Mobil Mahendra berhenti di depan rumah mewah miliknya. Pria dengan berkulit putih itu keluar dari mobilnya dengan langkah kakinya yang jenjang. Rahang kokoh yang mengeras dengan wajah memerah sehingga urat lehernya sangat terlihat menegang. Terlihat kemarahan di wajahnya yang meluap-luap yang ingin segera di ledakkan.
"Karin!" teriak Mahendra.
Karin yang berada di dalam kamarnya yang baru selesai mandi yang mendengar suara Mahendra yang menggelar.
"Itu bukannya suara kak Mahendra? kenapa dia berteriak-teriak seperti itu?" tanya Karin kebingungan.
"Karin!" Teriak mahendra dengan suaranya semakin keras dan membuat Karin langsung buru-buru keluar dari kamarnya.
"Kak ada apa?" tanya Karin dengan wajahnya yang panik melihat wajah Mahendra seperti seorang monster yang ingin menerkam mangsanya.
Mahendra langsung melemparkan foto ke wajah Karin yang membuat Karin kaget sampai matanya terpejam. Lalu Karin membuka matanya dan melihat foto yang terbuka di atas lantai.
"Apa hubungan kamu dengan wanita itu?" tanya Mahendra dengan suara sentakan yang membuat Karin kaget.
"Tsamara," batin Karin melihat photo Tsamara.
"Kenapa kak Mahendra mempertanyakan masalah hubunganku dengan Tsamara. Apa yang ingin di ketahuinya," batin Karin dengan perasaan yang tidak enak.
"Kenapa kamu diam? Ayo jawab apa hubungan kamu dengan wanita yang sudah menghancurkan rumah tangga kak Kayra!" teriak Mahendra yang membuat karin kaget dengan melihat ke arah Mahendra. Wajah Karin menunjukkan ekspresi kaget dan juga bingung dengan pernyataan yang keluar dari mulut Mahendra.
"Wanita yang sudah menjadi selingkuhan pria bajingan itu!" teriak Mahendra lagi.
"Kamu cepat jawab!" teriak Mahendra yang sekarang menggoyang-goyang tubuh Karin yang memaksa Karin untuk menjawab nya.
"Apa maksudnya ini? Jangan-jangan kak Mahendra menyelidiki perselingkuhan kak Alex," batin Karin dengan wajahnya pucat dan panik.
"Ada apa ini Mahendra!" tiba-tiba wanita paruh baya menghampiri Mahendra dan juga Karen yang menegur perbuatan Mahendra.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu begitu kasar kepada Karin?" tanya wanita itu.
"Aku hanya ingin padanya. Kenapa bersahabat dengan wanita yang sudah menjadi selingkuhan dari bajingan itu," tegas Mahendra.
"Jadi kak Mahendra menduga. Jika Tsamara selingkuhan dari kak Alex," batin Karin.
"Hey kamu jangan diam saja kamu tidak mendengar apa yang aku pertanyakan kepadamu?" teriak Mahendra tepat di depan wajah Karin.
"Tsamara memang sahabatku," jawab Karin yang akhirnya mengeluarkan suara nya.
"Jadi kau berteman dengan wanita yang menjadi selingkuhan dari bajingan itu?" tanya Mahendra.
"Kak Mahendra aku tidak tahu apa-apa tentang hubungan mereka berdua saat itu. Tetapi pada akhirnya aku tahu. Jika Tsamara memang menjadi simpanan kak Alex," jawab Karin.
"Aku juga kaget saat itu. Karena memang Tsamara wanita yang tidak sesuai dengan wajahnya. Dia polos dan ternyata dia sangat jahat. Setelah aku tahu siapa dia aku menjaga jarak darinya," lanjut Karin yang memberikan penjelasan dengan menjelekkan Karin.
"Arghhh wanita sialan!" teriak Mahendra dengan wajahnya yang semakin memerah.
"Wanita itu memang hanya bisa menjadi perusak. Kau ingat Karin. Jangan sampai aku melihatmu bertemu dengannya lagi. Aku yang akan memberikan wanita itu pelajaran," tegas Mahendra. Karin hanya mengangguk-angguk dengan wajahnya yang panik dengan kedua tangannya yang saling menggenggam erat.
Setelah itu Mahendra langsung meninggalkan Karin dan juga mamanya. Sementara Karin langsung mengambil foto-foto yang berserakan di lantai.
"Karin siapa wanita yang di maksud Mahendra?" tanya Lidya.
"Teman Karin Tante dan dia selama ini menjadi duri di dalam rumah tangga kak Kayra," jawab Karin dengan gugup.
"Kamu yakin?" tanya Lidya tidak percaya.
"Iya. Ya sudah Tante. Aku ke atas dulu," ucap Karin langsung buru-buru pergi seperti orang ketakutan sementara Lidya malah bingung dan merasa kurang percaya dengan apa yang dikatakan Karin.
