Tsamara keluar dari salah satu ruang kelas. Tsamara yang berjalan di koridor kampus dengan menggunakan kaca mata minusnya yang berjalan serius dengan membolak-balik buku yang di pegangnya. Sampai Tsamara tidak menyadari ada seorang pria paruh baya yang berjalan dari arah depannya sehingga membuat mereka bertabrakan.
Bruk
Buku yang di pegang Tsamara jadi jatuh.
"Maaf pak," sahut Tsamara yang mengangkat tangannya. Tsamara langsung berjongkok untuk mengambil bukunya yang jatuh.
"Saya yang salah Tsamara!" sahut pria berkacamata itu yang langsung berjongkok membantu Tsamara
"Sudah pak tidak apa-apa. Ini semua salah saya," sahut Tsamara yang mengambil bukunya. Namun tangan pria itu juga ingin mengambilnya yang terakhir memegang tangan Tsamara. Tsamara yang menyadari hal itu merasa risih dan langsung menjauhkan tangannya.
"Maaf pak sekali lagi," ucapnya gugup dan langsung berdiri.
"Tidak apa-apa Tsamara, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Pria itu memegang lengan bagian atas Tsamara melihat hal itu langsung menghindar. Wajah nya terlihat risih. Namun berusaha tenang masih bisa mengeluarkan senyumnya.
"Saya tidak apa-apa pak Delon. Saya minta maaf sekali lagi. Saya permisi pak!" ucap Tsamara pamit dengan menundukkan kepalanya.
"Tsamara tunggu!" panggil Delon.
"Iya ada apa pak?" tanya Tsamara.
"Saya ingin bicara dengan kamu mengenai masalah kelas kamu berikutnya," ucap Delon.
"Oh ya sudah kalau begitu silahkan Pak!" ucap Tsamara.
"Ayo mencari tempat untuk mengobrol," ucap Delon. Tsamara tampak ragu dan bahkan terlihat tidak ingin pergi.
"Ayo Tsamara, jangan diam saja," sahut Delon.
"Baiklah Pak!" sahut Tsamara dengan wajah terpaksa.
Akhirnya Tsamara mengikuti Delon yang ingin pergi, sampai akhirnya mereka sampai parkiran kampus menuju mobil Delon.
"Kita mau, ngobrol di mana pak?" tanya Tsamara dengan wajah bingungnya.
"Kita sekalian makan siang ya Tsamara," ucap Delon.
"Hmmm, kenapa di kantin kampus saja?" tanya Tsamara yang sepertinya kurang nyaman jika diajak makan bersama Delon dan apalagi sampai keluar.
"Tidak ada salahnya Tsamara kita makan di luar. Dekat sini aja. Kebetulan saya juga ada pertemuan dengan salah satu mahasiswa jadi sekalian saja," ucap Delon. Tsamara belum menjawab iya atau tidak Dan masih terlihat ragu untuk ikut bersama Delon.
"Kamu keberatan Tsamara?" tanya Delon.
"Oh tidak apa-apa kok pak. Ya sudah kalau bapak memang sekalian ada juga pertemuan dengan mahasiswa lain," sahut Tsamara.
"Iya. Ya sudah kalau begitu kamu masuk," ucap Delon yang membukakan pintu mobil untuk Tsamara.
TSamara yang merasa canggung masuk kedalam mobil dan tangan Delon selalu mencari kesempatan yang masih sempat-sempatnya memegang pinggul Tsamara seolah memeluknya. Tetapi mungkin Tsamara tidak menyadarinya jika dia menyadari maka dia bisa menghindarinya.
Namun pemandangan seperti itu di saksikan dari mobil lain. Mahendra yang duduk di bangku belakang yang ternyata memantau Tsamara dari jauh bersama asistennya Angga.
"Jadi itu dia?" tanya Mahendra.
"Benar tuan. Dia salah satu asisten dosen di kampus ini," jawab Angga.
"Siapa pria itu?" tanya Mahendra.
"Yang menurut informasi yang saya dapatkan pria itu adalah seorang dosen yang juga sudah memiliki keluarga," jawab Angga.
Cih
Mahendra mengendus kasar dengan raut wajahnya yang terkesan sangat jijik.
"Benar-benar jalang. Jadi tipe-tipenya memang seorang yang sudah berumur. Bahkan tidak pernah bertaubat untuk tidak mengganggu rumah tangga orang lain," judge Mahendra yang langsung memberikan penilaiannya terhadap apa yang dilihatnya.
"Tidak puas menghancurkan rumah tangga. Kak Kayra dan dia sekarang dengan entengnya menjalin hubungan gelap dengan suami orang. Wanita ini benar-benar harus diberikan pelajaran," umpat Mahendra di dalam hatinya yang terlihat semakin membenci Tsamara.
