah-wajah yang menginjak hukum sebagai keadilan.

Para bangsawan berdiri di balkon atas. Wajah-wajah angkuh yang dulu memujanya, menawarkan kekuasaan demi tubuhnya, kini melihatnya seperti hiburan kecil biasa.

Putra sulung Magraville terlihat di antara mereka, matanya lurus menatap ke arah Lilith. Sorot matanya menampakkan kesedihan, tetapi Lilith tak tertipu. Ia tahu itu hanyalah dusta, topeng tipis yang dipakai sang putra sulung Magraville untuk menutupi kejahatannya.

"Atas nama kerajaan dan hukum, Rowan Hale dan keluarganya dijatuhi hukuman mati atas pengkhianatan kepada sang Raja."

Dua penjaga menarik Rowan dan Elira terlebih dahulu. Lilith berteriak, “Jangan! Jangan bunuh mereka! Aku mohon! Aku yang bersalah!”

Suara cambuk, jeritan ayah dan ibunya menggema. Lilith menjerit histeris, tangisnya pecah dan tak terkendali, namun tak satu pun dari darah biru itu berpaling.

Tubuh Rowan dan Elira telah terkapar, tak bernyawa. Lilith meronta sekuat tenaga. Ia ingin memeluk mereka, tapi rantai besi mencengkeram kuat di tangan dan kakinya.

Matanya menatap tajam ke arah putra sulung Magraville. Bukan karena ia memohon belas kasih, melainkan karena amarah dan rasa kecewanya.

“Apa salahku?” suaranya pecah. “Kenapa kau tidak bunuh aku saja? Kenapa harus orang tuaku?!”

Pria itu hanya diam, tatapannya masih sama.

“Aku lebih sudi ditatap sebagai orang rendahan daripada dijadikan sandera rasa bersalahmu yang palsu.”

Dari atas, para bangsawan mulai berbisik, gerakan bibir mereka penuh siasat. Salah satu dari mereka memberi isyarat kepada penjaga.

“Lilith Hale,” teriak seorang penjaga dengan lantang, “kau dibebaskan dari hukuman cambuk.”

Penjaga mendekat, mulai melepaskan rantai di tangan dan kakinya. Begitu rantai terakhir terjatuh ke tanah, Lilith menyambar pedang dari pinggang salah satu penjaga.

“Bunuh saja aku!” teriaknya sambil mengarahkan ujung tajam pedang ke lehernya sendiri. “Aku akan mati tanpa mengikuti rencana busuk kalian!”

Lilith melayangkan pedangnya dengan gemetar, mengarah lurus ke lehernya sendiri.

Namun sebelum bilah dingin itu menyentuh kulitnya, sebuah tangan menahan gerakannya.

"Jangan terburu-buru," ucap seorang bangsawan yang turun dari balkon atas, Dorian Thornevale.

“Kenapa kami harus membunuh wanita seindah ini, seperti menghukum budak rendahan?” gumamnya sambil menendang tangan Elira yang sudah tak bernyawa.

Dorian berjongkok, jemarinya menyentuh wajah Lilith yang penuh luka. “Setidaknya kecantikan ini bisa dihargai lebih dulu.”

Lilith menyeringai, menepis tangannya dari wajah. “Bunuh saja aku seperti budak rendahan! Setidaknya aku lebih terhormat daripada orang sepertimu.”

“Jangan pikir karena raja pernah menyayangimu, kau bisa seenaknya melupakan darimana kau berasal!”

Tamparan mendarat di pipinya. Bibirnya robek, darah menetes dari sudut mulutnya.

“Dorian! Apa yang kau lakukan?!” seru bangsawan lain yang turun terburu-buru. Dia adalah Joren putra bungsu dari keluarga Valemont.

“Kau merusak wajahnya, bodoh!” ia memukul bahu Dorian.

Satu per satu bangsawan pria ikut turun, mengepung Lilith seperti binatang buas yang sedang lapar.

“Tenang saja, wajah yang penuh luka dan darah ini masih jauh lebih cantik daripada wanita-wanita dari keluargamu, Joren.”

Tangannya kembali membelai wajah Lilith. Ia menarik dagu gadis itu, memaksanya mendekat. Lilith berusaha menoleh, namun cengkeramannya terlalu kuat.

“Wow, tenang, cantik. Aku hanya membantumu membersihkan darah dari bibirmu,” ucap Dorian. Ia menyentuh bibir Lilith dengan jarinya, mengusap darah yang keluar mengalir.

Lilith meludahkan air liurnya tepat ke wajah pria bangsawan dari Thornevale itu, mendarat di pipi dan sebagian mengenai bibirnya.