"Jika sahabatnya menjadi selingkuhan Alex. Kenapa Karin baru tahu sekarang dan bahkan Kayra juga tidak pernah menyebutkan wanita itu," batin Lidya merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan apa yang di lihatnya
********
Pagi ini Tsamara sudah terlihat rapi yang menuruni anak tangga. Tsamara sudah kehadiran tamu yang duduk di toko kuenya. Padahal toko kue itu belum buka.
"Karin!" sapa Tsamara heran.
"Tsamara!" sahut Karin.
"Kamu tumben pagi sekali datang kemari ada apa?" tanya Tsamara heran dengan sahabatnya itu dan Tsamara juga langsung duduk di samping Karin.
"Tsamara, aku tahu kamu sudah mengalami berbagai maslaah. Baik dalam keuangan dan juga karir kamu. Aku tahu kamu mempunyai impian yang banyak dan juga ingin sukses dalam karir kamu. Tsamara ini kamu ambil ticket ini dan kamu pergilah ke Luar Negri," ucap Karin dengan tiba-tiba yang berbicara terburu-buru yang memberikan tiket kepada Tsamara dan h itu membuat Tsamara bingung.
"Karin kamu ini kenapa tiba-tiba datang dan memberiku tiket ini dan siapa juga yang mau pergi ke Luar Negri?" tanya Tsamara bingung.
"Tapi kamu ingin menjadi wanita sukses bukan. Jadi aku memberikan kamu peluang. Dari pada kamu sibuk sana-dani bersama Amel mencari Investor yang tidak kunjung ada. Kamu harus memperjuangkan perusahaan kamu yang kecil dan tidak maju-maju sampai dapat. Penghasilan menjadi seorang asisten dosen juga tidak seberapa. Untuk apa mempertahankan hal yang tidak pasti.
"Tsamara, aku punya tempat tinggal di Itali. Di sana juga ada pekerjaan untuk kamu dan aku yakin kamu pasti sukses di sana dan semua mimpi kamu akan terwujud," jelas Karin yang tampak mendesak Tsamara untuk pergi ke Luar Negeri.
"Kenapa kamu tiba-tiba memaksa orang lain untuk ke Luar Negri!" bukan Tsamara yang berbicara. Tetapi Amel yang tiba-tiba muncul.
"Amel!" sahut Karin.
"Kamu kenapa Karin, kelebihan uang. Makanya menyuruh orang lain untuk ke Luar Negri," sahut Amel heran.
"Aku hanya ingin Tsamara sukses dan maju," jawab Karin singkat.
"Jadi menurut kamu. Di sini Tsamara tidak akan maju gitu," sahut amel yang tiba-tiba emosinya naik.
"Bukan begitu,"
"Lalu apa!"
"Apaan sih Amel. Kenapa kamu jadi marah-marah coba. Aku hanya ingin membantu Tsamara," sahut Karin.
"Bukan membantu namanya. Kamu lebih tepatnya memaksa Tsamara. Sudah jelas-jelas Tsamara menolak. Tapi kamu malah maksa," kesal Amel.
"Sudah-sudah. Kenapa kalian harus bertengkar pagi-pagi seperti ini. Karin aku tidak pernah punya keinginan untuk tinggal di Luar Negeri. Apa yang aku jalani sekarang sangat nyaman dan mungkin aku belum berhasil. Tapi aku yakin suatu saat nanti pasti akan berhasil dan jika pun aku sukses. Itu dengan tangan sendiri dan dengan usaha ku sendiri dan tidak dengan bantuan kamu. Aku tahu Karin kamu baik sekali kepadaku. Tapi aku benar-benar minta maaf aku tidak setuju dengan kamu," ucap Tsamara.
"Lagi pula aku dan Amel juga mendapatkan hal baik dalam bisnis kami dan ini kesempatan kami. Jadi aku tidak perlu ticket ini," lanjut Tsamara.
"Tuh dengerin. Makanya nggak usah maksa," celetuk Amel.
"Gawat. Jika Tsamara tidak ke Luar Negri. Maka kak Mahendra akan mencarinya dan semuanya bisa berantakan. Aku juga akan kenak dengan semua ini," batin Karin panik.
"Hallo semuanya! pagi-pagi seperti ini sudah ngumpul aja!" sapa seorang wanita dengan cerianya.
"Ihhhhh kenapa sih. Wajah kalian kok tampak tegang seperti itu. Ada apa ini??" tanya wanitanya yang memperhatikan satu persatu orang yang ada di sekitarnya.
"Tidak apa Rora," jawab Tsamara.