"Ayo jalan!" Titah Mahendra.
"Baik tuan," sahut Angga yang langsung meninggalkan tempat tersebut.
Ini pertama kali bagi Mahendra bertemu dengan Tsamara. Walau dari jauh. Namun dia pasti mengingat wajah wanita yang sudah merusak rumah tangga kakaknya yang membuat kakaknya berada di rumah sakit jiwa sampai sekarang.
**********
Akhirnya Tsamara sudah berada di salah satu restoran bersama dengan Delon yang memang tidak jauh dari kampus. Mereka berdua sejak tadi duduk saling berhadapan dengan makanan yang di atas meja dan keduanya juga sudah mulai membahas apa yang ingin disampaikan Delon. Namun Tsamara terlihat begitu gelisah yang melihat di sekitarnya seperti mencari seseorang.
"Hmmm, maaf pak. Bukannya bapak bilang ada mahasiswa yang ingin bimbingan dengan bapak. Lalu di mana mahasiswanya Kenapa tidak ada sampai sekarang?" tanya Tsamara yang memang sejak tadi tidak melihat ada siapa-siapa yang datang.
"Saya juga tidak tahu Tsamara, mungkin saja tidak jadi datang tetapi kita tunggu saja. Kamu sebaiknya makan dulu. Makanannya sudah dingin. Nanti tidak akan enak lagi," ucap Delon.
"Ya ampun aku malah disuruh makan. Hanya ini yang ingin di bicarakan. Tetapi seribet ini padahal tadi juga bisa dibicarakan pas bertemu di kampus," batin Tsamara yang mulai kesal dan juga bete.
"Ayo Tsamara makanlah!" titah Delon
"Hmmm, pak maaf sekali, saya harus cepat-cepat pergi. Karena saya ada pekerjaan dan pembahasan kita juga sudah selesai dan mohon maaf sekali saya tidak bisa makan bersama bapak," ucap Tsamara dengan menyatukan kedua tangannya agar sopan untuk menolak tawaran makan bersama dosennya itu.
"Tapi Tsamara saya sudah pesankan kamu makanan," sahut Delon.
"Tapi maaf pak. Saya harus pergi karena ada juga yang menunggu saya dan saya juga tidak enak," ucap Tsamara yang langsung berdiri dari tempat duduknya dengan mengambil tasnya.
"Maaf sekali lagi Pak, saya permisi," ucap Tsamara yang langsung meninggalkan tempat itu.
"Tsamara tunggu!" Tsamara menghiraukan panggilan dosennya yang masih terdengar itu.
"Dia malah pergi. Tidak jadi deh makan siang bersamanya," ucap dosennya menghala nafas yang terlihat sangat kecewa.
Dia mungkin sudah mengatur strategi agar bisa makan siang bersama Tsamara. Tetapi Tsamara yang memang kurang nyaman dengan dosennya itu dan langsung memilih untuk pergi dengan alasan yang tepat.
*********
Mahendra bersama Angga malam ini melakukan meeting di salah satu Club yang tadi siang diingatkan sekretaris Mahendra.
Mereka melakukan meeting di salah satu ruangan VIP. Tidak begitu lama dalam pembahasan meeting mereka dan keduanya sudah saling menandatangani kontrak dan juga berjabat tangan setelah kontrak itu ditangani.
"Terima kasih tuan!" ucap Mahendra.
"Sama-sama saya juga berterima kasih kepada Anda," sahut tuan Marko
"Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Mahendra yang menundukkan kepalanya dan dipersilahkan oleh Marko.
Mahendra dan juga Angga akhirnya meninggalkan tempat tersebut dan keduanya yang keluar dari dalam Club.
Saat keduanya berjalan menuruni anak tangga yang ingin keluar dari Club tersebut tiba-tiba langkah Mahendra terhenti ketika melihat seseorang yang diketahuinya.
"Bukannya itu wanita itu," gumam Mahendra yang melihat Tsamara. Tsamara yang berada di antara keramaian dengan melihat di sekelilingnya. Lalu tiba-tiba Tsamara dihampiri seorang pria yang sekitar berusia 40 tahunan dan terlihat memeluknya dan keduanya sama-sama tersenyum yang mengobrol terlalu dekat dengan saling berhadapan.
Mahendra yang terus memperhatikan Tsamara bahkan Mahendra melihat pria itu mengeluarkan amplop coklat dan memberikannya pada Tsamara. Tsamara juga sempat melihat isi amplop tersebut dan dari tempat Mahendra berdiri dapat melihat dengan jelas amplop tersebut berisi uang.