"Aku lebih rela mati daripada disentuh oleh sampah sepertimu!"

Dorian tertawa sinis. Tangannya membelai rambut Lilith sejenak sebelum tiba-tiba menjambaknya kasar.

“Cukup aku bermurah hati padamu, harusnya kau berterima kasih.”

Lilith menahan teriakannya. Rambutnya ditarik, tubuhnya diseret melewati lorong dingin kastil tua, hingga kegelapan menyambut mereka di sebuah ruangan yang lembap dan sunyi.

Ia dilempar ke lantai. Suara tubuhnya menghantam keras menggema.

Di sana, para bangsawan mengelilinginya seperti serigala mendapatkan mangsa. Mereka yang dulu menyembah kecantikannya, tunduk kepada wibawanya, kini penuh nafsu dan hinaan.

“Lihat, apa jadinya ketika bunga terlalu tinggi untuk diraih, kini dia jatuh dan kami akan memungutnya.”

“Cantik seperti ini, sayang jika hanya dibunuh. Bukankah begitu?”

Lilith mencoba meronta, namun tak ada tenaga tersisa. Ia hanya bisa melindungi dirinya seadanya, menutup tubuhnya yang mulai diliputi rasa malu.

“Aku bersumpah akan menghancurkan seluruh keluarga kalian. Satu. Per. Satu.”

Ancaman itu seharusnya menakutkan, namun mereka hanya tertawa.

Seorang pria dari keluarga Magraville, mencengkeram tangan Lilith dengan kuat dan menariknya ke atas.

“Kau ini wanita yang suka pilih-pilih, ya? Kenapa hanya sepupuku yang boleh? Bukannya kau tidak menyukainya, hah?”

Lilith menggigit lidahnya dengan keras, menolak membiarkan suara rintihan sekalipun keluar dari bibirnya. Saking kerasnya ia melukai lidahnya, darah mulai keluar dari sudut bibirnya.

“Aku akan pastikan…” gumamnya di sela napas tertahan, “keluargamu yang pertama akan hancur, Magraville.”

Dari kejauhan, putra sulung Magraville berdiri kaku. Matanya menatap namun tak berani mendekat. Ketika tangisan Lilith memenuhi ruangan, ia memalingkan wajah seperti pecundang.

“Kenapa kau hanya berdiri saja, sepupuku? Bukankah kau yang tergila-gila padanya? Bukankah kau yang murka ketika wanita ini memilih pria dari Cealmont?”

Ia tak menjawab, matanya kembali melirik ke arah Lilith. Wajah Lilith yang sangat pucat menahan sakit.

Tubuhnya ingin bergerak. Ingin menolong, ingin melindungi, bahkan sekadar memeluk dan menutupi tubuhnya dari mata-mata jahat itu, tapi ia tetap diam dan memilih untuk pergi.

Lilith berteriak, meronta, memohon, tapi tak satu pun tangan itu berhenti menyentuhnya. Di ruangan itu tak ada manusia, hanya nafsu yang menggerakkan tubuh-tubuh tanpa jiwa.

Di sela napasnya yang tersengal, Lilith membuka mulutnya untuk terakhir kalinya.

“Aku berjanji… akan menghancurkan kalian semua,” bisiknya, lirih. “Akan kutegakkan keadilan… seadil-adilnya…” Ia mengembuskan napas terakhirnya.

.

.

“HAHHH—!”

Helena terbangun dengan napas memburu. Keringat membasahi tubuhnya, masih tersesat antara mimpi dan kenyataan.

"Nona, apa Anda baik-baik saja?" suara lembut seorang pelayan terdengar dari ambang pintu.

Helena melirik sekeliling, kamar tidur mewah, tirai beludru, dan lampu gantung yang berkilau. Ia kembali, tetapi sebagian dari dirinya terasa asing.

“Sebenarnya, aku siapa? Di mana tempatku?” 

Pelayan itu masuk dan berdiri di sisi ranjang, tersenyum ragu. “Ini kamar Anda, Nona Helena. Di Kediaman Utama Magraville.”

“Magraville? Aku?”

Ia meraba wajahnya seolah melupakan identitas dirinya, lalu menatap cermin di samping ranjang.

“Maksudmu, selama ini aku terlahir sebagai Magraville dengan alasan?”

Pelayan itu tak memahami apa yang sedang dibicarakan Helena.

“Nona, sebaiknya saya memanggil dokter,” ucapnya hati-hati. Ia beranjak pergi, namun tangan Helena dengan cepat menggenggam pergelangannya.

“Aku adalah Lilith Hale yang hidup kembali di tubuh Helena Magraville.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
33 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status