"Ya sudah kalau begitu. Aku berangkat ke kampus dulu. Aku ada kelas hari ini. Amel kamu bawa mobil saja. Aku pergi bersama Rora," ucap Tsamara berdiri dari tempat duduknya yang mengambil tasnya dan beberapa buku yang di bawanya.
"Aku duluan!" ucap Tsamara pamit.
"Bye, bye!" sahut Rora yang juga akhirnya menyusul Tsamara. Hanya meninggalkan Amel dan juga Karin dengan keduanya saling melihat.
"Semua ini gara-gara Amel. Dia selalu saja membuat Tsamara berubah pikiran," batin Karin jadi kesal.
"Kenapa melihatku seperti itu. Ada yang salah denganku?" tanya Amel santai.
"Tidak ada. Ya sudah aku mau pamit dulu," ucap Karin yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan pergi.
"Eh karin tunggu!" panggil Amel.
"Ada apa?" tanya Karin yang kembali membalikkan tubuhnya.
"Nih!" Amel mengambil tiket yang tertinggal di atas meja dan memberikannya kepada Karin.
"Ketinggalan!" ucap Amel. Karin pun langsung mengambilnya dan langsung pergi dari tempat tersebut.
Bersambung
Tsamara keluar dari salah satu ruang kelas. Tsamara yang berjalan di koridor kampus dengan menggunakan kaca mata minusnya yang berjalan serius dengan membolak-balik buku yang di pegangnya. Sampai Tsamara tidak menyadari ada seorang pria paruh baya yang berjalan dari arah depannya sehingga membuat mereka bertabrakan.BrukBuku yang di pegang Tsamara jadi jatuh."Maaf pak," sahut Tsamara yang mengangkat tangannya. Tsamara langsung berjongkok untuk mengambil bukunya yang jatuh."Saya yang salah Tsamara!" sahut pria berkacamata itu yang langsung berjongkok membantu Tsamara"Sudah pak tidak apa-apa. Ini semua salah saya," sahut Tsamara yang mengambil bukunya. Namun tangan pria itu juga ingin mengambilnya yang terakhir memegang tangan Tsamara. Tsamara yang menyadari hal itu merasa risih dan langsung menjauhkan tangannya."Maaf pak sekali lagi," ucapnya gugup dan langsung berdiri."Tidak apa-apa Tsamara, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Pria itu memegang lengan bagian atas Tsamara melihat hal
Setelah menemui Bayu Tsamara keluar dari dalam Club dan kembali kedalam mobil."Bagaimana sudah beres?" tanya Amel."Sudah Amel!" jawab Tsamara dengan memakai sabuk pengamannya."Ya sudah kalau begitu kita langsung pulang. Aku sudah lelah," ucap Tsamara."Ya sudah terserah kamu saja," jawab Amel. Amel langsung menarik gas mobil dan langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang.*********Tidak berapa lama akhirnya Tsamara dan Amel sampai juga di kediaman rumah mereka. Di mana keduanya tinggal di ruko berlantai 2. Lantai utama di gunakan sebagai usaha kecil-kecilan toko roti dan lantai kedua sebagai rumah.Mereka juga tinggal di tempat strategis yang memang di pinggir jalan raya di tengah kota yang memang cocok untuk usaha mereka."Siapa itu?" tanya Tsamara saat melihat ada 2 orang Pria berbadan tegap yang berdiri di kediaman toko mereka dan berhadapan dengan seorang wanita muda yang berusia sekitaran 35 tahunan."Aku juga tidak tahu siapa yang di temui kak Indah?" tanya Amel penasa
Mobil berhenti di kediaman rumah Tsamara dan Amel. Keduanya Baru sama-sama melakukan pekerjaan seharian."Kamu yakin nggak mau di temani?" tanya Tsamara."Nggak usah Tsamara. Kamu masuk saja. Lagi pula ini hanya sebentar saja," jawab Amel sahut Amel."Ya sudah kalau begitu aku langsung masuk saja," sahut Tsamara membuka sabuk pengamannya."Kamu hati-hati ya," ucap Tsamara."Iya," jawab Amel. Tsamara pun langsung keluar dari mobil dan Tsamara masih menunggu kepergian mobil Amel.Huhhhh.Tsamara menghela nafasnya lalu memasuki rumahnya. Namun bersamaan dengan Andre yang juga ingin masuk."Andrea tunggu!" langkah Andre terhenti ketika duanya sudah sama-sama memasuki rumah tersebut."Ada apa?" tanya Andre dengan suara dinginnya."Andre kamu sudah beberapa kali bolos kuliah. Jika seperti ini kamu tahun ini juga tidak akan bisa lulus. Jadi aku minta sama kamu untuk lebih memperhatikan kuliah kamu," ucap Tsamara berikan nasihat kepada Andre"Biasanya kamu tidak pernah peduli dengan apa yang