"Astaga wanita itu. Dia benar-benar mencari mangsa dari berbagai orang. Siapa lagi pria di temuinya, dasar murahan yang sudah menjajal tubuhnya kepada semua laki-laki. Apa tidak cukup menghancurkan satu rumah tangga dan sekarang menghancurkan berbagai rumah tangga hanya untuk kepentingannya," umpat Mahendra di dalam hatinya yang mengepal tangannya dan wajahnya memerah saat melihat Tsamara.
"Aku tidak tahu. Kenapa Karin bisa mempunyai sahabat dengan wanita seperti itu. Karin juga akan di jerumuskan. Setelah dia menghancurkan rumah tangga kak Kayra dan sekarang dia juga akan menjerumuskan Karin. Wanita sampah, wanita panggilan, wanita bekas. Kau sudah bermain-main denganku dan aku tidak akan membiarkan hidup dengan enak begitu saja," umpat Mahendra mengepal tangannya yang mempunyai dendam pada Tsamara.
Angga dan Mahendra meninggalkan tempat tersebut dan sementara Tsamara masih berbicara dengan pria yang baru saja ditemui itu.
"Maafkan Om Tsamara, harus menyuruh kamu ke mari," ucap pria tersebut.
"Tidak apa-apa Om bayu," sahut Tsamara.
"Ya sudah kamu gunakan uang itu sebaiknya. Ini hasil penjualan tanah warisan ibu kamu. Semoga ini bisa membantu kamu membantu Perusahaan kamu," ucap Bayu.
"Om seharusnya tidak membagi Tsamara hasil penjualan itu," ucap Tsamara.
"Tsamara. Kamu satu-satunya keponakan dan almarhum ibu kamu adalah adik Om. Jadi kamu masih tanggung jawab Om. Jadi jika ada hal yang bisa di bantu maka sudah kewajiban Om membantu kamu," ucap Bayu dengan mengusap bahu Tsamara.
"Kalau begitu terima kasih Om. Ya sudah Tsamara pulang dulu. Di luar Amel sudah menunggu," ucap Tsamara.
"Ya sudah kamu hati-hati ya," ucap Bayu.
"Iya Om, salam untuk Tante Tari," ucap Tsamara.
"Iya nanti Om sampaikan," sahut Bayu. Sebelum pergi Tsamara masih mencium punggung tangan Bayu dan juga memeluk Bayu seperti saat pertama kali dia datang. Lalu Tsamara langsung meninggalkan tempat tersebut.
Bersambung
Setelah menghabiskan malam pertama mereka berdua Mahendra dan Tsamara yang melanjutkan dengan bermain-main di pinggir pantai. Tsamara yang tampil begitu anggun menggunakan dress putih sampai mata kakinya yang sekarang berlari-lari dikejar-kejar Mahendra yang juga menggunakan setelan kemeja berwarna putih dengan celana pendek berwarna coklat susu. Pasangan itu sama sekali tidak hentinya saling bercanda satu sama lain. Sekarang Mahendra yang memutarkan tubuh sang istri dengan menggendongnya yang membuat Tsamara terus saja berteriak dengan kedua tangannya berada di leher Mahendra. Kedua tangan Mahendra yang berada di bawah pantat Tsamara yang menggendong istrinya itu dan sesekali Tsamara merentangkan tangannya dan sampai akhirnya menempelkan dahinya di dahi Mahendra. "Kamu sangat bahagia?" tanya Mahendra. Tsamara menganggukkan kepalanya. "Bagaimana mungkin aku tidak bahagia dan aku juga tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku seperti apa," jawab Tsamara. "Aku juga sangat ba
Acara pernikahan yang telah selesai. Mahendra dan Tsamara yang sekarang berada di dalam kamar Hotel. Kamar pengantin pada umumnya yang penuh dengan suasana romantis. Tempat tidur king size dengan sprei berwarna putih yang ditaburi dengan kelopak mawar yang dibentuk dengan love dan di bagian tengahnya terdapat dua angsa yang saling berhadapan. Selain itu juga terdapat banyak tangkai mawar yang berada di atas lantai yang menambah suasana kamar tersebut yang semakin romantis dan belum lagi dengan lampu yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Di tambah dengan aroma kamar tersebut yang begitu khas dan sangat menyejukkan. Tsamara yang duduk di depan cermin yang sedang menyisir rambutnya. Setelah acara pernikahan yang sangat melelahkan itu selesai. Tsamara langsung membersihkan diri agar terlihat fresh. Dia sudah mandi dan tidak lupa keramas yang juga sudah melepas gaun pengantinnya dengan baju tidur berwarna merah mencolok yang panjang sampai mata kaki. Krrekkk Su