Bayu yang sudah sampai tempat itu kebingungan yang tidak melihat keberadaan Tsamara dengan Bayu yang melihat lurus kedepan dan tidak ada siapa-siapa."Di mana Tsamara. Dia nekat pulang sendiri," Bayu bertanya-tanya yang tidak menemukan sang keponakan."Ya ampun Tsamara, kamu benar-benar keras kepala. Heran ya sama kamu. Kamu terlalu mandiri dan merasa sangat kuat dan sampai sudah seperti itu pun memilih untuk pulang sendiri, apa salah menunggu om sebentar," Bayu berpikiran jika Tsamara sudah pulang terlebih dahulu. Tanpa diketahui Bayu jika keponakannya berada di dalam apartemen yang ada di depannya.Bruk.Mahendra langsung menghempaskan Tsamara ke sofa dengan kuat yang membuat Tsamara kaget."Apa yang kau lakukan?" pekik Tsamara."Siapa kau?""Mau apa kau?"Tsamara bertanya-tanya dengan wajah kaget yang tidak percaya jika dirinya ditarik masuk ke dalam Apartemen itu begitu saja.Tsamara melihat di sekelilingnya. Apartemen mewah yang di masukinya, bisa di pastikan sang pemilik bukan o
Mahendra yang bahkan membuka bagian kancing kemejanya tanpa melepas ciuman di leher jenjang Tsamara. Tangan yang satunya juga mengusap-usap punggung Tsamara yang mencari pengait dari pakaian yang di kenakan Tsamara sampai akhirnya Mahendra menemukan pengait dress itu dan menurunkan res Tsamara.Tsamara hanya terus memberontak dengan tubuh yang pasti tidak diam. Namun pergerakan itu membuat Mahendra semakin di penuhi dengan gairah."Kau benar-benar bajingan lepaskan aku bajingan, lepaskan!" Tsamara mengumpat, memberikan makian pada Mahendra. Mahendra merasa bising dengan makian keluar dari mulut Tsamara.Mahendra menghentikan sebentar aktivitas menyenangkan itu dan terlihat bangkit dari tubuh Tsamara. Mahendra mengambil sapu tangan dan menutup mulut Tsamara dengan sapu tangan tersebut.Mahendra menyunggingkan senyum dan membuka kancing kemejanya satu persatu yang sangat puas melihat wanita yang di bawahnya sudah tidak berdaya. Tidak bisa mengeluarkan suara lagi dan tangannya juga yang
"Tuhan kenapa harus aku? Kenapa harus aku. Apa salahku.?Kenapa engkau tidak menolongku. Kenapa engkau membiarkan laki-laki pijat itu memperkosaku. Kenapa?" teriak Tsamara dengan suaranya yang serak dan dadanya yang terasa sesak."Sekarang aku sudah tidak berguna lagi. Aku sudah menjadi wanita kotor, wanita yang menjijikkan, wanita sampah," Tsamara terus mengutuk dirinya, menyalahkan sang pencipta dengan apa yang terjadi.Tsamara menganggap jika kejadian yang menimpanya malam itu adalah mimpi buruk di dalam hidupnya. Namun ternyata tidak sama sekali. Itu adalah kenyataan. Sangat sial Tsamara yang di perkosa dengan pria yang sama sekali tidak di kenalnya.Di paksa untuk melakukan hubungan itu tanpa ada perasaan apa-apa tanpa ada persetujuan dengan kehormatannya yang di jaganya selama 23 tahun di renggut paksa dan tidak ada cinta dalam melakukan hubungan tersebut***********Setelah merasa cukup tenang akhirnya Tsamara menghidupkan mesin mobil untuk segera pulang. Sementara dikediaman T
Ibu kota Jakarta yang menjadi pemandangan setiap harinya, macet yang tidak melihat waktu mau malam atau pagi dan sama seperti malam ini. Macet tidak kunjung usai.Seorang wanita cantik berkulit putih dengan rambut se dadanya yang di gerai. Berada di dalam mobil yang duduk di kursi pengemudi. Tsamara Amanda Rawles. Wanita yang berusia 23 tahun itu terlihat serius yang membolak-balikkan berkas-berkas yang tidak tahu apa yang di kerjakannya."Sudah mengajukan proposal ke Perusahaan yang ini dan itu. Tetapi tidak ada satupun yang percaya pada Perusahaan kami," batin Tsamara yang terlihat putus asa dengan rasa lelahnya."Sangat sulit untuk hidup di ibu kota seperti ini. Sudah berjuang tetapi tidak sampai puncak karir. Hanya tetap mentok di situ-situ aja,"Bruk.Pintu mobil yang tiba-tiba terbuka. Masuk seorang wanita cantik yang langsung duduk di sebelah Tsamara dengan membawa kantung plastik."Rame banget yang beli makanya aku lama," keluh wanita tersebut."Memang sangat ramai," sahut Tsa