"Itu calon istrimu!" tunjuk Andre yang membuat Mahendra langsung menoleh. Mahendra melihat calon istrinya berjalan begitu cantik dan anggun yang didampingi oleh sahabat-sahabatnya. Tsamara terlihat sangat tenang dengan memegang buket bunga di tangannya. Mahendra sampai tidak berkedip melihat calon istrinya yang benar-benar seperti bidadari yang sangat cantik.Bukan hanya mata calon suami yang tidak berkedip melihat pengantin yang sangat cantik itu. Semua tamu undangan juga langsung tertuju pada Tsamara yang benar-benar harus memuji kecantikan Tsamara. Mereka tidak tanggung-tanggung yang pasti berbisik-bisik membicarakan Tsamara yang pasti mengagumi calon pengantin tersebut. "Ngedip woy!" tegur Andre yang membuat Mahendra tersentak dengan dirinya yang tersenyum geleng-geleng. Bagaimana dia bisa berkedip jika calon pengantinnya saja seperti itu."Tenang bentar lagi kamu akan bisa menatapnya secara dekat dan tidak perlu khawatir akan hal apapun," sejak tadi Andre terus saja menggoda Ma
Hari Pernikahan. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari pernikahan Tsamara dan Mahendra. Pernikahan mereka yang diadakan secara order di salah satu tempat yang sudah di dekor dengan seindah mungkin yang sesuai dengan keinginan Tsamara dan Mahendra. Tempat pernikahan itu sudah mulai dikunjungi para tamu yang berdatangan yang turut menghadiri acara sakral tersebut. Dengan susunan bangku yang rapi yang berwarna putih yang sudah disusun sedemikian rupa. Tidak lupa dengan paduan dekorasi yang indah dengan bunga berwarna putih yang dipadukan dengan pink. Para tamu undangan yang benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah itu. Sementara Tsamara yang masih berada di salah satu ruangan yang khusus untuk pengantin wanita yang masih sedang di make up. Tsamara juga terlihat sangat cantik menggunakan gaun panjang berwarna putih tanpa lengan. Gaun Indah itu sampai menyapu lantai. Tsamara yang berdiri dengan memegang bunga dan menatap dirinya di cermin. Ame
Tsamara yang berada di dalam kamar yang baru saja selesai dari kamar mandi dan menghampiri cermin yang seperti biasa sebelum tidur memakai skin care terlebih dahulu. Ponsel Tsamara yang berdering membuat Tsamara yang langsung melihat panggilan masuk tersebut yang ternyata dari Mahendra. "Kenapa dia menelpon? apa ada sesuatu?" tanyanya dengan rasa penasaran. Tanpa berpikir panjang yang akhirnya Tsamara mengangkat panggilan telepon tersebut. "Hallo!" sapa Tsamara."Kamu sedang apa?" tanya Mahendra dengan suara yang sangat lembut. Tsamara pasti sangat merindukan suara yang berbicara itu. "Ingin tidur," jawab Tsamara."Kamu bisa tidur dan kamu tahu tidak tahu, bahwa aku sama sekali tidak bisa tidur," ucap Mahendra."Oh iya. Memang kenapa?" tanya Tsamara "Bagaimana aku bisa tidur jika beberapa hari ini kita tidak pernah bertemu dan bahkan baru kali ini aku menelpon kamu. Walau dilarang berkomunikasi dengan kamu. Ternyata hal itu membuatku tidak tahan dan mau tidak mengulur menghubungi
Tsamara begitu sangat bahagia mendapatkan kejutan dari sahabatnya. Tsamara sampai meneteskan air mata yang mungkin tidak bisa berkata-kata dengan apa yang telah diberikan sahabatnya kepada dia. Sangat wajar dalam situasi seperti itu dia sangat terharu."Kamu oke Tsamara?" tanya Rora yang mendapati sang sahabat menegaskan air mata.Tsamara hanya menganggukkan kepala dengan terharu."Tapi aku melihat kamu tidak baik-baik saja. Kamu sampai meneteskan air mata. Apa kita melakukan kesalahan?" tanya Rora dengan panik.Tsamara menggelengkan kepala, "kalian sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun. Bagaimana aku tidak meneteskan air mata dengan keadaan yang sekarang aku dapatkan. Selama ini aku hanya punya kalian bertiga. Aku bersama dengan Amel perjuangan kami yang besar dan perjuangan itu juga tidak mudah. Aku mengenal kamu Rora yang selalu memberikan dukungan kepadaku. Kamu juga Karin. Di luar semua yang terjadi. Kamu adalah orang satu-satunya yang sangat mengerti aku dan terus memberi